9. Panggilan sayang pertama

973 46 6
                                    

"Menikmati hubungan halal itu jauh lebih indah, karena di dalamnya tidak ada dosa serta mendapat ridho dari sang pencipta yang arahnya sudah jelas untuk membangun surga bersama."

Muhammad Zaki Athaillah Ar-rayyan—

Beribu rasa syukur Zaki curahkan kepada Allah, setelah niatnya menikahi Fara secara rahasia telah di lancarkan, lelaki itu beberapa hari ini setelah menyandang status sebagai seorang suami selalu memantau keadaan Fara dari jauh, ponsel yang ia berikan untuk Fara, menjadi perantara mereka untuk berhubungan, walau Fara jarang sekali membalas atau lebih tepatnya tidak pernah.

Pada hari Selasa. Karena tak ada jadwal di kampus, Zaki berniat menjemput Fara untuk mengantarkannya, sebenarnya niatnya sudah jauh-jauh hari, namun jam matkul Fara dan mengajarnya selalu saja bertabrakan, sehingga baru kali inilah ia bisa menjalankan niatnya.

"Ya Allah, kok saya deg-degan, ya, mau jemput istri saya-eh." Merasa belum terbiasa Zaki menggunakan sebutan istri pada Fara, lelaki itu terkekeh geli.

Ia keluar dari mobil yang telah sampai pada rumah Fauzan, dengan agak gugup Zaki mengetuk pintunya.

"Assalamualaikum."

Pintu sudah terbuka dari dalam, menampakkan Fara berdiri di depan Zaki. "Waalaikumsalam."

"Sayang?"ceplos Zaki secara tak sadar begitu melihat istrinya.

"Astaghfirullah, Pak dosen!?" Fara sampai kaget mendengar panggilan itu, dan mendapati sosok dosennya berada di rumahnya, bagaimana bisa sampe ke situ?

"Sedang apa pagi-pagi kesini?"

"Ini bukan pagi, Ra, sudah pukul delapan, jadi sudah siang," jawab Zaki begitu lembut.

Tapi tunggu, telinga Fara barusan menangkap panggilan berbeda dari Zaki yang mengingatkannya bersama neneknya dulu.

"Maaf, pak dosen manggil siapa?" tanyanya bingung.

"Tentu saja kamu, habibati. Mulai sekarang saya akan memanggilmu Ara."

Di situ Fara malah mematung, yang tak lama ia mengedarkan pandangannya karena telah menatap Zaki terlalu lama, ia sadar bahwa Zaki tidak halal untuknya.

"Boleh saya masuk?" Zaki meminta izin.

"Pak dosen memangnya ada perlu apa ke rumah saya? Dan bagaimana bisa tau?" Fara malah terlihat kebingungan.

"Ingin mengantar kamu kuliah, tapi sebelum itu saya mau bicara dulu sama ayah kamu."

Kebingungan Fara semakin bertambah, yang setelahnya karena tak ingin lebih banyak bertanya dan berhadapan lebih lama lagi dengan Zaki, ia mempersilahkannya masuk tanpa bicara.

Keduanya pun masuk ke dalam, Fara masih tidak tau apa yang harus di lakukan untuk menyambut seorang tamu yang ia pikir itu hanya sebatas dosennya saja.

"Sebentar." Fara menghilang dari pandangan Zaki mencoba mencari ayahnya apakah ada di rumah.

Sementara Zaki menyisakan senyum di bibirnya, mengamati tingkah istri rahasianya yang terlihat sangat gugup. Hingga tak lama, Fara sudah kembali bersama Fauzan.

"Ada Zaki, kapan kamu datang, Nak?" tanya Fauzan dengan tersenyum.

"Baru saja, Pak. Saya mau mengantar Fara, kebetulan jadwal hari ini kosong," jawab Zaki.

"Oh silahkan, kamu tidak perlu izin."

Mendengarkan percakapan dua laki-laki itu, Fara pun semakin tak paham apa yang sebenarnya terjadi, terlihat mereka saling kenal dan akrab, padahal setahunya Fauzan sangat dingin apalagi dengan lelaki yang mengenal Fara.

TAKDIR RAHASIA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang