بِسْمِ اللَّهِ الرحمن الرَّحِيمِ
ෆෆෆ
ෆෆ
ෆ
اللّٰهُمَّ صَلِّ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلٰى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ
📿📿📿📿📿
dia ujian cinta bukan jodohmu.
dia didatangkan untuk menguji keimananmu. dan dia berhasil.
kau kini begitu bimbang, resah dan gelisah.
semoga imanmu yang menang, bukan rasa kagummu."halo Al" sapa gadis cantik yang terbalut rapi dengan kerudung syar'i putih. tak lupa ia tunjukkan senyum manisnya.
sang empu yang disapa hanya diam tanpa memedulikannya. ia melangkah lebih cepat dari sebelumnya.
gadis itu kesulitan untuk mengimbangi langkah lelaki dihadapannya hingga tertinggal di belakang, membuat gadis itu mencebik kesal. "ishhh.. Al tungguin Amara dongg" rengeknya
2 sejoli itu kini menduduki bangku kelas 6 SD. Ya. Alfar dan Amara satu sekolah saat sekolah dasar. Amara sudah menyimpan rasa kagumnya pada Alfar saat kelas 4 SD. tapi sama sekali tak digubris oleh sang empu. membuat Amara semakin kagum karena keteguhannya. ingat kagum bukan cinta.
Alfar yang mendengar rengekan itu berhenti. sungguh ia muak. "saya peringatkan sekali lagi! jangan dekati saya! percuma pakaian mu syar'i tapi akhlakmu minim." ungkapnya menekan setiap kata yang ia lontarkan.
deg.
Amara hanya senyum sebagai respon, ia memaklumi Alfar. mungkin ia sedang bad mood pikirnya. ralat hanya saat berhadapan dengan Amara.
"Alfaaarrr, memakai pakaian menutup aurat itu kewajiban bagi setiap muslimah. masalah akhlak seseorang tak ada hubungannya dengan pakaian yang ia pakai" tuturnya lembut
Alfar menganggukkan kepala "Dan menjaga Marwah juga adalah kewajiban seorang muslim dan muslimah kalau kamu lupa"
ucapnya lantas meninggalkan AmaraAmara menahan dadanya yang sesak. lantas ia tersenyum "tidak apa-apa, Alfar lagi bad mood ra" lirihnya sambil tersenyum.
dari kejadian itu membuat Amara tidak mengganggu Alfar lagi, dan Alfar merasa tenang dengan ketidak hadiran Amara.
hingga hari wisuda tiba Amara dan Alfar tidak ada komunikasi sama sekali. Amara memutuskan mondok begitu pun dengan Alfar. hanya saja mereka berbeda pondok.
selama 6 tahun mondok juga mereka putus komunikasi, hingga mereka di pertemukan kembali dalam rangka reuni SD. perasaan Amara masih sama hanya saja ia tak berani menyapa seperti saat ia masih duduk di bangku SD.
tapi jangan salah, setelah dari acara reuni rasa kagum Amara kian memuncak. mendengar Alfar yang sudah menjadi ustadz di salah satu pondok.
Amara yang mendapat nomor Alfar dari grup pun sering mengirimi pesan dan tak segan-segan menelpon. Ya. Amara akui itu salah tapi love is blind, isn't it?
terang Alfar panjang lebar. mereka kini bertukar cerita, dimulai dari Arzan yg menceritakan akibat dari kejadian ini. dan Alfar yang bisa sampai sini.
Alfar berdecak "Lantas kenapa Gus diam saja saat gadis itu menyalahkan antum?" tanyanya geram, Alfar tak terima teman sekaligus Gus-nya disalahkan begitu saja.
Arzan menghela napas "Yaa mau bagaimana lagi saya paham dengan perasaannya, saya memang merasa bersalah tapi takdir mana yang bisa saya hindari?" ucapnya santai
Alfar mendengus kesal mendengarnya "Memang selalu caper ke setiap lelaki, pakaiannya aja syar'i, akhlaknya minim" gerutu Alfar pelan yang masih bisa di dengar Arzan
Arzan yang mendengar itu hanya menggelengkan kepala "hilangkan ovt kamu itu terhadapnya jangan biarkan dirimu terlebih hatimu menyimpan rasa benci terhadap seseorang, apalagi itu seorang gadis" nasihat Arzan
"Jujur Gus saya.muak." ungkapnya menekan setiap kata yang ia lontarkan
Arzan hanya menghela napas panjang "Sebentar ko Umi dan Abi bisa mengenal dia ya?" tanya Arzan heran
"Mana tau" jawab Alfar acuh
"Umi dan Abi manggil gadis itu dengan sebutan Amara, tapi kamu dengan sebutan Ara?" tanya Arzan kembali
"Nama aslinya Amara Zuhaira Eleanor kerap dipanggil Amara" terangnya dengan ogah-ogahan
Arzan terkekeh mendengarnya "katanya muak tapi manggilnya pake panggilan khusus, Araaa" ledek Arzan membuat tawanya pecah
Alfar hanya berdecak mendengarnya, ia pun tak tau kenapa bisa memanggil nya dengan sebutan itu, agar lebih simpel pikir Alfar.
Alfar beranjak meninggalkan Arzan yang masih menertawakannya tanpa ada niatan untuk menjelaskan apapun. Arzan berusaha menghentikan tawanya dan bergegas menyusul Alfar.
tak mereka sadari sedari tadi ada sepasang mata yang menatapnya dengan sorot kecewa. "Sebenci itukah Al?" lirihnya, air matanya lolos begitu saja. sakit itulah yang sedang gadis itu rasakan saat ini.
seseorang yang ia kagumi bertahun-tahun menyimpan rasa benci terhadap dirinya. tapi atas dasar apa? pikirnya
gadis itu akui ia bodoh, ia pikir respon Alfar selama ini hanya untuk menyangkal perasaan terhadap dirinya dan akan ia terima di waktu yang tepat.
namun? gadis itu begitu larut dalam rasa kagumnya ia sudah terlanjur tenggelam dalam kekagumannya dan gadis itu berharap akan ada sesosok yang menyelamatkannya dari ketenggelaman ini.
gadis itu terkekeh miris, sempat-sempatnya ia berpikir seperti itu. mana mungkin ada. "Amara harus tutup perasaan ini serapat-rapatnya hingga tak ada yang mampu untuk membukanya selain lauhul mahfudz yang telah Ia tuliskan didalamnya, hilangkan rasa kagum ini Amara, apalagi kamu dan dia akan satu pondok" lirihnya menyemangati diri. tak lupa senyuman manis yang selalu ia pasang di setiap harinya.
assalamualaikum warahmatullah, hello everyone semoga suka yaa sama ceritanya hhi, maaf klo ada kata yang kurang tepat atau typo.
⚠️ jangan baca novel ini ketika waktu beribadah, utamakan membaca Al - Qur'an dan sholawat, take the positive n leave the negative. ⚠️
barakallahu fiikum 💗 💗 💗 💗
KAMU SEDANG MEMBACA
AMARARZAN [TERBIT]✓
Novela JuvenilDILARANG PLAGIAT⚠️ "masih adakah rasa itu untukku Ara?" -Alfar "ijinkan saya menjadi penyempurna separuh agamamu Aira" -Arzan "yaa Allah, kenapa begitu sulit pilihan yang Kau beri?" -Amara 23 Agustus 2024