CHAPTER 34

314 22 2
                                    


Kesalahan terbesar saya adalah karena pernah mengucapkan suatu janji yang sangat bertentangan dengan hati saya sendiri.

-Bilal Abidzar Ar Rasyid

°°°


Lea masih duduk termenung di pinggir lapangan bola. Tangannya juga ikut bermain di atas rumput rumput yang hijau sambil berusaha mengatur nafas yang mulai tersendat sendat karena menahan haus.

"Assalamualaikum!" Sapa Deren yang menghentikan lamunannya.

"Wa'alaikumussalam warahmatullah! Deren? Ngagetin aja."

"Ini. Minum buat kamu." Ucap Deren sambil menyodorkan botol minum di tangannya serta langsung duduk di samping Lea.

"Makasih." Jawab Lea sambil mengambil botol minum di tangan Deren. Ia bergegas membuka botolnya dan minum dengan tergesa gesa karena sudah kehabisan tenaga.

Deren ikut tersenyum karena memperhatikan Lea yang sedang minum. "Pelan pelan."

Lea tidak menghiraukan ucapan Deren. Ia terus saja meneguk air minumnya sampai habis. "Huuh. Alhamdulillah."

"Kok lo tahu kalau gue lagi kehausan?" Lanjut Lea.

"Aku nggak sengaja lewat sini terus ngelihat kamu kayak kehausan. Kebetulan juga, aku lagi bawa minum."

"Oh."

"Kamu ngapain disini sendirian? Bilal mana?"

"Tadi gue habis main bola sama Mas Bilal. Terus Mas Bilal nya pergi sebentar katanya mau beli minum. Tapi, sampai sekarang belum balik balik."

"Oh. Mungkin lagi ada urusan sebentar."

"Mungkin juga sih."

"Btw dari tadi gue perhatiin lo ngomongnya pakai aku terus. Tumben banget? Biasanya kan pakai Saya?"

"Kamu risih?"

"Nggak sih. Cuma agak aneh aja."

"Ya udah. Berarti nggak papa kan?"

"Terserah lo sih. Yang penting lo nyaman aja!"

"Iya!"

"Ya udah kalau gitu gue pergi dulu ya, Der. Mau nyari Mas Bilal."

"Iya! Hati hati."

Lea langsung tersenyum sambil beranjak pergi meninggalkan Deren untuk mencari Bilal.

"Semoga hidup kamu selalu bahagia!" Batin Deren sambil tersenyum menatap Lea sampai hilang dari pandangannya.

Di sisi lain

Setelah membeli minum di kantin, ketika Bilal hendak berjalan menghampiri Lea. Tiba tiba langkah kakinya langsung terhenti karena di depannya ada seorang perempuan yang memanggilnya. "Assalamualaikum!"

Bilal langsung terkejut karena tidak percaya. Ia menatap perempuan itu sambil menjawab dengan terbata bata. "Wa-wa'alaikumussalam warahmatullah."

"Hai?" Ucapnya sambil tersenyum manis.

"Hanna?"

"Apa kabar?" Ucap Hanna.

"Alhamdulillah baik!"

"Umi sama Abi, gimana kabarnya?"

"Alhamdulillah, Umi sama Abi baik juga."

"Kenapa sih? Kok kamu kayak kaget gitu?"

"Mungkin cuma perasaan kamu aja!"

"Oh iya. Aku datang kesini karena mau ngasih tahu kamu, kalau aku udah lulus kuliah S1."

Lentara Untuk Zaujaty [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang