Sasa menyisir rambut Baskara dengan rapih, setelah ia selesai memandikan anak lakinya itu. Hari ini adalah hari minggu, harinya Sasa untuk quality time bersama Baskara, walaupun mereka hanya di rumah.
"Anak gantengnya Bunda mau sarapan apa pagi ini?" tanya Sasa.
"Mau pisang bakar, Bunda," ucap Baskara.
"Okey, bunda akan buatkan pisang bakar yang enak untuk Baskara." ucap Sasa.
"Tapi sebelum bunda masak, bunda mau di cium dulu sama anak bunda," ucap Sasa sambil menyentuh pipinya.
Tanpa rasa gengsi, Baskara mencium pipi Sasa, membuat Sasa mengembangkan senyuman di bibirnya.
"Let's go kita keluar kamar," ucap Sasa menggenggam tangan Baskara.
Sasa membawa Baskara keluar dari kamar, mendudukkan anak lelakinya itu di kursi yang ada di meja makan.
"Duduk disini dulu, ya? Bunda bikin pisang bakarnya dulu," ucap Sasa.
"Iya, bunda," ucap Baskara.
Sasa melangkahkan kakinya ke arah dapur, membiarkan Baskara bermain sendiri di meja makan. Sasa mulai berkutat dengan peralatan - peralatan masaknya, mulai menyiapkan sarapan untuk anak semata wayangnya itu.
"Adek, minumnya mau bunda buatkan jus atau susu?" tanya Sasa pada Baskara.
"Aku mau susu coklat," ucap Baskara.
"Oke, sayang," ucap Sasa.
Selesai membuatkan pisang bakar untuk Baskara, Sasa beralih membuatkan susu coklat untuk anaknya. Setelah semua menu sarapan Baskara jadi, Sasa membawa menu sarapan itu ke meja makan.
"Mobil remotnya di simpan dulu, ya. Kita sarapan dulu. Habis itu baru main lagi," ucap Sasa.
Baskara meletakkan remote kontrol yang ada di tangannya ke meja makan, menuruti perintah Bundanya.
"Baca apa dulu sebelum makan?" tanya Sasa.
"Bismillahirrahmanirrahim," ucap Baskara.
"Mau makan sendiri atau bunda suapin?" tanya Sasa.
"Makan sendiri," ucap Baskara.
"Okey. Selamat makan, anak ganteng," ucap Sasa sambil mengelus rambut Baskara.
"Selamat makan, bunda," ucap Baskara.
Sasa dan Baskara menikmati sarapan yang ada di meja makan. Selama makan, tak ada percakapan diantara keduanya, karena Sasa selalu mengajarkan pada Baskara bahwa mereka tidak boleh bicara, ketika mereka sedang makan. Sebuah hal yang sederhana memang, namun cukup susah mengajarkan hal itu pada Baskara.
"Aku sudah selesai," ucap Baskara ketika sudah selesai menghabiskan beberapa potong pisang bakar yang sudah Sasa siapkan.
"Susunya di habiskan, tidak boleh di buang - buang," ucap Sasa.
Baskara menghabiskan susu coklat yang ada di sebelahnya hingga susu coklat itu habis tak tersisa. Setelah susu itu habis, Baskara bergegas turun dari meja makan, kembali bermain mobil remote di lantai.
Sasa tidak melarang itu, karena di umur Baskara sekarang, umur dimana anak - anak kecil mulai mengeksplor apa yang ia suka. Biarlah Baskara bermain, yang penting anak kecil itu sudah sarapan.
"Adek, bunda tinggal beres - beres rumah, ya," ucap Sasa ketika sudah menyelesaikan sarapannya.
"Iya, bunda," ucap Baskara.
***
Kring.. Kring..
Sasa mengalihkan pandangannya ke arah ponselnya ketika mendengar ponselnya berdering kencang. Sasa mengerutkan keningnya kala melihat nama Satya tertera di layar ponselnya. Ada apa abangnya itu meneleponnya? Karena penasaran, Sasa pun mengangkat panggilan telepon tersebut.

KAMU SEDANG MEMBACA
Second Chance.
Ficção AdolescenteSalma Shazania Azzahra adalah seorang single mother yang mengurus anak semata wayangnya, seorang diri. Banyak rasa sakit dan trauma yang sudah perempuan itu rasakan, atas kesalahannya dulu. Semua perasaan itu, perlahan sirnah, seiring berjalannya wa...