Dari banyaknya hari yang telah aku lalui. Aku paling menyukai hari ketika aku bisa menghabiskan waktu bersamamu.
-Bilal Abidzar Ar Rasyid
°°°
Setelah beberapa hari kemudian. Akhirnya Lea bisa beraktivitas seperti semula, ia kembali sehat dan ceria seperti biasanya. Dengan adanya kejadian itu, hubungan Lea dan Bilal juga semakin erat dan seakan enggan untuk berpisah.
Mereka semakin sering menghabiskan waktu bersama dan tidak canggung lagi untuk menunjukkan rasa suka satu sama lain. Bahkan Lea juga semakin sering datang ke pesantren menemui Bilal hanya karena alasan rindu.
Di pesantren.
Ketika mereka berdua sedang berbincang bincang mengelilingi pesantren. Langkah kaki Lea justru langsung terhenti karena menatap lapangan bola kaki yang cukup luas di depannya. "Mas!"
"Iya, sayang?"
"Kita main bola yuk?"
Bilal melihat ke lapangan sambil mengernyitkan keningnya seakan bingung. "Main bola?"
"Dulu waktu aku kecil, aku tu suka banget main bola sama teman teman aku di dekat rumah."
Bilal tidak berbicara sepatah katapun. Ia hanya terdiam, badannya juga ikut mematung karena masih belum percaya.
"Malah bengong. Ayo, Mas." Ucap Lea sambil menarik Bilal ke tengah lapangan.
Setelah mereka berdua berada di tengah lapangan. Lea langsung menantang Bilal dengan penuh percaya diri. "Gimana kalo kita tanding aja, Mas?"
"Nggak mau ah. Entar kalau kalah nangis lagi!" Ledek Bilal.
"Nggak bakal. Aku yakin, aku pasti bisa ngalahin, Mas Bilal."
"Kalau Mas yang menang, gimana?"
"Kita lihat aja nanti."
Lea langsung berlari mengambil bola yang ada di pinggir gawang. Setelah mengambil bola, ia kembali menghampiri Bilal.
Bilal langsung tercengang melihat Lea yang begitu semangat. "Kamu beneran serius?"
"Serius lah. Kenapa? Mas takut?"
"Nggak lah."
"Bagus!"
"Syaratnya, siapa yang berhasil masukin bola ke dalam gawang sebanyak tiga kali, dia yang menang." Lanjut Lea.
Bilal menganggukkan kepalanya dan masih bersikap tenang seperti biasa. "Oke."
Setelah itu, mereka berdua langsung bersiap siap untuk memulai permainan. "Aku hitung sampai tiga ya, Mas."
"Satu." Ucap Lea seolah mengambil posisi.
Ketika Bilal masih fokus menunggu hitungan selanjutnya. Lea justru tidak melanjutkan hitungannya dan malah berlari sambil menggiring bola.
Bilal sangat kebingungan karena melihat Lea yang langsung berlari sambil menggiring bola. Padahal mereka belum selesai berhitung sampai tiga. "Eh. Nggak bisa gitu dong, sayang."
"Ayo, Mas. Kejar aku kalau bisa." Teriak Lea sambil tertawa dan terus menggiring bola.
Bilal langsung berlari mengejar Lea dan berusaha merebut bolanya. Setelah beberapa saat, akhirnya Bilal berhasil merebut bola dari Lea dan menguasainya.
Lea nampak kesal karena telah kehilangan bola, ia langsung mengejar Bilal dan berusaha merebut bolanya kembali. Tapi, Lea justru sangat kesulitan karena Bilal sangat pintar dalam mengusai bola.

KAMU SEDANG MEMBACA
Lentara Untuk Zaujaty [END]
Novela Juvenil"WHAT? DI JODOHIN? NGGAK. GUE NGGAK MAU." Bagaimana jika kamu di jodohin orang tua tanpa persetujuan kamu? Apalagi di jodohin sama laki laki yang belum pernah kamu kenal sama sekali? Apa yang akan kamu lakukan? Yaps itulah yang dirasakan oleh Azzale...