Hari-hari berlalu dengan tenang di Desa Roh Kudus. Feng telah menjadi bagian tak terpisahkan dari keluarga Tang, membawa kehangatan dan keceriaan dalam kehidupan mereka yang sederhana. Keahliannya dalam memasak sungguh luar biasa. Setiap pagi, Tang San dan Tang Hao disambut dengan aroma masakan yang menggugah selera, mulai dari daging hewan buruan, ikan segar, hingga sayuran liar yang diolah dengan bumbu-bumbu pilihan.
Tang San, yang dulu kurus dan lemah, kini tumbuh menjadi anak yang sehat dan bertenaga. Pipinya yang dulu cekung kini berisi, kulitnya yang pucat kini bersemu kemerahan. Ia merasa lebih kuat dan berenergi, siap menghadapi tantangan apapun yang menunggunya.
Tang Hao, meskipun masih terjebak dalam kebiasaan lamanya, mulai menunjukkan sedikit perubahan. Ia sesekali melirik Feng dengan tatapan penuh arti, seakan menyadari kehadiran anak itu telah membawa perubahan positif dalam hidup putranya. Namun, kebiasaan buruknya masih sulit dihilangkan. Ia masih sering menghabiskan uang hasil kerjanya untuk membeli arak, membuat Feng geram dan khawatir.
"Paman Tang Hao, bukankah lebih baik jika uangnya dipakai untuk membeli pakaian baru untuk Xiao San?" protes Feng suatu hari. "Lihat, bajunya sudah usang dan kebesaran."
Tang Hao hanya mendengus, lalu meneguk araknya dengan rakus. "Urus saja urusanmu sendiri, anak kecil," sahutnya ketus.
Feng menghela napas panjang. Ia sangat protektif terhadap Tang San, menganggapnya seperti adik laki-lakinya sendiri. Ia ingin memberikan yang terbaik untuk Tang San, menggantikan kasih sayang yang tak pernah diterimanya dari ayahnya. Pada suatu sore yang cerah, Feng duduk termenung di depan rumah. Tatapannya menerawang jauh ke bukit-bukit hijau dan langit biru yang tak bertepi. Pikirannya melayang pada masa lalunya, pada kehidupan yang penuh liku dan penderitaan.
Anak-anak desa yang sedang asyik bermain di dekatnya tak mampu mengusik lamunannya. Mereka sangat menyayangi Feng, menganggapnya sebagai kakak mereka sendiri. Feng sering mengajari mereka bermain, bercerita, dan berbagi ilmu pengetahuan yang ia miliki.
"Kak Feng! Apa yang Kakak lihat?" teriak seorang anak kecil yang berlari ke arahnya. "Lebih baik kita bermain bersama!"
Feng tersenyum lembut. "Kalian saja yang main," tolaknya halus. "Kakak ingin sendiri dulu."
Anak-anak itu mengangguk paham, lalu kembali bermain dengan riang. Feng menatap mereka dengan pandangan sayang. Ia bersyukur bisa menemukan kedamaian dan kebahagiaan di desa kecil ini.
Tiba-tiba, ia melihat sosok Kakek Jack, kepala desa yang bijaksana, sedang berjalan menuju rumah mereka. Feng segera bangkit dan menyongsongnya.
"Selamat siang, Kakek Jack," sapa Feng sopan. "Apakah Kakek mencari Xiao San?"
"Ya, Feng," jawab Kakek Jack dengan senyum hangat. "Besok Xiao San genap berusia enam tahun. Aku ingin membawanya ke Kota Notting untuk membangkitkan roh bela dirinya."
Feng mengangguk. Ia tahu bahwa pembangkitan roh bela diri adalah momen penting bagi setiap anak di dunia Douluo Dalu. Roh bela diri akan menentukan jalan hidup seseorang, apakah ia akan menjadi seorang petarung yang kuat, penyembuh yang hebat, atau ahli sihir yang sakti.
Tang San, yang sedang asyik berlatih menempa besi di dalam rumah, dipanggil oleh Feng. Ia keluar dan menyambut Kakek Jack dengan hormat.
"Xiao San, besok kau sudah enam tahun," kata Kakek Jack. "Besok pagi, Kakek akan menjemputmu untuk membangkitkan roh bela dirinya."
Tang San mengangguk dengan antusias. Ia sudah tidak sabar untuk mengetahui apa roh bela diri yang ia miliki. Ia berharap memiliki roh bela diri yang kuat, agar ia bisa melindungi diri sendiri dan orang-orang yang ia sayangi.

KAMU SEDANG MEMBACA
Malaikat surgawi Douluo Dalu
RomanceNovel Terjemahan 1-5. sisanya buat sendiri Feng ping seorang pemuda dari abad ke-21 meninggal karena truk yang mengejutkan kan!!1 Ya hanya bercanda lagian Feng Ping mendapat 7 permintaan dan salah satunya adalah untuk bereinkarnasi di tanah jiwa ya...