IV. How we got acquainted

216 20 2
                                    

VOW IN THE RAIN : Chapter 4

.

.

.

Sutra halus membelai lembut kulit Naren. Kehangatan yang menyelimutinya juga sangat pas untuk tidur lebih lama, walaupun saat ini di luar, angin dingin sudah berkeliaran dengan bebas dan menandakan sebentar lagi musim hujan akan datang.

Dia mengeratkan selimut yang menutupi tubuhnya. Bermaksud mencari kehangatan lebih agar dia bisa kembali tertidur lelap.

Menyadari bahwa dirinya masih bisa merasakan semua kenyamanan ini. Naren langsung membuka matanya dan bangun secara tiba-tiba. Membuat tangan kanannya sakit bukan kepalang.

Seorang pemuda yang awalnya duduk diam di kursi seberang, bergegas menghampiri Naren.

Walaupun samar, tapi siapa pun masih bisa melihat wajah pemuda itu menunjukkan ekspresi khawatirnya.

Melihat seorang pemuda asing di hadapannya, Naren langsung memundurkan badannya. Tangannya mengambil sikap kuda-kuda andalannya.

“Diam di sana atau kau akan mati di tanganku, bajingan.”

Mengabaikan tatapan membunuh yang Naren berikan padanya. Kyler dengan wajah datarnya memukul tangan Naren yang tertutup perban.

Tidak keras, hanya cukup membuat Naren meringis kesakitan lagi.

“Berengsek.” Naren langsung menutupi lengannya dengan telapak tangannya yang lain. Matanya menatap tajam mata Kyler yang lumayan sipit itu. “Kau gila, hah?”

I am. Karena itu, diamlah sebelum aku melemparmu ke luar jendela.”

Naren menganalisa tubuh pemuda itu untuk beberapa saat sebelum akhirnya mengejek, “Dengan tubuhmu yang sekecil ini? Aku yakin kau bahkan bisa pingsan jika ku suruh berdiri 10 menit di bawah sinar matahari terik.”

Naren mungkin bisa mengatakan itu dengan suara lantangnya, namun sungguh, saat ini lengannya benar-benar sangat sakit karena dia terlalu banyak bergerak sejak tadi. Bahkan posisi duduknya pun tidak terlalu nyaman untuknya.

Mengabaikan pernyataan yang tidak terlalu bermutu yang keluar dari mulut Naren, Kyler lebih memilih membantu menyesuaikan tangan Naren yang terbungkus perban agar mendapat posisi ternyamannya.

Naren mau tidak mau hanya bisa diam menerima perlakuan Kyler. Ini pertama kalinya tanggannya terasa sesakit ini.

“Kau seharusnya tidak bergerak tiba-tiba. Kau terlambat mengeluarkan pelurunya jadi lukanya sedikit serius,” papar Kyler.

“Aku bisa menjaga tubuhku sendiri.”

“Kalau begitu, katakanlah pada dirimu tiga jam lalu. Yang dengan mudahnya terpojok oleh mereka,” sindir Kyler. Dia berjalan kembali ke kursinya.

That's not your business,” ketus Naren, “Dan, apa yang membuatmu menyelamatkanku? Kau bahkan tiba terlalu tepat waktu, tepat sebelum aku dibunuh. Ini bagian dari rencana Sergio? Kau juga salah satu bajingan yang bekerja untuknya, bukan?”

VOW IN THE RAIN [PoohPavel]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang