6. Mengetahuinya

634 37 2
                                    

"perasaan ini tumbuh karena ketakwaannya, saya mencintainya bukan karena nafsu, tapi murni dalam hati dan ingin menjadikannya sebagai penyempurna agama saya."

-Muhammad Zaki Athaillah Ar-rayyan-

"Assalamualaikum, Abang?" Terdengar suara perempuan yang pasti itu Dira. Pastilah khawatir dengan putranya yang hampir setengah hari mengurung diri dalam kamar usai kejadian tertolak cintanya kemarin.

Lamunan Zaki terbubar oleh suara itu, ia segera beranjak dan membukakan pintu.

"Waalaikumsalam, Bun-

"Om Kiki! Ila linduuuuu."

Zaki pikir hanya Bundanya yang datang, namun ternyata dua ponakan kembarnya pun tanpa sepengetahuannya juga ikut setelah beberapa hari menginap di pesantren.

Memang Aziel dan Ziela bisa di bilang di rawat olehnya yang menjadi pengganti orang tua setelah Tania dan Gus Imam meninggal tiga tahun lalu, hanya saja terkadang Umma Hannum juga ingin bersama cucunya, jadilah si twins tak jarang juga menginap di pesantren.

"Eh, cantiknya, Om, kapan pulangnya, sayang? Kenapa nggak bilang Om dulu kalo mau pulang." Dan kini wajah Zaki menjadi berseri lagi, ia melupakan sejenak soal hatinya yang sedang galau.

"Kata Oma, Om abis nangis, ya? Hahaha..." Gelak suara Aziel mengejek Zaki pasal ia benar-benar menangis kemarin.

Zaki pun memandang Dira dengan wajah cemberut. "Bundaaa, kok bilang-bilang, sih."

Dira terkekeh. "Makannya jadi cowok itu yang gentle, jangan cengeng."

"Benel, Om, janan kayak Bang Ziel, cama tikus aja takut," sahut Ziela yang mengejek kembarannya.

"Tapi Ila juga takut cama ayam."

Demikian pertengkaran kecil si twins itu mengundang gelak tawa yang mendengarkan, sungguh mood Zaki semakin membaik kala itu. Ia berjongkok menghadap keduanya.

"Masyaallah, kalian beneran jadi obat buat om, ya," ucap Zaki sambil mengelus kepala mereka.

"Karena hari ini Om nggak ngajar, gimana kalo kita jalan-jalan, sama Om-om Al-Ghozi? Mau, nggak?"

Tentu saja wajah mereka langsung berseri, sudah lama juga Zaki tak menghabiskan waktu bersama ponakannya, karena terlalu sibuk dengan tanggung jawab dan karir.

"Asikkk....mau, Om, Ziel mau ke mall," ucap Aziel begitu antusias.

"Siap, yaudah habis ini Om mandiin kalian, ya, sekarang biar Om yang mandi dulu."

Mereka berdua mengangguk. "Ote, Om, kita mau ijin cama Opa dulu, ya," kata Ziela.

Lalu anak kembar itu pun berlari secara bersamaan, dan pastilah dengan suara yang yang berisik.

🌻🌻🌻

Mobil putih Zaki mendarat mulus di depan Cafe Ar-rayyan, ia sudah mengabari teman-teman bahwasanya hari ini ia akan mengajak mereka semua jalan-jalan bersama dua ponakannya. Setelah kejadian tertolak cintanya kemarin ia memilih menghabiskan waktu bersama si kembar.

Ia membukakan pintu mobil belakang yang dimana Aziel dan Ziela masih terduduk anteng, padahal biasanya selalu aja saja tingkahnya.

"Sayang, ayo turun, kita ketemu sama om-om Al Ghozi dulu, ya?"

Aziel dan Ziela sedang anteng bermain tablet, pantas saja daritadi tidak ada suara, hingga Zaki pun tak mereka acuhkan.

TAKDIR RAHASIA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang