Puncak

170 22 1
                                    

Adnan menghela nafas lelah diruangan nya, mengingat pertengkaran pertama dalam rumah tangganya entah kenapa semakin terasa larut, ini hari kedua setelah perdebatan mereka hari itu,

" Bagaimana caranya supaya kami berdamai, kata kata ku dibagian mana yang membuatnya sekecewa itu?" Lirih Adnan sembari menyandarkan kepalanya ke kursii.

Tok tok tok...

Mendengar ketukan pintu Adnan kembali memposisikan dirinya. " masuk"

" permisi pak Adnan, ada masalah pada proyek yang rencana nya akan di mulai Pada Desember tahun ini?"  Ucap Rian..

" masalah apa?"

" tiba tiba kontraktor menghubungi ingin membatalkan kontrak dan membayar biaya pinaltinya"

" apa maksudnya itu?"

" sepertinya beliau menerima proyek dengan skala yang lebih besar dari perusahaan saingan"

" haaaa" Adnan menghela Nafas kasarr dan memijit keningnya pusing.

" berkumpul diruang rapat dalam 15 menit,  kita adakan Rapat darurat"

" baik pak "

******

Ruang rapat

" saya yakin kalian sudah dengar situasinya, apa ada yang bisa memberi saran untuk solusi masalah ini?" Tawar Adnan pada rekan tim nya

" maaf pak, bagaimana jika kita mengubungi kontraktor yang sebelumnya pernah bekerja sama dengan kita?"  Saran Adit.

" ada berapa?"

" saat ini kita telah bekerja sama dengan beberapa kontraktor, terkhusus untuk Proyek di bali pada November tahun lalu, kita mendapat Tingkat kepuasan yang tinggi oleh itu"

" baiklah, hubungi mereka dan jelaskan situasi kita saat ini,  jika dia memiliki proyek lain jangan menyambarnya, karna kita sendiri tau bagaimana rumitnya situasi kehilangan kontraktor saat Proyek hampir dimulai"

" baik pak"

" urutkan kontraktor berdasarkan dari tingkat kepuasan proyek, tolong berikan kepada saya juga, biar saya bantu hubungi mereka"

" baik pak"

" kalau begitu silahkan  kembali pada pekerjaan masing masing" ucap Adnan saat menatap sisi istrinya yang bahkan tidak melihat wajah nya.

Semua orang bangkit dan keluar ruang rapat, begitu juga Mairaa, ia bangkit tanpa menoleh ke arah suaminya yang sejak tadi menatap pedih, sesungguhnya Maira tauu, kesalahan suaminya tidak lah sebesar itu untuk membuat pertengkaran mereka menjadi selarut ini, tapi entah kenapa saat kakinya bergerak untuk berdamai, ucapan suaminya yang menuduh hari itu kembali terdengar, kalimat yang berhasil membuatnya merasa amat buruk hanya dengan mengingatnya, ketidak percayaan, dan tuduhan itu benar benar melukainya.

" maaf pak, saya permisi dulu "  pamit Rian yang tadinya duduk di sebelah Adnan.

" t..tunggu"

" ya, ada apa pak?"

" hmm bukan nya kamu sudah menikah?" Tanya Adnan lagi, setahunya Rian adalah salah satu pria seumuran nya yang sudah menikah 2 tahun lalu.

" benar pak, bukan nya bapak juga hadir diacara saya" tanya Rian bingung

" hmm Rian, apa kalian pernah bertengkar hebat?" Tanya Adnan ambigu

" kalian?" Ulang Rian bingung

" maksud saya kamu dan istrimu"

" ahh, kalau itu pernah beberapa kali pak, karna namanya rumah tangga pasti ada pertengkaran, itu hal biasa pak"

" apa kalian pernah bertengkar karna kamu salah bicara ?"

MATA TEDUH MAIRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang