VOW IN THE RAIN : Chapter 2
! TW ! : Senapan api, perkelahian, darah
.
.
.
♤
Pesawat besar berkapasitas tujuh orang itu nampak lenggang. Hanya empat orang yang berada di sana.
Satu pilot, satu pramugari, serta dua penumpang yang bersandar pada kursi berbahan kulit asli seraya menyesap kopi hangatnya masing-masing.
“Berapa senapan api yang kita distribusikan hari ini, Theo?”
“Totalnya 60 kotak. 20 kotak pistol kecil dan 40 kotak sisanya berisi pistol berukuran sedang. Jadi, sudah sekitar 150 kotak kita kirim ke kota tujuan,” terang pemuda di sebelahnya.
“Para penembak kita juga akan mulai terbang besok, satu per satu setiap jadwal penerbangan. Menghindari kecurigaan dari dua Naga Besar lainnya.”
“Bagus. Ku serahkan padamu sisanya,” puji Kyler. Puas dengan apa yang Theo jelaskan. Semua berjalan seperti yang dia rencanakan, setidaknya untuk saat ini.
Berbicara tentang Naga Besar. Naga Besar sendiri merupakan perkumpulan keluarga yang mengambil alih kekuasaan satu atau lebih negara-negara dunia di balik bayang-bayang penguasa.
Semakin banyak negara yang mereka kuasai, semakin tinggi kedudukannya di Naga Besar.
Saat ini, Naga Besar memiliki tiga keluarga utama yang menjadi pondasinya. Adapun dari mereka dijuluki sebagai Gold Dragon, Silver Dragon, dan Bronze Dragon.
Tingkatannya sesuai dengan seberapa banyak negara yang mereka kuasai.
Selain mengambil keuntungan dari negara-negara tersebut, masing-masing anggota Naga Besar juga diharuskan memiliki sektor usahanya sendiri yang menjadi icon dari nama mereka.
Tiga pondasi Naga Besar juga bisa berlaku sebagai leader untuk keluarga-keluarga kecil di bawahnya untuk mengikat kerja sama yang ditulis dalam perjanjian secara jelas.
Hakikatnya, mereka bisa saling menguntungkan. Jika tidak ada keluarga menyatakan perang seperti sekarang ini.
Keluarga Thomn sendiri— keluarga tempat Kyler dibesarkan —menyandang gelar Silver Dragon. Mereka sangat berpengaruh dalam produksi senapan api, bom, dan lain sebagainya.
Oleh karena itu, mereka lebih banyak menguasai daerah bagian barat bumi yang terkenal dengan pengekspor senjata api terbesar di dunia.
“Belikan mereka tiket regular saja. Suruh menyatu dengan penumpang lain,” saran Kyler.
“Sudah ku lakukan. Silakan kau cek, aku takut ada yang tertinggal.”
Theo memberikan macbook-nya yang menampilkan progress untuk misi kali ini yang baru mencapai 10%.
Kyler menganalisis secara seksama. Sudut bibirnya naik. Tangan kanannya itu melakukan pekerjaan yang luar biasa hebat. “Sempurna seperti biasa.”
**
Dengungan rendah terdengar halus memasuki indra pendengaran. Roda-roda kecil dikeluarkan kala jarak pesawat dengan daratan mulai menipis. Siap kembali pada hakikat gravitasi yang berlaku.
KAMU SEDANG MEMBACA
VOW IN THE RAIN [PoohPavel]
Fanfiction"Hanya orang bodoh yang melakukan misi berbahaya dengan memikirkan orang lain, Kyler." Itu perkataan sekaligus peringatan keras dari Tuan Besar. Seseorang yang berstatus ayahnya dan tentu, Kyler menjadikannya pedoman penting sejak misi pertamanya. N...