Senja menyelimuti hutan, menorehkan bayangan panjang di antara pepohonan. Tang San, seorang pemuda berambut hitam legam, menemukan seorang anak kecil tergeletak di tepi hutan. Anak itu terluka parah, bajunya berlumuran darah. Tang San segera menggendongnya dan membawanya pulang.
Ayahnya, Tang Hao, seorang pria berwajah keras dengan mata tajam, menatap anak itu dengan curiga. "Siapa dia?" tanyanya, suaranya berat dan dingin.
"Aku menemukannya di hutan, Ayah. Dia terluka parah," jawab Tang San.
Anak itu membuka matanya, matanya yang berwarna batu rubiy menatap kosong ke langit-langit. "A..a.. aku dimana? Dan kalian siapa?" suaranya kebinggungan, seperti burung lembut.
Tang San merasa hatinya tersentuh. "Jangan takut, kamu ada di rumahku. Aku menemukanmu di hutan, jadi aku membawamu kesini," ucap Tang San dengan lembut.
"Begitukah, terima kasih," ucap anak itu. "Namaku Feng."
"Hallo Feng, aku Tang San dan ini adalah ayahku Tang Hao. Oh iya, makanlah bubur ini untuk mengisi perutmu," ucap Tang San.
Feng menerima mangkuk bubur itu dengan tangan gemetar. Dia makan dengan tenang, matanya masih menyorot kosong.
Tang San dan Tang Hao keluar dari kamar, membiarkan Feng sendirian. Mereka duduk di meja dapur, suasana hening. Tang Hao menatap Tang San dengan pandangan tajam.
"Apa yang akan kamu lakukan dengan anak itu?" tanyanya.
"Ayah, bisakah Feng boleh tinggal di sini? Dia pasti mengalami sesuatu yang buruk," ucap Tang San, suaranya bergetar.
"Dia boleh tinggal, tapi dengan syarat, dia harus mengurus makanannya sendiri," ucap Tang Hao.
"Aku akan membantu dia ayah," janji Tang San.
Malam tiba. Tang San berdiri di depan pintu kamar, ragu-ragu. Dia tidak ingin tidur di dapur, tapi dia juga tidak ingin membuat Feng merasa tidak nyaman.
"Tang San, kenapa kamu berdiri di depan? Istirahatlah, kamu anak-anak tidak baik tidur terlalu larut," ucap Feng keluar dari kamar.
"Sebaiknya aku tidur di dapur saja, agar kamu bisa istirahat Feng," ucap Tang San.
"Lebih baik tidur bersama, kasur ini masih muat untuk kita berdua. Lagian tidur di dapur mudah buat masuk angin, kamu bisa sakit," ucap Feng lembut.
"Jika kamu tidak keberatan, baiklah," ucap Tang San.
Feng dan Tang San pun masuk ke dalam kamar dan berbaring. Waktu berjalan hingga tengah malam. Feng yang tertidur bangun, berjalan menuju jendela, memandang bulan purnama yang dikelilingi bintang. Matanya tiba-tiba berkaca-kaca.
"Maaf... maaf... maafkan... aku... aku... gagal... Aku... gagal... maaf... hiks... hiks... hiks... hiks... hiks... Maaf..." Feng terus mengeluarkan kata maaf, bibirnya bergetar menahan tangis. Air mata terus keluar dari matanya, tapi Feng menahan suaranya agar tidak membangunkan orang rumah.
Setelah merasa lega, Feng berjalan ke kasur, memandang Tang San. Ada kesedihan dan kerinduan di matanya. Menarik napas dalam-dalam, Feng kembali berbaring dan kemudian tertidur.
Tang San yang tertidur, tiba-tiba membuka mata. Sejak Feng bangun, Tang San sudah terjaga. Dia mendengar Feng menangis dan meminta maaf.
"Feng, apa yang sebenarnya kamu alami?" Gumam Tang San, yang kemudian melanjutkan tidurnya.
Fajar menyingsing di ufuk timur, menebarkan semburat jingga dan merah muda di langit Desa Roh Kudus. Embun pagi yang dingin masih menyelimuti rerumputan, berkilauan bagai jutaan permata kecil di bawah sinar mentari yang malu-malu. Di puncak bukit belakang desa, di atas batu besar yang rata, Tang San duduk bersila, menghadap matahari terbit.

KAMU SEDANG MEMBACA
Malaikat surgawi Douluo Dalu
RomanceNovel Terjemahan 1-5. sisanya buat sendiri Feng ping seorang pemuda dari abad ke-21 meninggal karena truk yang mengejutkan kan!!1 Ya hanya bercanda lagian Feng Ping mendapat 7 permintaan dan salah satunya adalah untuk bereinkarnasi di tanah jiwa ya...