Setelah hari yang panjang, Anton akhirnya bisa bernapas sedikit lebih lega. Wonbin masih tertidur lelap di sofa apartemennya, terlihat tenang meski hari itu penuh dengan kejadian yang tidak terduga. Anton duduk di kursi dekat meja, menatap teleponnya yang tiba-tiba berdering. Nama Sungchan muncul di layar, dan Anton segera mengangkatnya.
"Yo, Anton," sapa Sungchan dengan suara riang di ujung telepon.
"Yo," balas Anton sambil memijat pelipisnya. "Kenapa?"
Sungchan terkekeh.
"Gimana, rencana gue seru, kan? Nggak nyangka gue bisa jadi mastermind kayak gitu."
Anton mendesah, meski tak bisa menahan senyum kecil yang muncul di bibirnya.
"Seru? Gue liat liat makin hari lo makin gila ketularan Eunseok."
Sungchan tertawa.
"Tapi lihat hasilnya sekarang. Mantan yang lo gamonin di apartemen lo,"
Kata Sungchan dengan nada puas, seperti sedang mengagumi karyanya sendiri.
"Terserah," jawab Anton sambil menatap ke arah sofa tempat Wonbin tidur.
Sungchan tertawa pelan
"Kadang, cara yang paling nyebelin tu bisa jadi cara yang paling efektif, Ton. Dan lo tahu apa yang harus lo lakuin habis ini, kan?"
Anton mengernyitkan dahi,
"Maksudnya?"
"Duh, masa masih belum sadar sih? Minta Wonbin buat unblock lo dong."
Tawa Sungchan terdengar begitu kencang di seberang sana.
Anton terdiam sejenak, merasa tertohok tapi juga sadar kalau Sungchan ada benarnya.
"Iya, iya. Nanti gue bujuk dia."
Sungchan mendengus
"Gitu dong! Good luck!"
Anton tertawa kecil.
"Thanks," jawab Anton sebelum panggilan berakhir.
Saat telepon ditutup, Anton meletakkan ponselnya di meja dan kembali melihat ke arah Wonbin. Kata-kata Sungchan masih terngiang-ngiang di kepalanya, dan Anton tahu bahwa dia harus berbicara lagi dengan Wonbin begitu dia bangun. Tapi untuk sekarang, Anton hanya bisa berharap mereka berdua bisa menemukan cara untuk memperbaiki apa yang telah rusak.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
(Anton chat dengan Shotaro)
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
