🍂 TC 8

370 45 6
                                    


Cerita ini hanyalah fiktif belaka, jangan dibawa kedunia nyata, voment jangan lupa ya untuk pengembangan cerita ini

disini BaeGiAn hanya meminjam wajah saja, tidak bermaksud untuk mengundang haters atau membully, karena BaeGiAn sendiri bucin merkea sepenuh hati, jiwa dan raga

Warning !!!
Typo bertebaran


Happy Reading..


"NOVA! JAWAB PAPA!" Suara Dimas bergemuruh, memenuhi setiap sudut restoran dengan kemarahan yang tak lagi mampu ia bendung. Wajahnya yang memerah kini mencerminkan amarah yang menggelegak di dalam dadanya. Ia berdiri dengan gerakan kasar, sambil mengepalkan kedua tangannya dengan kuat, sementara Tiffany di sebelahnya segera bangkit dari tempat duduk, berusaha meredam api yang menyala di hati suaminya.

Di sudut lain meja, Chandra dan Wendy tertegun, wajah mereka penuh keterkejutan. Suara Dimas yang keras dan menggema di dalam ruangan yang tadinya tenang, kini kembali suasana menjadi tegang. 

Para pengunjung yang semula sibuk dengan makanan dan percakapan mereka, kini memutar kepala, mengarahkan pandangan penasaran ke arah keluarga Erland dan Bramasta. Bukan hanya sekadar ketertarikan, tapi juga rasa ingin tahu yang menusuk, sebab mereka tahu betul siapa keluarga-keluarga ini. Keluarga terpandang, yang namanya kerap menghiasi halaman-halaman berita sosialita, kini menjadi pusat perhatian karena sesuatu yang tidak biasa.

Bisikan-bisikan mulai terdengar di antara para pengunjung. Suara rendah yang mencoba menyusun cerita dari potongan-potongan yang mereka lihat, berusaha mencari tahu apa yang tengah terjadi. Chandra, merasa tak nyaman dengan situasi yang terjadi sekarang, segera mengambil inisiatif untuk meredakan ketegangan.

"Mas Dimas, tolong tenang dulu," ujar Chandra dengan suara yang terkontrol, mencoba menawarkan kedamaian di tengah gejolak yang memuncak.

Namun, amarah Dimas belum sepenuhnya surut. Ia kembali duduk, namun tubuhnya masih tegang, dan matanya yang berapi-api menatap tajam ke arah putranya yang kini mulai meneteskan air mata. 

"Bagaimana saya bisa tenang, Mas? Lihat saja anak itu, dia tidak mau menjawab! Saya yakin masalah ini sangat besar, benar begitu?" Suaranya lebih tenang namun penuh dengan kecurigaan yang mengendap dalam setiap kata yang diucapkannya.

"Kita tunggu, mungkin Nova perlu waktu," ucap Chandra dengan nada lembut yang penuh pengertian. Ia mencoba menenangkan ketegangan yang terasa kian memuncak. Senyum kecil menghiasi wajahnya, meski di baliknya tersimpan sejuta rasa yang bercampur aduk, antara marah, sedih, khawatir dan juga bingung. dimas kemudian menganggukan kepalanya dan tiffany masih setia merangkul lengan kiri sang suami sambil tersenyum meyakinkan.

Tring!!

Bunyi notifikasi dari ponsel Wendy tiba-tiba memecah keheningan yang tegang di meja makan, seolah menciptakan celah di antara emosi yang tengah memuncak. Semua mata langsung tertuju padanya, membuat suasana yang sudah kaku menjadi semakin tegang. Wendy, yang sejak tadi terdiam, meraih ponselnya dengan tangan gemetar. Ketika melihat nama yang tertera di layar, wajahnya memucat, dan tanpa berpikir dua kali, ia langsung mengangkat telepon.

"Halo," ucap Wendy, suaranya terdengar kaku dan sedikit bergetar, seakan-akan dia sudah tahu ada sesuatu yang salah.

Di seberang sana, suara seseorang berbicara dengan nada yang serius, mengabarkan sesuatu yang membuat Wendy kehilangan kendali sejenak. Matanya melebar, napasnya tertahan, dan tubuhnya menegang, saat mendengar kabar yang di dengarnya dari seberang telpon.

"Baik, saya akan segera ke sana," jawab Wendy akhirnya, suaranya nyaris berbisik. Wajahnya kini menunjukkan campuran antara kepanikan dan ketidakpercayaan. Ia mendengarkan kata-kata terakhir dari si penelepon, lalu dengan cepat menutup telepon dan memasukkan ponselnya ke dalam tas kecil yang selalu ia bawa.

THE CHANCE || NOREN GSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang