Part 1; intro

616 25 5
                                    

Jakarta, Maret 2024.

Suara lentingan bola basket menyeruak di dalam gedung olahraga ternama di Jakarta. Tidak lupa, suara teriakan saling memanggil nama, serta suara sumpritan juga ikut memenuhi gedung ini.

"Ney, sepatumu kemarin bagaimana? Sudah sampai?" Tanya salah satu peserta training kepada Neyra.

"Sepertinya sudah, paling juga langsung dibawakan ke apart kalau sudah sampai" jawabnya.

Neyra Aurellia Maikha, gadis berumur 21 tahun yang sebentar lagi akan menginjak umur 22. Ia merupakan gadis keturunan Belanda-Indonesia yang sebenarnya sudah menetap di Indonesia sejak SMP. Ia tinggal di Jakarta sedangkan kedua orangtuanya kembali menetap di Belanda karena mereka memegang perusahaan Bank Swasta terkenal di Amsterdam. Sedangkan Neyra, memilih menetap di Indonesia, walaupun terkadang juga bolak-balik Amsterdam.

Neyra mengikuti ekskul basket sejak SMA. Awalnya ia iseng saja, lama kelamaan dia suka dan nyaman dengan circle pertemanan dan kesolidan para atlet basket. Dan sekarang, ia masih menyelami olahraga tersebut. Baginya, kebersamaan itu sangat penting. Dan ia yakini, dengan menjaga kebersamaan dan kesolidan sesama bisa membawanya menjadi pribadi yang lebih baik.

Neyra merupakan anak tunggal, memiliki karakter yang sangat mudah bergaul dan juga sangat ramah. Ia bisa saja berteman dengan orang yang baru ditemuinya tiga menit yang lalu. Saking friendly nya, ia dijuluki duta pertemanan. Ia mempunyai teman dimana mana. Bukan karena dia anak basket, dia jadi sosok yang tomboy, tentu tidak. Bahkan dia sangat girly. Dengan terkenalnya Neyra sebagai sosok tersebut ia bahkan di sukai oleh banyak pria. Bagaimana tidak, skill nya dilapangan sangat bisa diandalkan. Membuat pria manapun akan tersihir dengan Neyra.

Pritttt

"Today is enough" ucap sang Coach setelah meniup sumpritan panjang yang menggema hingga seluruh gedung.

Neyra bersama Kayla, teman dekatnya— atau bisa disebut sahabat— menuju tribun untuk istirahat dan meneguk air mineral yang sudah disediakan oleh tim.

"Mau kemana setelah ini, Ney?" Tanya Kayla.

"I dont know, maybe go home"

"Whats wrong with you? Kelihatannya tidak bersemangat"

"I'm okay, sedikit kecapekan mungkin, dont worry"

Setelah membereskan barangnya, Neyra pamit pulang ke teman-temannya. Ia sudah sangat lelah, hanya ranjang kamarnya yang ia rindukan saat ini.

Keluar menuju mobilnya yang terparkir tidak jauh dari pintu keluar seraya menjinjing sepatu basketnya. Neyra berjalan sambil melamun. Memikirkan hal yang terjadi semalam. Mengingat itu, matanya seketika kabur dipenuhi gumpalan air mata yang siap terjun bebas ke pipinya.

I dont deserve this. Hatinya terasa sesak. Membayangkan pertengkarannya semalam bersama mantannya, Zidan.

"Aku sudah tidak bisa melanjutkan ini semua, Neyra" ucap Zidan seraya menundukkan pandangannya.

"Kenapa? Aku salah apa?"

Zidan terlihat menarik nafas panjang kemudian menatap Neyra.

"Kamu tidak salah, tapi kamu pantas dapatkan yang lebih baik dariku"

Neyra tertawa getir seraya meminum kembali matcha latte nya yang sudah mendingin. Kemudian kembali menatap Zidan.

"Its so funny, aku tidak paham dengan pikiranmu, kita baik-baik saja sebelumnya, Zid". Pernyataan Neyra membuat Zidan terdiam.

"Sebenarnya ada apa, Zidan? Apa yang mengganggu pikiranmu? Apa karena masalah kemarin? Akukan sudah bilang he's just my basketball friend, harus berapa kali lagi aku bilang?"

"Tapi aku tidak suka. Dia itu menyukaimu, Neyra. Terserah apapun alasanmu. Aku juga sudah muak dengan tingkahmu selama ini, sifat manjamu yang terkadang seperti anak kecil juga buat aku semakin muak"

Neyra menatap Zidan tidak percaya. Apa? Kenapa baru sekarang? Setelah menjalani hubungan hampir setahun Zidan baru mengungkapkannya?

"Kenapa baru sekarang, Zidan" lirih Neyra dengan matanya yang berkaca-kaca.

"Sudah cukup , Neyra. Kita sampai disini saja. Tolong jangan ganggu aku lagi. Lanjutkan hidupmu dan temukan orang yang bisa menyayangimu lebih dari aku" ucap Zidan. Setelah itu ia bangkit dan meninggalkan Neyra dengan perasaan bertanya-tanya dibenaknya.

Tidak terasa, Neyra telah sampai di depan mobilnya. Segera masuk dan melenggang pergi dari Gedung trainingnya. Saat sedang menyetir, sahabatnya sejak SMA—Azizah menelfonnya. Dengan cepat ia menerima lewat tombol yang tersedia di stir mobilnya.

"Iya, Zah"

"Kau sedang dimana?"

"Jalan, baru selesai training, ada apa?"

"Kerumah yuk, aku baru sampai Indonesia, tidak kangen kah?"

"Oke, aku gantian dulu setelah itu baru ke rumahmu"

Setelah itu panggilan putus sepihak. Sudah pasti Azizah yang melakukannya. Kebiasaan gumam Neyra.

Setelah sampai di appartmennya yang terletak di daerah Jakarta Selatan, ia masuk kemudian meletakkan peralatannya asal. Kemudian mengambil handuk lalu segera mandi. Tidak memakan waktu lama, Neyra selesai dengan ritual setelah basketannya. Mengambil beberapa pakaian yang akan ia pilih untuk dikenakan. Setelah itu, ia segera menuju rumah Azizah.

Tidak memakan waktu yang cukup lama untuk sampai ke tempat tujuannya, ia segera memberikan kunci mobilnya kepada satpam yang menjaga rumah Azizah dan membiarkannya mencarikan spot parkir untuk mobilnya. Saat masuk ia bertemu dengan Ibu Azizah.

"Assalamualaikum umi, Azizah mana?"

"Lama tidak ketemu, Neyra. Azizah diatas langsung saja ke kamarnya"

Neyra memicingkan matanya "Umi ini lupa ya kalau Azizah sudah menikah, bagaimana kalau aku masuk mereka sedang ingin berduaan?" Ucap Neyra dengan nada bercandanya.

Ibu Azizah tertawa, "Arhan masih di Korea, Ney. Gak ikut dia"

Neyra hanya meng oh kan ucapan Ibu Azizah. Setelah itu ia bergegas naik ke lantai dua rumah yang lumayan besar itu. Menuju arah kamar Azizah lalu masuk dengan teriakan yang membuat si pemilik kamar ikut teriak kaget.

"Astaga, Ney! Suaramu tidak berubah sejak SMA. Selalu bikin telingaku berdengung"

Neyra hanya membalas dengan tertawa khasnya. Mereka bercerita tentang banyak hal. Dan tidak lupa dengan cemilan yang berserakan diatas ranjang Azizah. Bercerita sambil menguyah, itu kegiatan favorite mereka. Ditambah lagi curhatan Neyra tentang kandasnya hubungannya dengan Zidan.

"Eh, mau ikut tidak ke GBK putaran kedua kualifikasi piala dunia nanti? Kita nonton Arhan main. Tiketnya abi yang urus" tanya Azizah.

"Tidak. Kamu jelas nonton suamimu, aku?"

"Tidak apa, ayo ikut saja. Kita sama-sama support Arhan. Lagipula sekalian healing daripada kamu hanya diam di apart, nanti kepikiran Zidan lagi!"







                                               ***

Gimanaaa? Ikut gak?
Jangan lupa komen kalau ada saran🫶🏻


-Soursally

Tsunami | Nathan Tjoe A OnTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang