Chapter 08

1.3K 31 3
                                    

Sial.

Sial, sial, sial.

Semalaman aku tidak bisa menutup mataku. Kedua tanganku merangkul, meremas tubuh Mei yang terkulai di pelukanku.

Mei sangat cantik, sangat polos, sangat menggemaskan. Dia bilang dia mencintaiku berkali-kali. Matanya bilang dia mendamba setiap sentuhanku.

Aku hilang kendali dan melakukannya dengan Mei.

Jangan mengingatnya.

Jangan menyadari apa yang terjadi malam itu, Mei.

Kalau dia ingat, lalu apa dia akan membenciku?

Tidak. Mei sangat mencintaiku. Setiap malam dia selalu datang untuk memohon sentuhanku, seperti seorang umat yang memohon berkah tuhannya.

"Pembangunan desa sudah selesai, Pak. Dan Gao berhasil terpilih menjadi gubernur. Semua berkat Anda. Gao ingin mengundang Anda dalam acara makan malam bersama untuk merayakan kemenangan kita."

"Tolong wakili aku saja, Han."

"Hm? Bukankah kata Anda, Anda dan Nyonya Mei akan kembali besok?"

"Ya. Kembali ke desa. Kami akan sibuk selama beberapa waktu."

"Bagaimana dengan bapak mampir ke kantor dulu—"

"Kau saja yang ambil alih. Kalau ada dokumen penting, kirim email saja."

Han menghela napas panjang. "Oke, Pak. Saya ingin naik gaji."

Dasar bajingan tidak tahu diri. Aku menutup telpon, lalu mengamati Mei yang sedang bersiap-siap membereskan barangnya ke koper bersama Yue.

Yue... memanggilku Papa. Dasar bocah, bagaimana kalau sampai Mei menyadari? Tapi, setidak peka apa pun Mei, harusnya dia melihat kesamaan kami. Makin hari, Yue tumbuh makin mirip dengan diriku. Ah, manis sekali.

Apa...aku mengaku saja, ya? Tapi kalau aku mengaku, bagaimana jika Mei akhirnya membenciku dan tidak mengizinkanku bertemu dengannya atau dengan Yue? Bisa mati aku.

"Sudah, Mei?"

Mei tersenyum, sedikit kaku, lalu mengangguk. "Saya rasa, sudah semua."

"Oke." Ada... yang aneh. "Mau langsung pulang atau mampir ke mana dulu, Love?"

"Paa! Paaa....!"

"My baby bunny."

Aku bermaksud menggendong Yue yang membuka tangannya ke arahku seperti biasa. Tapi Mei mengangkat tubuh Yue dan menggendongnya.

Fucking no way.

I messed this up.

"Yue, Tuan Zhao Long akan sibuk. Yue digendong Mama saja, ya?"

Yue tidak menjawab, tapi tidak tantrum juga. Mirip sekali dengan sikap ibunya. Hmm... mari kita coba saja.

Dengan satu tangan, aku membawa koper mereka, sementara sebelah tanganku yang bebas merangkul pinggang Mei. Sentuhanku membuat gadis itu bereaksi, seperti biasa. Dia sedikit terjingkat, dan menunduk lebih dalam. Dia diam, tapi tidak tersenyum ke arahku.

"B-bisakah Anda membawa kami langsung pulang ke desa saja, Tuan?" Tanya Mei akhirnya setelah kami diam beberapa lama selama perjalanan. "Saya mohon."

"Tidak perlu memohon begitu, My Love." Aku mengusap pipinya yang merona setiap menatap ke arahku. "Aku seharusnya bilang padamu sejak awal, dan meminta izin. Aku sudah membangun rumahmu dari ulang. Tentu, warung makan di bagian bawah rumahnya juga."

Mei terlihat bingung dan menelengkan kepalanya. "Di bagian bawahnya? Kan rumah saya memang satu lantai saja, Tuan?"

"Ah, iya. Aku membangun rumah itu menjadi dua tingkat. Kalian akan memiliki tiga kamar di bagian atas. Akan lebih luas daripada sebelumnya, karena aku membeli tanah kosong di sebelah rumahmu yang penuh ilalang itu. Kau tidak keberatan, bukan?"

Mei - My Beautiful Muse 🔞 [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang