10

16 3 0
                                    

Beberapa minggu berlalu di tempat persembunyian baru, dan meskipun kami merasa sedikit lebih aman, ketegangan meresap ke setiap sudut. Berita internasional tentang buku kami terus membakar perhatian dunia, dan pemerintah mulai terpojok. Namun, ancaman fisik terus menghantui, dan setiap detik membawa ketidakpastian.

Suatu malam, ketika kami sedang menyusun laporan dan memantau komunikasi, Nara datang dengan wajah yang menunjukkan kemarahan dan kegelisahan. “Pemerintah merencanakan serangan besar-besaran untuk menghancurkan jaringan internasional kita,” katanya dengan nada dingin dan tajam.

Kata-katanya mengguncang kami, menyadari bahwa jika pemerintah berhasil menghancurkan jaringan kami, perlindungan internasional kami akan lenyap—dan kami akan terjebak dalam cengkeraman mereka.

Dengan cepat, kami menghubungi kontak internasional, memperingatkan mereka tentang ancaman yang mendekat dengan kejam. Kami meminta mereka untuk mempercepat evakuasi dan memperketat keamanan, memastikan bahwa informasi kami tetap tersembunyi dari mata-mata dan pengkhianat.

Keesokan harinya, kami menerima kabar bahwa kontak kami telah mengatur pertemuan darurat dengan pejabat tinggi luar negeri untuk mengamankan perlindungan ekstra. Meskipun kami merasa sedikit lega, ancaman tetap menyelimuti kami.

Di tengah semua ketegangan ini, kami terus mempersiapkan dokumen terakhir untuk dikirimkan. Ketika aku tengah mengemas, ketukan keras di pintu memecah kesunyian—sebuah peringatan yang meresahkan. Aku memberi isyarat pada Nara dan tim untuk bersiap. Ketika pintu dibuka, seorang pria misterius berdiri di luar, wajahnya tanpa ekspresi, menyerahkan amplop tebal dengan tangan yang dingin.

“Ini dari kontak internasional,” katanya tanpa emosi. “Ada update penting.”

Di dalam amplop, kami menemukan rencana terperinci untuk evakuasi yang lebih aman dan strategi baru. Rencana ini termasuk pemindahan lokasi persembunyian secara rutin, perubahan identitas, dan tindakan pencegahan ekstrem untuk menghindari deteksi.

Dengan rencana baru ini, kami mulai mengatur ulang strategi kami dengan cermat. Kami berpindah dari satu tempat persembunyian ke tempat lainnya secara rutin, menyembunyikan jejak kami dengan cara yang brutal dan efektif. Setiap langkah diperhitungkan dengan seksama, dan kami memperketat komunikasi serta memindahkan dokumen ke saluran yang lebih aman.

Selama beberapa minggu berikutnya, kami mengikuti rencana dengan ketat, berpindah dari satu lokasi ke lokasi lainnya, sembunyi dari patroli, dan berusaha tetap terhubung dengan jaringan internasional kami.

Di tengah kekacauan ini, aku menulis di buku harian kecilku. “Kami terus berlari dari fatamorgana ancaman dan kematian, tetapi tekad kami tak tergoyahkan. Kebenaran yang kami ungkap adalah nyala api yang takkan pernah padam. Kami akan terus melawan, bahkan jika itu berarti hidup di bawah ancaman pembunuhan yang terus mengintai.”

Kami tahu perjuangan ini belum berakhir, tetapi setiap langkah kami mendekatkan kami pada kemenangan. Suara Larasati dan semua yang terlibat akan terus bergema, mendorong kami untuk melawan dan mencari keadilan—kendatipun kami harus menghadapi segala bentuk teror.

NAMAKU LAUT (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang