8. Menjadi benalu?

802 39 5
                                    

"Di hati saya sudah tertanam satu hati yaitu pada perempuan saya, merawat dan terus menyiramnya merupakan tanggung jawab seumur hidup agar tidak ada benalu yang menganggu walaupun hanya untuk merusak keindahannya saja."

-Muhammad Zaki Athaillah Ar-rayyan-

Mobil Zaki mendarat tepat di depan Cafe Ar-rayyan, masih belum berbeda penampilannya, seusai mengucap ijab qobul beberapa jam lalu, Zaki tanpa mengganti jubahnya dulu langsung menuju Cafe, sebenarnya ia juga tak ingin menghilang saat acara pentingnya, namun jika Fauzan mengizinkan, lagipula ia juga memiliki tanggung jawab juga sebagai pemimpin.

Begitu sampai, Zaki mencari keberadaan Said untuk melihat beberapa CV yang masuk.

"Said, ada berapa CV yang sudah masuk?" tanya Zaki di tempat memasak.

"Ada sepuluh, Pak, tapi tujuh laki-laki dan tiga dari calon karyawan perempuan."

"Baiklah. Oh ya, saya minta tolong sama kamu, saat saya menginterviuw calon karyawan perempuan, bisa kamu ikut saya ke dalam? Saya tidak mau berduaan dengan perempuan."

Cukup terkesima Said dengan perkataan Zaki, ini hal yang sangat wajar dan sepele bagi banyak orang, tapi lain hal dengan Zaki yang terlihat sangat menjaga dirinya.

"Bisa saja, Pak. Tapi bukannya ini wajar, karena kan niat bapak untuk interview, bukan berduaan."

"Selagi saya bisa menghindari hal yang mendekati dosa, pasti akan saya lakukan. Ingat, setan itu bisa menggoda kita dalam keadaan dan sudut manapun."

"Oh, iya, pak, saya akan temani. Kalau begitu silahkan anda masuk dulu, para pelamar sudah menunggu, biar saya panggilkan."

Zaki membawanya dengan senyuman di sertai anggukan. Terlebih dahulu Said menyerahkan beberapa amplop coklat berisikan lamaran kerja pada Zaki, lalu laki-laki itu menuju ke ruangannya, dimana dulu itu ruangan Papanya.

Satu jam kemudian...

Satu persatu para pelamar sudah selesai di interview, dan hasilnya memuaskan, hanya ada satu saja karyawati yang tidak di terima karena sifatnya yang cantik dan tidak punya adab.

Seorang perempuan berambut panjang di urai memasuki ruangan Zaki, dengan badan yang ia lenggak-lenggokkan ia duduk di depan Zaki dengan pandangan terus menatapnya.

Sementara Said duduk di sofa samping sambil memangku laptopnya, sesuai yang Zaki perintahkan, jika ada calon karyawati ia akan masuk.

"Selamat siang, atas nama Irawati, lulusan SMK di jurusan tata boga."

Perempuan bernama Ira itu mengangguk. "Iya, Pak."

Senyum Ira tak luntur pada Zaki, namun posisi pandangan laki-laki itu masih terfokus ke bawah sambil membaca CV dari Ira.

Saat ingin memulai interview, rasa tidak nyaman mulai muncul melihat Ira yang terus menatapnya di tambah lagi badannya condong ke depan hingga jarak keduanya bisa di bilang dekat.

"Maaf, bisa mundur sedikit, saya akan mulai interviewnya."

Tak menggubris perkataan Zaki, Ira sama sekali tak bergerak dari posisinya.

"Apa sebelum di mulai kamu bisa mematuhi perintah saya, Irawati? Tundukkan pandanganmu dan cukup dengar dan jawab pertanyaan saya."

"Kenapa harus nunduk sih, Pak? Bukannya suka di liatin cewe, aneh banget." Baru ingin melamar kerja saja, ucapan Ira sudah terdengar buruk, adabnya juga.

TAKDIR RAHASIA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang