VIII. What do you seek?

227 19 2
                                    

VOW IN THE RAIN : Chapter 8

! TW ! : Senapan api, Kissing

.

.

.

Hamparan lapangan berrumput hijau mengelilingi mereka. Memenuhi pandangan kemana pun mata mengarah. Tampak asri dan segar.

Sinar matahari menyapa kulit. Mencoba menghantarkan kehangatan. Meningkatkan suhu tubuh yang mendingin karena malam tadi.

Kyler memejamkan matanya. Merasakan setiap bisik-bisik angin menggelitik kulitnya.

Senyum kecilnya terbit. Senang bisa menikmati suasana tenang yang jarang dia dapatkan karena suasana mansion Thomn selalu berisik, terlalu berisik.

Langkah keduanya berjalan seirama. Menapaki embun-embun pagi yang menghiasi setiap helai rumput segar. Yang berimbas membuat sepatu bagian luar mereka basah tanpa terkecuali.

Walau tinggi pemuda itu ada dibawahnya, Naren belum terbiasa dengan kecepatan langkah Kyler yang dua kali lebih cepat darinya. Namun, dia berusaha menyeimbangi sebisanya.

Dia memasukkan tangannya ke saku jaketnya,— yang sempat dia ambil dari kamarnya tadi —kala sepoi-sepoi udara dingin berhembus.

Matanya secara otomatis melirik Kyler. Masih penasaran dengan apa-apa yang berkaitan dengan pemuda asing ini.

Untuk sekarang, dia hanya bisa berharap semoga Oszan bisa cepat mendapatkan informasi lengkap tentangnya.

Dilihatnya, di balik kacamata itu, Kyler memejamkan mata. Kepalanya sedikit dia angkat. Rambutnya yang mulai kembali mengering, melayang-layang di udara dengan eloknya.

Pandangan mata Naren turun perlahan dan menyadari betapa kokoh rahang yang menstruktur keseluruhan paras indahnya.

Senyum kecil yang menghias wajah itu juga tidak dia lewatkan sedikit pun. Senyum yang menawan, namun jarang sekali dia pamerkan.

Naren memalingkan wajahnya sembari tersenyum miris. Dia sudah gila.

"Kau tidak memiliki trauma dengan suara tembakan, bukan?" terka Kyler tiba-tiba. Langkahnya dia hentikan. Membuat Naren menatapnya bingung.

"Akan menyulitkan jika kau mempunyai trauma seperti itu."

Naren menghela napas pendeknya. "To be honest, I do have bad memories of it. But, not to the point that I have any form of trauma or anxiety."

Kyler terdiam. Dia menatap Naren beberapa detik sebelum akhirnya berkata singkat, "Good for you, then."

Lapangan tembak Syrens nampak renggang hari ini. Hanya ada tiga pelayan pria yang bolak-balik demi menyiapkan bidik senapan dan segala peralatan menembak untuk mereka.

Mungkin karena hari ini tidak ada jadwal latihan menembak bagi para bodyguard, pikir Kyler.

Matanya mengedar, menganalisis setiap sudut lapangan. Berbanding terbalik dengan kemegahan Syrens, tidak ada yang terlalu istimewa di sini.

Tembok batu tua yang bertujuan mengantisipasi adanya peluru nyasar dibangun mengelilingi lapangan.

Di belakang papan bidikan yang disusun berderet, didirikan juga brem yang terdiri dari susunan ban mobil bekas dan tanah untuk menahan bidikan yang meleset.

VOW IN THE RAIN [PoohPavel]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang