Saat Haikal dan Arga melangkah masuk ke dalam rumah, mereka disambut oleh suasana yang nyaman dan hangat. Aroma kayu manis dan kopi hangat tercium lembut dari arah dapur, berpadu dengan cahaya lembut dari lampu-lampu gantung yang menerangi ruangan dengan kehangatan yang menenangkan. Namun, ketenangan itu seketika terpecah saat mereka melihat sosok Lyora yang muncul dari arah dapur. Dengan baju santai berupa kaos oversized berwarna pastel dan celana pendek yang simpel, ia tampak begitu alami dan santai, seolah rumah ini adalah tempatnya yang paling nyaman.
Mata Arga secara refleks melebar sesaat, kejutan menguar dalam keheningan. Namun, kejutan itu tak bertahan lama. Dalam detik berikutnya, ia ingat bahwa hubungan antara Reihan dan Lyora bukanlah rahasia lagi. Kehadiran Lyora di rumah Reihan adalah hal yang wajar, tetapi melihatnya di tengah-tengah aktivitas rumah tangga sehari-hari tetap memberikan sensasi aneh bagi mereka berdua.
Kal? Lo kenapa basah kuyup begitu? Nyebur ke kolam depan rumah?” tanyanya, nada suaranya setengah bercanda, setengah prihatin.
Haikal, yang kini mulai merasa dingin dari baju basahnya, menjawab dengan nada kesal bercampur canda, "Disemprot noh ama Reihan. Emang jahat calon laki lo itu."
"Hmm, ngadu deh tu," gumam Reihan seolah sudah hafal alur apa yang akan terjadi berikutnya.
"Gue dijewer juga tau tadi, gue baru dateng langsung dibully, Ly, padahal kan kalo ada masalah bisa diomongin dulu, kan, ya?" adunya dengan ekspresi merajuk, berharap mendapatkan simpati dari Lyora.
Mendengar itu, Lyora menghela napas panjang, lalu menoleh ke arah Reihan yang sudah duduk santai di ruang tamu bersama Arga. "Astaga, Reihan, lo gak boleh gitu. Biar gue yang bales, Kal."
Lyora mulai melangkah menuju Reihan. Sementara pemuda yang dianggap pelaku kejahatan yang tadinya duduk tenang, tahu bahwa dirinya tidak akan menang jika Lyora sudah turun tangan. Dengan wajah yang seolah berkata 'Pasrah adalah pilihan terbaik', dia menunggu Lyora mendekat.
"Mana telinga lo," pinta Lyora dengan nada tegas. Tanpa protes, Reihan sedikit memiringkan kepalanya, membiarkan Lyora menarik telinganya.
"Lain kali kalo ada masalah omongin dulu, nggak boleh asal buli orang," ujar Lyora sambil melirik tajam ke arah Reihan.
"Iya, Ly, iya, gue salah," jawab Reihan dengan suara pelan, seperti anak kecil yang ketahuan berbuat salah. Wajahnya yang biasanya penuh ketegasan kini tampak jinak, seolah berada di bawah kendali penuh Lyora.
"Minta maaf sama Haikal," titah Lyora sambil berkacak pinggang.
"Maaf, Kal," ucap Reihan.
Pemandangan ini benar-benar sebuah hiburan bagi Haikal. Ia menatap adegan di depannya dengan penuh tawa yang tertahan. Reihan yang biasanya keras kepala dan galak, berubah menjadi "seekor kucing jinak" di hadapan Lyora, dan hal itu selalu berhasil membuat Haikal terhibur. Sementara itu, Arga yang baru pertama kali melihat Reihan setunduk itu di hadapan seorang perempuan, tertawa ringan, tak mampu menahan keterkejutannya.
"Sejak kapan Reihan senurut itu sama perempuan?" gumamnya, setengah kagum, setengah tak percaya.
Setelah puas "menghukum" Reihan, Lyora akhirnya melepaskan telinga Reihan dan mengampuninya.
Reihan pun menghela napas lega, lalu dengan nada sedikit cemas berkata, "Ambilin dia baju gue gih, nanti dia masuk angin, gue yang lo omelin."
Lyora melangkah ringan menuju tangga yang mengarah ke lantai dua, senyum simpul masih menghiasi wajahnya. "Kalo ampe korban lo itu masuk angin, lo gue ceburin ke kolam. Sesama temen harus berbagi penderitaan kan?" canda Lyora sambil melangkah naik.
Reihan hanya bisa menghela napas panjang mendengar ancaman bercanda itu. Dia menoleh ke arah Haikal dan Arga yang terbahak-bahak melihat transformasinya yang mendadak.
KAMU SEDANG MEMBACA
BRIDGING HEARTS [ONGOING)
RomanceBagian dari Klandestin Universe Connecting hearts despite physical distance. "True love doesn't know the distance. It only knows a strong connection that transcends space and time."