Aku Tidak bisa Mengendalikan Diriku Sendiri

14 3 0
                                    

Pagi ini aku terbangun dengan perasaan yang aneh, perlahan kubuka kelopak mataku dan tak kutemukan Jungha Hyung disampingku, anehnya aku  merasa agak sedih. Aku heran dan bertanya-tanya pada diriku sendiri. Aku merasakan ada rasa yang menyengat di bagian tengah bibir bawahku. Aku menyentuhnya dan agak basah, ada sedikit darah yang tersisa disana.

"arrrkh.."

"Wae?" Suara Jungha hyung nampak jauh kudengar, sepertinya dia sedang menyiapakan sarapan, aku mendengar sendok dan cangkir saling bersentuhan dan menimbulkan bunyi agak ramai. Aku mengambil ponselku dan membuka kamera depan, kulihat bibirku sudah bengkak dan ada sebuah luka yang kurasa baru saja terjadi ketika aku sedang tidur. Hyung masuk dengan membawa nampan berisi dua cangkir kopi dan roti bakar di kedua tangannya.

"ini bibirku bengkak dan sepertinya semopat berdarah hyung."

Hyung meletakkan nampannya di meja dan bergegas ke arahku melihat apa yang terjadi dengan bibirku. aku yang masih duduk di pinggiran ranjangnya memajunkan bibirku kearahnya, mendongak kearahnya dan Hyung memegang daguku. Hyung melamun sambil melihat bibirku. aku melihat kearah yang lain.

"Hyung.. hyung.. bagaimana?" dia tersadar dari lamunannya.

"sebentar akan aku ambilkan salep untuk mengobati lukamu."

"berikan padaku aku akan mengolesinya sendiri."

"biar aku saja, kau kan tidak tau pasti dimana letak lukanya." aku menurut tanpa menentangnya lagi.

Dia menyuruhku untuk segera duduk dibawah, dia sudah menyiapkan meja lipat kecil dan menyalakan telivisi di kamarnya. Menaruh secangkir kopi hitam dengan roti bakar dengan wajan berbentuk bulat datar di masak dengan direndam susu terlebih dahulu. Membukakan tiga toples selai dengan berbagai rasa agar aku bisa mengoleskannya.

"aku tau sekarang kenapa nunaku sangat membangga-banggakan dirimu padaku."

"heum" mulutnya penuh dengan roti bakar.

"ini kau terlalu memanjakannya, jika aku yang seorang laki-laki saja kau perlakukan aku layaknya seorang putri, apalagi dirinya."

Hyung hanya tersenyum dan fokus dengan roti yang masih setengah dimakan di tangannya. Menonton sebuah pertandingan basket yang telat dia tonton beberapa waktu lalu. Kami selesai dengan sarapan ala hotel bintang lima, hyung menyuruhku untuk mandi terlebih dahulu, dan berniat meminjamkan bajunya padaku, karena dia bilang tidak mungkin aku masih terus memakai pakaian yng kemarin, padahal aku sama sekali tidak masalah memakai pakaian yang sama selama dua hari, lagipula aku tidak berkeringat.

Dia menyiapkan satu stel pakaian atas bawah yg masih berlabel. Merek ternama dengan harga yg tidak murah.

"Hyung.. ini masih baru. Aku tidak enak memakainya."

"Pakai.. atau kau telanjang saja." Berjalan ke arah kamar mandi sambil tertawa dan menaruh handuk dipundaknya. Aku yg hanya memakai handuk sebatas perut hanya bisa menggaruk bagian belakang kepalaku. Setelan kemeja bergaris dari atas kebawah bewarna abu-abu dengan celana panjang hitam berbahan kain

Aku mencoba memakainya, bagian lengan bajunya kepanjangan. Bagian celanapun tidak ada bedanya. 
Aku berjalan kearah cermin dengan baju dan celana serba kedodoran.

Hyung keluar dari kamar mandi sudah dalam keadaan sudah rapi. Dia mendekatiku dan mencoba memperbaiki pakaianku. Menggulung lenganku sampai seperempat bagian dan menyangkutkannya di bagian kancing khusus yg tiba-tiba muncul di balik kemeja yg kukenakan.  Melipat celana pada bagian pinggangku. Posisi kami sangat dekat. Badanku dan hyung tidak memiliki jarak lagi. Dia melipat bagian celana atas sambil sedikit mengangkat. Awalnya wajahnya menghadap ke atas, tapi seketika berubah menatapku.

25 Han Gyeol's ExpectancyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang