Song Han Gyeol & Song Han Gyeom

40 4 0
                                    

Terlahir dalam keluarga sederhana, sekitar dua puluh lima tahun yg lalu, ketika itu ibu dan ayah sangat bahagia. Kala itu kami mendapatkan perlakuan khusus bahkan sebelum kami hadir didunia ini. Mulanya ibu merasakan mual yg hebat setelah 3 bulan pernikahan, ayah menyuruh ibu untuk memeriksakan kesehatannya dan mendapatkan kabar jika ibu sudah hamil sekitar dua bulan. Kakek dan nenek dari kedua belah pihak sangat bahagia. Seiring berjalannya waktu, kandungan ibu semakin besar dan diprediksi kembar, laki-laki dan perempuan. Mereka itu adalah aku, Song Han Gyeol dan adik laki-lakiku HanGyeom.

Kami tumbuh dengan sehat sampai detik ini. Sekarang kami berdua genap berumur 24 tahun. Kami sedang menempuh tahun terakhir pendidikan jenjang universitas. Adikku yg lebih cerdas memilih untuk kuliah di Kanada. Kami sudah berpisah sejak awal perkuliahan. Seumur hidup, ini kali kami berpisah dalam waktu yg cukup lama, walaupun begitu setiap hari kami selalu melakukan komunikasi. Hanya saja, sepanjang 4 tahun Gyeom berkuliah, dia sama sekali belum pernah kembali ke korea. Gyeom beralasan dia tidak ingin merepotkan ayah dengan ibu soal tiket pesawat yg tidak murah.

Aku berkuliah di universitas biasa di korea, menemani ayahku seorang diri. Ibu sudah meninggal sejak kami sekolah menengah pertama karena kanker payudara. Ketika itu aku seperti kehilangan setengah nyawaku, ayah menjadi orang yg bisa menegakkan semua punggung kami. Dia selalu menyemangati kami untuk terus hidup dan berjuang, agar ibu disana berbahagia melihat kami.

"Yah. Aku izin pergi ya"
"Mau kemana?"
"Berkencan dengan JungHa oppa." Ayah tersenyum dan menyuruhku berhati-hati.
"Nanti mau pulang jam berapa?"
"Memangnya kenapa?
"Jika tidak terlalu larut, ayah minta tolong belikan kue yg di Gangnam itu ya"
"Baiklah. Aku pergi ya yah. Ayah hati-hati jika aku tidak ada."
"Iyaa.. pergilah."

JungHa oppa denganku sudah menjalin hubungan lumayan cukup lama. Sejak awal kuliah dia sudah mendekatiku dan tidak berapa lama, dia menyatakan perasaannya padaku. Akupun langsung menerimanya. Bagiku dia seperti ayah, sangat mirip. Dia begitu perhatian denganku. Bahkan sebelum aku menginginkan sesuatu, JungHa Oppa sudah menyiapkannya.

Malam ini kami merayakan hari jadi kami yg ke 3. JungHa oppa sudah memesan sebuah restoran italia di sekitaran Gangnam.

Dari Mapo-gu ke gangnam jika menggunakan subway sekitar 39 menit dan 17 menit jika menggunakan bis

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dari Mapo-gu ke gangnam jika menggunakan subway sekitar 39 menit dan 17 menit jika menggunakan bis. Aku agak terburu-buru jadi memilih menggunakan bis saja, nanti ketika pulang lebih baik dengan subway sambil bersantai. JungHa oppa sudah menawarkan diri untuk menjemputku tapi aku menolaknya karena merindukan menikmati perjalanan dengan banyak orang. Aku sudah terlalu sering di jemput olehnya. Aku ingin sesekali merasakan menggunakan transportasi umum.

 Aku ingin sesekali merasakan menggunakan transportasi umum

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Akhirnya aku tiba di restoran italia favorit kami. Setiap hari jadiku dengam Jungha oppa selalu kami rayakan disini. Barusan oppa sudah mengabariku jika dia sudah tiba disana. Dengan mengirimkan sebuah foto

 Dengan mengirimkan sebuah foto

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Sayang...
Aku sudah disini. Aku tunggu ya. Love you

Kami menikmati makan malam berdua dengan bahagia. Bahkan aku memberitahukan sebuah pengharapanku bersamanya. Sebuah daftar keinginanku. Dua puluh lima harapan yg ingin kulakukan bersamanya. Dia tertawa melihat harapan-harapanku yg lumayan sederhana. Sampai ada sebuah keinginan yg membuatnya terpaku.

25. Bahagia selamanya memiliki keluarga yg bahagia dengan dua pasang anak kembar.

"Sayang.. sungguh kau ingin memiliki 4 anak. Kau sanggup melahirkannya??"
"Asal denganmu semua terasa mudah oppa."
Jungha oppa memelukku dan menciumku dengan cepat. Kami melanjutkan makan malam kami bersama.

Sudah pukul sembilan malam, kami berdua memutuskan untuk pulanga. Jungha Hyung harus bangun pagi besok karena ada perjalanan bisnis ke Busan. Dia sekarang bekerja di perusahaan asing di daerah gangnam. Dia kembali pulang dengan mobilnya dan aku berniat dengan naik subway saja.

"Sayang.. ayolah. Aku antar kau kerumah. Aku khawatir membiarkanmu sedirian."
"Kau ini, seperti tidak pernah melihatku naik subway saja oppa."
"Tapi kan ini sudah malam"
"Baru juga jam 9, kau berlebihan, sudah pulang sana."
"Baiklah. Aku pulang yaa.. peluk dan cium aku dulu."

Cup cup cup..
Aku menciumnya.

"Ini untuk yg terakhir kalinya ya oppa."

Aku menciumnya dengan dalam, menautkan kedua tanganku di lehernya yg jenjang. Sedikit berjinjit karena oppa yg terlalu tinggi. JungHa oppa menaruh kedua tangannya di pinggangku.

Aku memdorongnya masuk ke mobil, menutup pintu mobil ya sambil menitip pesan.

"Oppa, aku titip ayahku ya. Tolong selalu berikan dia kue donat yg ada di ujung jalan ini setiap tanggal hari jadi kita. Pergilah cepat, sampai ketemu besok."

Dia tersenyum dan menyalakan mesin mobilnya. Berjalan menjauhiku yg terus melambaikan tangan. Aku melihat mobilnya sampai tinggal setitik. Aku berjalan membeli donut kesukaan ayah. Donut yg tidak istimewa, hanya donat kesukaan ibu. Ibu menyukai roti gula buatan pemilik toko kue ini.

Berjalan sebentar dan memasuki stasiun bawah tanah. Malam ini sedikit lebih lengang dari biasanya. Sepanjang musim gugur ini terkesan lebih indah dibanding musim panas lalu. Minggu pertama Bulan Desember dan kemudian berganti dengan musim dingin penuh warna-warni pohon natal.

Duduk di bagian kiri kereta, mendengarkan musik dengan headset tanpa kabel. Masinis mulai menggerakkannya perlahan dan makin lama makin laju dan berjalan normal sampai.....

Braaakkkkk

Suara benturan keras bercampur teriakan orang. Aku hanya bisa terdiam. Membeku berbaring telungkup dengan darah mengucur dikepalaku. Sekilas kulihat kotak donat ayah sudah remuk tertindih bagian kereta lain. Suara alarm darurat berbunyi kencang. Bunyi susulan ledakan mesin silih berganti. Aku membeku. Aku memilih menutup mataku.

25 Han Gyeol's ExpectancyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang