III. Beyond the limit

198 21 5
                                    

VOW IN THE RAIN : Chapter 3

! TW ! : Senapan api, perkelahian, darah

.

.

.

Sepi, senyap, kosong. Dan berbagai kata tentang definisi kesunyian adalah sebuah ungkapan yang cocok dengan gambaran lorong yang menyambut mereka begitu pintu lift terbuka.

Sangat berbanding terbalik dengan suasana ruangan pesta lantai dasar yang megah dan meriah. Kyler dan Theo telah tiba di lantai 15 yang minim cahaya dan nampak bisu.

Merasakan berbagai kesunyian yang asing. Theo langsung meningkatkan pengawasannya.

Tangannya mengeluarkan pistol yang tersimpan rapi di dalam jasnya. Dan secara inisiatif, berjalan mendahului Kyler.

“Aneh sekali. Menurutmu, apa yang sedang terjadi di sini?” tanya Kyler.

Berbanding terbalik dengan Theo, pemuda itu malah tetap mempertahankan sikap santainya.

Bahkan bisa dibilang terlalu santai untuk berjalan dengan kecepatan normal dengan tangan menyentuh dinding lorong di keadaan seperti ini.

“Bisakah kau tidak banyak menebak dan segera keluarkan pistolmu? Kita tidak tahu kapan mereka muncul,” geram Theo.

“Tenanglah. Tidak akan ada yang akan melukai kita,” ucapnya sembari menurunkan tangan Theo yang sudah siap menembakkan peluru pistolnya kapan saja.

Theo mendecak. Tuan mudanya itu terlalu memudahkan segala situasi.

Di misi terencana, mereka memang akan terlindungi 100% oleh ratusan pengawal tersembunyi yang siap membantu setiap mereka diserang.

Namun, kali ini berbeda. Disini tidak ada rencana, tidak ada pengawal, dan mereka bahkan tidak tahu denah tempat tangga darurat berada.

Mengacuhkan pandangan khawatir dari Theo, Kyler tetap berjalan santai di lorong gelap itu.

Hingga akhirnya, langkahnya berhenti melihat sebuah sepatu heels tergelatak di sana. Kyler mengambil dan memcoba menganalisa alas sepatu itu. Masih hangat.

“Apa yang salah—”

Dor!

Suara tembakkan terdengar memekakkan telinga berasal dari ujung lorong. Kyler dengan sigap berlari ke sana dan mengendap dari sisi dinding agar bisa melihat apa-apa yang terjadi di sana. Theo senantiasa mengikuti.

Untungnya, ruangan yang ada di sisi pintu yang lain sangat luas dan jarak orang-orang yang berkerumun tepat di ujung ruangan. Jadi, tidak ada yang menyadari bahwa ada tamu asing baru saja mendekat dan mengintai mereka.

Bola mata Theo membesar ketika melihat orang-orang berseragam pengawal mengarahkan pistol mereka kepada dua pemuda yang berada di tengah mereka.

“Mereka melawan siapa?” tanya Theo. Dia tidak bisa melihat wajah pemuda yang terbaring.

“Satu dari Tuan Muda Syrens.”

VOW IN THE RAIN [PoohPavel]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang