episode 4: bersenang-senang

5 0 0
                                    

Pagi itu, aku duduk di meja kasir di kedai kopi, mencoba mengalihkan pikiranku dari mimpi buruk yang terus menghantui. Tanganku menggenggam secangkir kopi yang sudah dingin, tapi aku terlalu sibuk dengan pikiranku sendiri untuk menyadarinya. Pelanggan berlalu-lalang, suara mesin kopi berdengung di latar belakang, tapi semuanya terasa jauh, seperti aku sedang berada di dalam kabut yang tebal.

Aku menghela napas panjang, berharap bisa mengusir bayangan dari mimpi itu. Tapi, semakin aku mencoba melupakannya, semakin kuat ingatan itu menguasai pikiranku. Aku bisa merasakan napas pria itu di dekatku, jarum suntik yang hampir menembus kulitku, dan perasaan terjebak yang membuat dadaku sesak.

Tiba-tiba, bel di pintu berbunyi, menandakan ada pelanggan yang masuk. Aku terkejut, seolah terbangun dari lamunan yang dalam, dan saat itulah aku melihatnya—-Jungkook berdiri di sana, tersenyum lembut seperti biasanya. Tapi kali ini, ada sesuatu yang berbeda. Aku merasakan debaran di dadaku yang lebih kuat dari biasanya, entah karena mimpi buruk itu, atau karena kehadirannya yang begitu tiba-tiba.

"Issa, kamu baik-baik saja?" tanya Jungkook, suaranya penuh dengan perhatian.

Aku mencoba tersenyum, tapi aku tahu senyum itu terlihat lemah. "Aku... aku baik-baik saja," jawabku, meski aku tahu aku tidak terdengar meyakinkan.

Jungkook mendekat, menatapku dengan tatapan khawatir. "Kamu terlihat pucat. Apa ada yang salah? Kamu tidak biasanya seperti ini."

Aku menggigit bibir, mencoba mencari kata-kata yang tepat. Aku tidak ingin terlihat lemah di depannya, tapi mimpi itu terlalu menggangguku. Akhirnya, aku menghela napas dan memutuskan untuk menceritakan sedikit.

"Jungkook... tadi malam aku bermimpi buruk," kataku pelan, mataku menatap ke arah cangkir kopi yang masih kugenggam. "Rasanya begitu nyata, dan aku tidak bisa menghilangkan perasaan takut ini."

Jungkook terdiam sejenak, lalu dia mengulurkan tangannya, menyentuh tanganku dengan lembut. "Mimpi seperti apa, Issa? Ceritakan padaku."

Aku menatap matanya yang tenang dan penuh perhatian. Ada sesuatu dalam tatapan itu yang membuatku merasa sedikit lebih aman, jadi aku mulai bercerita. "Aku berada di sebuah ruangan gelap... ada seorang dokter... dia mencoba menyuntikku... dan aku tidak bisa melawan. Rasanya seperti nyata, Jungkook. Seolah-olah itu bukan hanya sekadar mimpi."

Jungkook mendengarkan dengan seksama, tidak ada perubahan ekspresi yang terlihat di wajahnya. Hanya ketenangan yang menyejukkan. Tapi, di balik ketenangan itu, aku tidak tahu bahwa pikirannya berputar lebih cepat dari yang bisa kutebak. Dia tetap tenang, tidak menunjukkan sedikit pun kegelisahan yang mungkin dirasakannya. Sebaliknya, dia menarikku ke dalam pelukannya, menenangkanku dengan kehangatan yang selalu kurasakan darinya.

"Kamu aman sekarang, Issa," bisiknya di dekat telingaku. "Itu hanya mimpi. Aku di sini bersamamu."

Pelukannya membuatku merasa sedikit lebih baik, meskipun perasaan gelisah itu masih tersisa. Aku menutup mataku, merasakan denyut jantungnya yang tenang di dadanya, berusaha menghilangkan bayangan mimpi itu dari pikiranku. Jungkook selalu tahu bagaimana membuatku merasa aman, dan kali ini pun tidak berbeda. Namun, aku tidak tahu bahwa di balik senyumnya, ada sesuatu yang lebih dalam sedang terjadi.

***

Keesokan harinya, Jungkook mengajakku keluar dari rutinitas sehari-hari yang membosankan. "Bagaimana kalau kita pergi liburan sebentar?" tanyanya pagi itu, suaranya ceria seperti biasa. "Kita bisa pergi ke taman hiburan atau ke tempat yang menyenangkan. Kamu butuh istirahat, Issa."

Aku tersenyum kecil, merasa bahwa mungkin itu ide yang bagus. Lagipula, aku butuh sesuatu untuk mengalihkan pikiranku dari mimpi buruk itu. "Oke, Jungkook. Ayo kita pergi," jawabku.

Aku merasa seperti anak kecil lagi. Suara tawa, musik, dan aroma makanan mengisi udara, membawa keceriaan yang sudah lama tidak kurasakan. Kami mencoba hampir semua wahana, dari yang paling menegangkan hingga yang paling santai. Kami tertawa terbahak-bahak saat menaiki roller coaster yang membuat jantungku hampir melompat keluar, dan menikmati momen-momen tenang saat menaiki bianglala, menikmati pemandangan kota dari ketinggian.

Jungkook selalu memastikan bahwa aku bersenang-senang, dan setiap kali aku melihat senyumnya, aku merasa beban di dadaku perlahan-lahan menghilang. Kami tertawa bersama, bermain-main, dan sejenak aku lupa tentang mimpi buruk itu.

Di sore hari, setelah puas bermain, Jungkook mengajakku duduk di pinggir danau kecil yang tenang di dekat taman hiburan. Angin sepoi-sepoi berhembus, membawa aroma air dan dedaunan segar. Aku menatap ke arah danau yang tenang, merasa damai untuk pertama kalinya dalam beberapa hari terakhir.

Jungkook duduk di sampingku, menatap air dengan senyum lembut di wajahnya. "Kamu terlihat lebih baik sekarang," katanya.

Aku menoleh padanya dan tersenyum. "Terima kasih, Jungkook. Kamu benar, aku butuh istirahat. Rasanya lebih baik bisa menghabiskan waktu di luar dan melupakan semua yang terjadi."

Dia mengangguk, lalu tiba-tiba berkata, "Issa, tahu nggak, ada sesuatu dalam dirimu yang mengingatkanku pada seseorang."

Aku menatapnya penasaran. "Seseorang? Siapa?"

Dia terdiam sejenak, seolah merenung. "Seseorang dari masa laluku. Dia juga memiliki jiwa yang murni dan polos seperti kamu. Tapi... dia pergi terlalu cepat."

Aku merasakan ada sesuatu yang berat dalam suaranya, sesuatu yang membuat dadaku terasa sesak. "Siapa dia, Jungkook? Apa yang terjadi padanya?"

Jungkook hanya menggelengkan kepala, tersenyum kecil, dan berkata, "Itu cerita untuk lain waktu, Issa. Hari ini, mari kita nikmati saat-saat ini saja."

Aku mengangguk, meskipun rasa penasaran itu masih tertinggal. Kami duduk dalam keheningan yang nyaman, menikmati ketenangan danau dan cahaya matahari yang mulai terbenam. Aku bisa merasakan sesuatu yang lebih dalam dalam diri Jungkook, sesuatu yang belum dia ceritakan padaku. Tapi, aku juga tahu bahwa ketika waktunya tiba, dia akan berbicara. Sementara itu, aku bersyukur bisa berbagi momen ini dengannya, merasa lebih dekat daripada sebelumnya.

Dan di saat itu, aku tidak menyadari bahwa cerita dari masa lalu Jungkook mungkin akan mengubah segalanya.












bersambung...

issaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang