Aku melihat Jungha hyung yang masih merasa bersalah karena merasa sudah mengkhianati cinta nunaku membuatku berpikir untuk mencoba menenangkannya tapi caraku kurang efektif. Aku meninggalkannya karena rasanya badanku dari beberapa jam yang lalu semakin terasa panas. Akan tetapi telapak tanganku dingin seperti es, aku yakin aku sedang demam.
"Hyung, aku kekamar dulu ya, aku sedang tidak enak badan. sepertinya aku masuk angin." Aku berbaring dan menutup seluruh tubuhku dengan selimut. Keringat sebesar jangung terus mengalir di pelipisku, terasa dingin. Aku ingin pulang dan dirawat oleh ayahku, tapi berdiripun aku sudah tidak sanggup. Hyung masuk kekamar sambil membawa obat dan segelas air.
"Gyeom, minum obat dulu." Hyung menyentuh keningku dan panik. Dia bergegas keluar kamar dan kembali dengan membawa termometer. Dipasangkannya termometer itu di ketiakku, aku pasrah tak peduli. aku mulai melihat yang tidak-tidak. Aku melihat nuna khawatir berdiri di dekat hyung,
oppa adikku kenapa? dia bertanya pada Jungha hyung tapi hyung malah melengos pergi tak mengindahkannya.
Hyung membawa sebuah baskom lengkap dengan air dingin dan sebuah handuk berukuran kecil. Dia kompres jidatku dengan rendaman air itu, terasa menyejukkan. Termometerku menunjukkan angka tiga puluh sembilan koma lima derajat, aku demam tinggi. Hyung membuka lemari dan mengambil beberapa handuk lagi. merendamnya di baskom dan menaruh perasan handuk tadi ke ketiak dan selangkanganku.
kenapa dia menaruh di selangkanganku?
Aku tidak terlalu peduli dengan apa yang hyung lakukan. Aku hanya senang melihat nunaku kembali. dia sekarang ada di sebelah kiriku dan membelai rambutku.
"Nuna, aku merindukanmu. Kau kemana saja tadi?" Nuna melihatku dengan raut wajah khawatir. Jungha hyung tak kalah khawatir. Dia juga melihatku dengan wajah keheranan.
"Gyeom, apa kita perlu kerumah sakit, ini, minumlah obat penurun panas, biar aku bantu."
Aku lupa, hyung tidak bisa melihat Nuna jadi pasti dia khawatir jika aku mengingau yang tidak-tidak. Nuna menyuruhku meminum obat yang sudah diberikan hyung.
"Apa gyeol ada disini?"
"iya. di sedang berdiri di depanmu hyung." Hyung langsung melihat kearah depan, seperti sedang mencari-cari sesuatu.
"Nuna sedang memegang tanganmu hyung"
"Gyeool~aaaaa...." suaranya bergetar seperti akan menangis.
"Dia bilang dia tidak ingin melihatmu menangis." Hyung mengangkat wajahnya keatas, agar air matanya tidak jatuh.
"Gyeolaaaa, maafkan aku, aku tau pasti kau benci padaku karena menganggap HanGyeom adalah dirimu. maafkan aku Han Gyeol." masih berusaha menahan air matanya agar tidak terjatuh.
Aku yang hanya bisa berbaring dan memperhatikan mereka berdua hanya bisa tersenyum.
"Nuna bilang, kau harus bisa mengikhlaskan dirinya, dia bilang bisa jadi dia tertahan didunia ini karena kau belum merelakannya pergi. Nuna juga bilang, sebenarnya dia tadi sempat masuk ke tubuhku dan menggodamu, jadi hyung sama sekali tidak bersalah." Aku melihat nuna memeluk hyung dan menaruh kepalanya di pundak hyung.
"dia sekarang sedang bersandar padamu hyung"
"iya, aku bisa merasakan ada hawa dingin di pundakku."
Kasihan sekali Nunaku dan Jungha hyung, mereka begitu saling mencintai tapi maut yang memisahkan. Sangking panasnya suhu tubuhku aku tanpa sadar tertidur. Ketika aku bangun hari sudah siang, sudah pukul sepuluh pagi. Aku melihat jam tangan hyung, dia menjagaku semalaman. Walaupun badanku masih belum pulih benar, tapi panasku sudah turun. Aku menyentuh tangan hyung dan membangunkannya.
"Hyung, bangun.. "
"eeeum... kau sudah sembuh" Hyung memastikan suhu di badanku sudah turun. Dia menyentuh keningku. Matanya bengkak lagi, sudah bisa dipastikan dia semalaman menangisi Nunaku.
"Tunggulah disini, aku akan memanaskan bubur sebentar." DIa berjalan gontai ke arah dapur.
"ini makanlah ini, nanti setelah kau benear-pulih aku akan mengantarmu pulang."
"tidak bisakah aku tinggal dengan hyung?"
Matanya membelalak, melihatku dengan kesadaran penuh. "lalu ayah seorang diri?"
"ya, aku bisa sesekali pulang kerumah."
"aku tidak keberatan, lagi pula kita punya misi membuat Gyeol bisa tenang meninggalkan dunia ini."
"oke, setuju."
"Makanlah buburmu, aku akan pergi ke kantor, ada banyak pekerjaan yang harus aku selesaikan."
"aku kira kau mangambil cuti."
Dia hanya tersenyum lalu mandi dan berpamintan padaku.
Setelah hyung pergi aku hanya sedirian di apartemennya. Aku sudah baikan, merapikan rumah hyung sebentar dan kembali pulang kerumah. Meminta izin pada ayah untuk tinggal bersama hyung. Untungnya ayah mengijinkan dan berpesan untuk membantu hyung membersihkan rumahnya sesekali. Walaupun aku baru lulus aku sudah mendapat kerja di Kanada, aku menjadi progammer dan desain grafis di salah satu perusahaan di Kanada, karena nuna meninggal, aku meminta pimpinanku untuk menugaskanku di kantor perwakilannya di Korea. Pekerjaanku ini aku bisa lakukan dari rumah jadi aku lumanyan bisa lebih fleksibel melakukan semua pekerjaanku.
"gyeom~a, bagaimana keadaan Jungha, apa dia masih memikirkan nunamu?"
"keugee, sepanjang aku menginap dirumahnya, aku sudah melihatnya menangisi nuna yah."
"anak bodoh itu, memangnya sebaik apa nunamu. dia hanya wanita cantik pada umumnya"
"itulah, aku heran dengan laki-laki satu itu. dia terlalu bodoh."
"bantulah hyungmu itu, carikanlah pengganti nunamu, arraseo?"
"neee.."
"Ayah aku berangkat dulu, jika ayah perlu bantuanku aku akan pulang dengan segera, oke!"
Aku membawa laptop, beberapa pakaianku, dan semua yang aku butuhkan. Aku juga membaw mobil ayah. Ayah bilang dia jarang memakai moblnya dan lebih senang menggunakan bis umum.
"Seoul benar-benar berubah, diman-mana banyak pembangunan."
Setelah melapor ke perusahaanku yg bercabang di korea, aku berjalan-jalan dengan mobil ayah sampai lupa waktu, aku menyusuri Seoul sampai pukul delapan malam. Aku disadarkan oleh telepon dari Hyung. Dia bertanya aku ada dimana dan menyuruhku untuk segera pulang karena dia sudah menyiapkan makan malam.
ting tong ting tong
Hyung membukakan pintu apartemennya dan membantuku membawa koper. Dia baru pulang kerja. Penampilannya membuatku berdebar, dia memakai kemeja putihnya dengan baju yang di gulung sampai ke siku. Dua kancing atasnya terbuka, kaos kakinya belum sempat dia lepaskan. Kakinya yang jenjang sangat pas dengan celana kain hitam dengan garis lurus ditengah. Aku mencium aroma masakan didapurnya.
"aku sedang memanaskan Buddae jigae, kau mandilah lebih dulu, setelah itu aku."
Hyung membawa koperku ke kamar yang lain. menyiapkan seprai dan menaruh bantal yang dia tarud di lemari sebelumnya. Dia begitu terampil mengurus rumah. aku sampai dibuat takjub.
"keluarkan isi kopermu dan taruh di lemari ini. Handuk baru sudah ada di kamar mandi. Ini remot ACnya harus ditaruh disini. Ini bisa dijadikan meja kerjamu. Aku rasa ini sudah cukup untukmu, apa ada yang kau butuhkan lagi Gyeom?"
"sempurna Hyung. Kau benar-benar sempurna"
"cepat mandi dan ayo kita makan bersama."
Aku sempat melamun memandang bathtub di kamar mandi ini. Membayangkan berciuman dengan hyung kemarin membuat bulu kudukku meremang. Walaupun kejadiannya bukan d kamar mandi ini tapi aku tidak bisa melupakan betapa lembut dan kenyalnya bibir hyung.
"Bagaimana ini, kenapa dia tiba-tiba bangun."
KAMU SEDANG MEMBACA
25 Han Gyeol's Expectancy
ФанфикLika liku perjalanan JungHa menghabiskan 25 daftar harapan yg ingin dijalani kekasihnya ketika masih hidup, Song Han Gyeol. Song Han Gyeol meninggal mendadak setelah pulang berkencan dengan JungHa malam itu, Han Gyeol menjadi salah satu korban kecel...