episode 2: Luna

2 0 0
                                    

Hari-hari berlalu, dan Jungkook menjadi lebih sering hadir di kedai kopi Issa. Ia selalu datang dengan senyum hangat, membawa kelegaan bagi Issa yang menikmati kehadirannya. Jungkook tahu cara membuat percakapan mereka terasa ringan dan menyenangkan, sehingga keduanya merasa nyaman. Setiap kali Jungkook datang, suasana kedai terasa lebih hidup.

Issa mulai terbiasa dengan kehadiran Jungkook. Ada perasaan hangat yang muncul setiap kali dia melihat Jungkook duduk di meja sudut, menikmati kopi sambil membaca buku atau menatap keluar jendela. Dia adalah sosok yang menenangkan, dan Issa merasa beruntung memiliki seseorang yang begitu perhatian terhadapnya.

Suatu sore, ketika kedai sudah agak sepi, Issa menerima pesan dari teman lamanya, Luna.

Luna

Issa, aku ada di dekat kedaimu. Bolehkah aku mampir? Lama sekali kita tidak bertemu.

Issa tersenyum dan dengan cepat membalas pesan itu.

Tentu, Luna. Aku akan senang sekali melihatmu lagi!


Ketika Luna akhirnya tiba di kedai, Issa menyambutnya dengan pelukan hangat. Mereka segera larut dalam percakapan, tertawa dan saling berbagi cerita. Luna, dengan senyum lebarnya, tidak berubah sedikit pun sejak terakhir kali mereka bertemu.

"Ini tempat yang indah, Issa. Aku tahu kamu akan berhasil dengan kedai ini," kata Luna sambil memandangi interior yang nyaman dan homey.

"Terima kasih, Luna. Aku sangat senang akhirnya kita bisa bertemu lagi," jawab Issa dengan tulus.

Saat mereka tengah berbincang, Jungkook memasuki kedai seperti biasanya. Dia langsung menyadari kehadiran tamu baru di meja Issa, tapi wajahnya tetap tenang dan tersenyum lebar.

"Ah, Issa," sapa Jungkook dengan nada lembut yang sudah sangat dikenal oleh Issa. "Kamu punya tamu spesial hari ini?"

Issa tersenyum lebar. "Jungkook, ini Luna, sahabatku sejak SMA. Luna, ini Jungkook. Dia pelanggan tetapku yang selalu mampir ke sini setiap hari."

Jungkook mengulurkan tangan dengan sopan. "Senang bertemu denganmu, Luna. Issa sering bercerita tentangmu."

Luna menjabat tangan Jungkook sambil tersenyum. "Senang juga bertemu denganmu, Jungkook. Aku senang mendengar Issa dikelilingi orang-orang yang baik seperti kamu."

Mereka bertiga duduk bersama, dan percakapan pun berlanjut. Jungkook dengan mudah mencairkan suasana, menunjukkan betapa dia adalah seorang pendengar yang baik. Dia sesekali melontarkan lelucon kecil yang membuat Issa dan Luna tertawa. Kehadirannya begitu alami dan hangat, membuat Luna merasa nyaman, meskipun ada sedikit rasa penasaran yang muncul di benaknya.

"Aku suka tempat ini, Jungkook. Tidak heran kamu sering datang ke sini," kata Luna, memuji suasana kedai yang penuh kehangatan.

Jungkook mengangguk sambil tersenyum pada Issa. "Kedai ini punya daya tarik sendiri. Tapi, yang lebih penting, aku suka berada di sini karena Issa. Dia selalu membuat hari-hariku lebih baik."

Issa merona mendengar kata-kata Jungkook, merasa tersanjung. Luna memperhatikan bagaimana Jungkook selalu melibatkan Issa dalam setiap kalimatnya, dan meskipun itu terlihat manis, ada sesuatu yang sedikit mengganggunya, meski dia tidak bisa menentukan apa itu.

Seiring berjalannya waktu, Luna dan Jungkook berbincang lebih banyak. Luna mulai merasakan ada ketulusan dalam cara Jungkook berbicara dan menatap Issa, namun di sisi lain, dia juga merasa ada sesuatu yang sedikit berlebihan dalam perhatian Jungkook.

"Aku senang Issa punya seseorang yang perhatian seperti kamu, Jungkook. Dia sangat berharga bagiku, dan aku hanya ingin yang terbaik untuknya," kata Luna dengan nada lembut tapi sedikit waspada.

Jungkook menatap Luna dengan mata yang jernih. "Percayalah, Luna, aku juga hanya ingin yang terbaik untuk Issa. Dia pantas mendapatkan yang terbaik."

Luna tersenyum, tapi ada sesuatu dalam kalimat itu yang membuatnya berpikir. Namun, dia tidak ingin merusak suasana, jadi dia menepis perasaannya dan melanjutkan percakapan seperti biasa.

Setelah beberapa waktu, Luna akhirnya pamit. "Aku senang bisa bertemu denganmu lagi, Issa. Kita harus melakukannya lebih sering."

Issa mengangguk setuju. "Iya, kita harus. Terima kasih sudah datang, Luna."

Luna tersenyum dan memeluk Issa erat-erat. "Jaga dirimu baik-baik, Issa. Kamu tahu aku selalu ada untukmu."

Setelah Luna pergi, Issa kembali ke dalam kedai di mana Jungkook masih menunggunya. Dia duduk di sebelahnya, merasa tenang dengan kehadiran Jungkook yang selalu ada untuknya.

"Aku senang bisa bertemu dengan Luna," kata Jungkook dengan nada lembut. "Dia orang yang baik dan jelas sangat peduli padamu."

Issa tersenyum. "Luna memang sahabat yang luar biasa. Aku beruntung memiliki dia."

Jungkook mengangguk dan menatap Issa dengan penuh perhatian. "Dan aku beruntung bisa bertemu denganmu, Issa. Kamu membuatku merasa hidup."

Issa merasakan kehangatan menjalar di hatinya. Baginya, Jungkook adalah seseorang yang tulus dan penuh kasih. Malam itu, Issa tidur dengan senyuman di wajahnya, merasa bahagia karena dikelilingi orang-orang yang menyayanginya.




bersambung...

issaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang