BAB 3: BRAVE OR SURRENDER

113 11 0
                                    

Setelah sidang seminar akhirnya selesai, Sungchan merasa lega sekaligus senang. Ruang seminar yang semula tegang kini dipenuhi tawa dan ucapan selamat dari teman-teman serta dosen-dosen. Akhirnya setelah selesai, Sungchan berjalan keluar mengikuti teman temannya, menikmati udara segar sembari mengobrol dengan teman temannya yang datang untuk memberi selamat, termasuk kekasihnya, Shotaro, yang berdiri di sampingnya dengan senyum bangga.

Saat suasana semakin santai, obrolan mereka mulai mengarah pada topik-topik ringan. Di tengah percakapan yang penuh tawa, Sungchan mendadak teringat sesuatu yang sejak lama membuatnya penasaran. Ia menoleh pada Shotaro dengan senyum iseng, seolah pertanyaan yang akan ia lontarkan bukanlah sesuatu yang serius.

"Babe, aku penasaran, deh," kata Sungchan sambil menyenggol lengan Shotaro.

"Si Wonbin udah punya pacar lagi belum, sih?"

Shotaro tertegun sejenak, pertanyaan itu mengingatkannya pada adiknya yang selalu diam ketika topik ini muncul di rumah. Dengan nada yang lebih serius dari biasanya, Shotaro menjawab.

"Sejauh yang aku tahu, sih.. belum. Wonbin nggak pernah pacaran lagi sejak putus sama Anton."

Jawaban itu menggantung di udara, membuat Sungchan terdiam sejenak. Pikiran-pikiran tentang masa lalu yang mungkin belum terselesaikan mulai berkecamuk di benaknya. Ia merasa aneh sekaligus prihatin, membayangkan bahwa adik kekasihnya itu masih belum bisa membuka hati untuk orang lain setelah sekian lama.

Beberapa menit kemudian, saat suasana di sekitar mereka mulai sedikit lebih tenang, Sungchan merasa perlu untuk membahas hal ini dengan Anton. Dia menunggu momen yang tepat untuk menarik Anton ke samping, menjauh dari pandangan dan pendengaran yang lain. Dengan hati-hati, Sungchan mendekatkan diri dan berbisik pelan ke telinga Anton.

"Ton, gue tadi sempat tanya ke Shotaro soal Wonbin,"

Sungchan membuka percakapan dengan hati-hati, matanya menatap Anton dengan rasa ingin tahu sekaligus keprihatinan.

"Katanya, dia nggak pernah pacaran lagi setelah putus sama lo. Lo udah tau?"

Anton, yang sedari tadi tampak tenang, tiba-tiba merasa dadanya sesak mendengar informasi itu. Wajahnya berusaha tetap datar, meski di dalam hatinya, ia merasakan perasaan yang tak mudah dijelaskan. Dia mengalihkan pandangannya dari Sungchan, mencoba menyembunyikan kegundahannya.

"Nggak, nggak tahu," jawab Anton dengan suara yang nyaris berbisik, meski ada nada getir yang tak bisa ia sembunyikan.

"Tapi itu bukan urusan gue lagi, Chan. Kami udah putus."

Namun, Sungchan tidak puas dengan jawaban itu. Ia tahu, di balik sikap tenang Anton, ada sesuatu yang belum sepenuhnya terselesaikan. Rasa penasaran bercampur simpati membuatnya ingin mendorong Anton untuk tidak membiarkan perasaan itu terpendam terlalu lama. Sungchan menatap sahabatnya dengan serius, menambahkan bisikan pelan.

"Ish! Bukan itu maksud gue, tolol. Itu berarti lo masih punya kesempatan buat ngejak dia, selagi dia belum punya pacar, siapa tau dia udah mulai luluh sekarang terus nerima lo."

Anton menggeleng tegas, kali ini dengan nada yang lebih dingin dan tajam. Wajahnya kembali ke ekspresi datar yang biasa ia tunjukkan ketika berusaha menahan perasaan.

"Nggak, Chan, mustahil. Kak Wonbin tu jelas-jelas udah nggak mau berurusan dengan gue lagi dan itu hak dia. Gue udah nggak mau ganggu dia lagi. Kan sudah berkali kali juga gue bilang, kalo gue nggak mau."

Sungchan terdiam sejenak, memandangi Anton dengan rasa prihatin yang mendalam. Ia bisa merasakan betapa Anton mencoba melindungi dirinya dari rasa sakit yang lebih dalam. Meski begitu, Sungchan juga tahu bahwa terkadang seseorang butuh dorongan untuk melangkah maju-bahkan jika itu berarti harus menghadapi ketakutan terbesar mereka.

Sungchan meletakkan tangan di bahu Anton, memberikan sentuhan yang menenangkan namun penuh ketegasan.

"Ton, gue ngerti lo nggak mau ganggu dia. Tapi, kadang kita tu butuh buat hadapi apa yang kita takutin. Coba pikirin lagi, oke? Mungkin.. masih ada kesempatan lo buat perbaiki semuanya. Be Brave or Surrender."

Anton terdiam, menatap lantai di depan kakinya sambil mencerna kata-kata Sungchan. Ada perang batin yang terjadi di dalam dirinya-antara keinginan untuk tetap bertahan dalam keputusan yang sudah ia buat, dan keinginan untuk menyelesaikan apa yang sudah lama menggantung di antara dirinya dan Wonbin. Namun, ketakutan akan penolakan dan rasa sakit yang mungkin muncul kembali membuatnya tetap kukuh pada pendiriannya.

"Maaf, Chan, tapi gue nggak bisa,"

Anton akhirnya menjawab, suaranya lebih pelan dan dalam dari sebelumnya.

"Gue nggak mau nyakitin diri sendiri lagi, dan gue yakin kak Wonbin juga nggak mau."

Sungchan menghela napas panjang, merasa ada yang tidak selesai dalam percakapan ini. Tapi ia tahu, Anton sudah membuat keputusan yang sulit, dan memaksanya hanya akan memperburuk keadaan. Meski demikian, Sungchan masih menyimpan harapan bahwa suatu hari nanti, Anton akan menemukan keberanian untuk menghadapi perasaannya.

"Ya udah. Gue nggak akan paksa," ujar Sungchan dengan nada lembut.

"Tapi kalau lo butuh bantuan, bilang aja, ya."

Anton tersenyum tipis, meskipun senyuman itu tidak sampai ke matanya.

"Thanks, Chan."

Dengan itu, mereka kembali bergabung dengan teman-teman yang lain, meskipun suasana hatinya tidak sepenuhnya kembali normal. Anton mencoba menyingkirkan percakapan tadi dari benaknya, tapi kata-kata Sungchan terus terngiang di pikirannya, menambah beban yang sudah lama ia coba lupakan. Meski ia berusaha untuk tidak memikirkannya lagi, bayang-bayang masa lalu bersama Wonbin seakan enggan pergi, terus menghantui langkahnya.

***

Setelah sidang seminar proposal Sungchan selesai, Shotaro pulang dengan semangat yang tinggi. Ia merasa bangga dan bahagia dengan pencapaian pacarnya, dan saat tiba di rumah, ia langsung mencari Wonbin yang sedang bersantai di ruang tamu.

"Bin!"

Shotaro memanggil adik nya itu dengan ceria saat melangkah masuk.

"Sungchan keren banget hari ini!"

Wonbin menoleh dari tempat duduknya dengan rasa penasaran.

"Oh, ya? Gimana tadi sidangnya?"

Shotaro duduk di sebelah Wonbin dengan senyum lebar.

"Keren banget! Dia bisa jawab semua pertanyaan dosen, tadi juga rame, ada aku, Seunghan, Sohee, Eunseok, sama.. Anton"

Wonbin mengangkat alis, mendengar nama Anton.

"Udah gue duga, dia pasti datang"

"Masih belum move on tu orang, lama juga. He really still fell deeper in love with you." 

Mendengar jawaban Shotaro, perasaan Wonbin campur aduk. Ia merasa sedih, karena kenangan-kenangan bersama Anton muncul kembali di pikirannya. Kenangan indah dan saat-saat bahagia tiba-tiba terlintas di benaknya, membuat hatinya terasa berat.

Namun, di sisi lain, ia juga merasa lega dan bahagia karena Anton tidak memburukkan namanya di hadapan orang lain. Itu membuatnya merasa dihargai, meskipun hubungan mereka telah berakhir.

Wonbin menghela nafas sejenak, mencoba menenangkan perasaannya.

"Bukan urusan gue lagi, kak. Kan, dia yang belum move on, bukan gue,"

Shotaro memperhatikan ekspresi Wonbin yang berubah, dan merasakan campur aduk emosinya. Ia mengulurkan tangan dan menyenggol bahu Wonbin.

"Heleh. Bohong banget udah move-on,"

"Emang bener udah, kok!"

Shotaro tertawa sebari mengangguk. Dengan itu, mereka melanjutkan obrolan santai mereka tentang hari yang baru saja berlalu. Meskipun ada perasaan campur aduk di dalam hati Wonbin, tidak ada yang bisa menjelaskan hal itu, bahkan Wonbin sendiri.  

TO BE CONTINUED!

DILARANG MENYALIN ATAU MENGCOPY CERITA INI!

WHISPER BETWEEN US || TONNEN✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang