Teror Nuna

21 5 0
                                    

Jungha hyung menghubungiku via email dia bercerita bahwa semenjak aku kembali ke Kanada dia sering didatangi sosok nuna yg bersedih. Ada perasaan bahagia ketika kekasihnya datang, tapi jika datang dalam keadaan bersedih itu membuatnya berpikiran yg tidak-tidak.

Hyung menjelaskan terkadang dia juga mendengar suara nuna seperti sedang berada disampingnya ketika tidur.

3 bulan kemudian.

Gyeom, apa kau sedang sibuk aku ingin bicara denganmu.

Saat itu aku baru saja tiba dari Kanada, setelah wisuda dan menyuruh ayah untuk datang ke Kanada dan menjemputku.

Aku meneleponnya.

"kau bisa kerumahku hyung, aku aru saja tiba di korea."

"baiklah"

"kau ingin ku jemput."

"boleh jika tidak merepotkanmu. Aku tunggu di ruang kedatangan. Oke."

Aku sedang menunggu bagasi. Ayah kubiarkan duduk di luar lebih dulu sembari memantau kedatangan Jungha hyung. Aku hanya membawa 3 koper besar dari Kanada. Aku meninggalkan beberapa barangku di sana dan menghibahkan keteman sesama perantau agar lebih bermanfaat.

"aboenim, kau sehat-sehat sajakan"

"tentu"

"gyeom.."

"iya hyung."

Kami berkendara bersama, ayah duduk di bangku belakang dan aku disebelah hyung. Jungha hyung seperti akan mengatakan sesuatu tapi mulutnya terkunci. Berulang kali dia memandang spion di tengah melihat kondisi ayah. Aku juga melihat ke belakang dan melihat ayah sudah memejamkan matanya. Aku menatap hyung dan dia berbalik menatapku. Sepersekian detik mata kami seperti satu suara.

"apa ada yang ingin kau katakan?"

"tidak"

"sungguh?"

"nanti saja, aku akan mengantar ayah dan kita bicarakan sambil makan siang."

"baiklah."

Korea sudah banyak perubahan, padahal aku baru empattahun tidak pulang dan tinggal lama disini. Ada banyak gedung tinggi yangbertambah dan sedang dalam proses pembangunan. Bahakan di pinggiran kota sudahmulai ramai dengan berbagai gedung fasilitas umum. Cuaca hari ini sungguh menyenangkan. Jarak dari bandara sampai rumahku sekitar 1 jam lamanya. Suasana jalan raya nampak lengang, kemungkinan karena ini sudah lewat waktu makan siang. Para pekerja kantoran sudah kembali ke rutinitasnya bekerja. Sebenarnya hyung juga sedang bekerja, tapi dia sudah meminta ijin kepada atasannya untuk menjemputku dan ayah. Tak berapa lama akhirnya kami sampai juga di depan apartemen kami. Aku dan hyung membantu ayah membawa semua koper sampai ke unit kami, dan langsung berpamitan kepada ayah sebentar untuk sebuah urusan yang menurut hyung sedikit mendesak.

Kami berhenti di salah satu resto yang menjual bibimbap dan beberapa makan berat lainnya. Membuka pintu restoran dan mendapat sambutan hangat dari pemilik resto tersebut. Kami memilih dudul di bagian ruang yang agak pribadi. Buka aku yang memilih, hyung yang memimpinku dan berjalan kearah sana seperti sudah biasa kemari.

Sebotol air dingin dengan dua buah gelas berukuran sedang di antarakan beberapa saat yang lalu oleh seorang laki-laki muda sekitaran umur belasn tahun. Sepertinya pelayan itu anak pemilik resto tersebut. Aku mendengar pemiliknya terlihat akrab dengannya dan memanggil laki-laki muda itu anakku. Hyung menuangkan air bening yang dingin itu ke dalam gelas dan memberikannya padaku, dan miliknya sendiri.

"apa yang mau hyung katakan?"

Sambil menunggu pesanan kami disiapkan, aku mulai menanyakan maksud dan tujuannya memburuku sejak beberapa bulan lalu.

"setelah Han Gyeol tiada, apa kau pernah bermimpi bertemu dengannya?"

"tidak. Kau memimpikannya?"

"iya, nyaris setiap hari gyeom, aku cukup senang, tapi akhir-akhir ini mimpinya begitu menggangguku."

"misalnya?"

"dia memintaku melakukan sesuatu."

"melakukan apa?"

Pelayan muda tadi datang dan menyajikan sebuah mangkuk bibimbap dan sebuah mangkuk jajangmyeon lengkap dengan acar lobak dan kimchi sebagai pendamping.

"silahkan dinikmati" sapanya ramah.

"kau masih ingat dengan buku yang kau buka di kamarnya, buku yang berisi 25 hal yang akan dia lakukan. Buku seukuran ponsel bewarna merah marun."

Aku mencoba mengingatnya, aku memang memiliki otak yg encer, tapi soal wanita entah mengapa aku tidak terlalu memiliki perhatian. Aku tidak terlalu pusing dengan mereka. Wanita yang kupikirkan di hidupku hanya nunaku, itupun aku rasa karena dia nunaku saja tidak yang istimewa.

"yang mana ya hyung." Aku bertanya sambil memasukkan sesuap besar bibimbap ke dalam mulutku.

Hyung memperlihatkan sebuah foto yang didalamnya terdapat buku nuna. Aku mulai mengingatnya, aku mulai bisa mengingat isi 25 keinginan nuna sebelum dia tewas dalam kecelakaan itu.

"iya, aku mengingatnya. Lalu didalam mimpi hyung apa yang nuna minta?"

"dia bilang dia saat ini terjebak didunianya karena keinginan-keinginannya itu, dia memintaku mewujudkan semuanya?"

"haah?"

"iya dia memintaku bersamamu mewujudkan itu semua?"

"kau gila hyung."

"benarkan, aku memang sudah gila gyeom"

Aku asyik mengunyah bibmbap enak ini, dan meminta kepada pelayan untuk memesan sebuah bibimbap lagi dan meminta tambahan kimchi yang sepertinya akan habis jika Jungha Hyung dan aku mengambilnya sekali lagi.

"apa bibimbap itu enak?"

"enak sekali."

"kau memang saudara kembar Song Han Gyeol."

"dia sangat menyukai bibimbap di resto ini, hampir setiap hari aku dan dia bersama makan di sini. Biasanya resto ini lumayan ramai, tapi mungkin karena sudah lewat jam makan siang jadi agak sepi. Tempat ini, kami juga biasanya disini."

Aku tidak terlalu ambil pusing dengan segala romansa yang Jungha Hyung ceritakan bersama nunaku. Bagiku itu adalah kehidupan biasa sebagai sebuah pasangan.

"hyung, abaikan saja mimpi nuna, kau hanya masih merindukannya."

"awalnya aku juga berpikiran seperti itu gyeom sampai ada masa dimana dia bisa menjatuhkan foto kami berdua."

"maksudmu?"

"kejadian ini baru saj terjadi sekitar seminggu yang lalu kalau tidak salah. Aku mendnegar ada suara yang memanggilku ketika aku asyik mandi karena seharian pulang kerja, kalo tidak salah ingat waktu itu sekitar pukul sebelas malam. Aku mendengar ada ornag yg memanggil namaku. Mulanya aku mengabaikannya, karena aku mengira itu hanya suara yang menggema dari elevisi yang ku nyalakan di kamarku. Kemudian aku keluar dan memakai pakaianku, aku kembali mendengar seseorang memanggil-manggil namaku. Aku mencari sumber suaranya, dan suara itu seperti keluar dari sebuah foto yang kupajang di meja di sebelah ranjangku, lalu poto itu terjatuh kelantai dan pecah, padahal aku sama sekali tidak menyentuhnya."

"kau mungkin tidak sadar karena sedang kelelahan."

"iya aku mengiranya juga begitu, dan itu terjadi terus menerus sampai tadi malam. Aku sudah tidak bisa berpikiran positif lagi gyeom."

"ini tidak masuk akal."

"matta.. benarkan, tidak masuk akalkan" 

Kau harus banyak istirahat hyung, jangan banyak bekerja, berdamai dari kehilangan nuna dengan menyibukkan diri bekerja membuatmu menjadi berpikiran yang tidak-tidak."

"tapi jika malam ini hal itu terjadi lagi, aku memintamu untuk tidur di rumahku, dan membuktikan itu semua."

"setuju, aku bahkan akan tinggal dirumahmu selamanya jika hal itu benar terjadi." Aku tertawa melihat hyung yang serius sekali menceritakan jika dia sedang di teror oleh suara nuna yang memanggilnya. Lagipula nuna sudah pergi enam bulan yang lalu. Mana mungkin dia masih sibuk dengan kehidupan di dunia ini. pasti dia sedang bersenang-senang dengan ibu di surga. 

25 Han Gyeol's ExpectancyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang