Kama yang Adiwarna

18 0 2
                                    

Aku melihat indahnya hutan, gunung, dan lautan,
Memandangi syahdanya senja yang disambut malam,
Mengagumi pancarona binar setelah hujan,
Semuanya tersusun rapih layaknya mahakarya Yang Maha Sempurna,

Aku salah, berpikir tiada yang lebih indah dari dunia,
Saat aku menatap matamu, aku tau aku salah,
Saat melihat senyumanmu, aku tau aku salah,
Bahkan saat mendengar suaramu, aku tau aku salah,

Dari sekian banyaknya keindahan, mataku memilih melihatmu di sana,
Nayanika yang sesyahdu jumantara di siang cerah,
Senyumanmu yang seindah arunika setelah fajar,
Juga merdu suaramu bagai kidung suci pada telinga,

Tiada bintang yang lebih indah dari matamu,
Tiada arunika yang lebih cerah dari senyumanmu,
Tiada suara yang lebih merdu dari bicaramu,
Seolah Tuhan menciptakanmu saat sedang tersenyum,

Aku ingin menggapaimu dengan sepenuh hati,
Memegangi tanganmu ketika sedang sendiri,
Mendengarkan keluh kesahmu setiap hari,
Memandangimu dengan senyum yang terlukis,

Namun, akankah aku menggenggam hatimu nanti?
Meraih renjanamu yang kau tujukan pada yang lain?
Tetap berlari mengejarmu meski kau menyuruhku berhenti?
Mungkin engkau bagaikan bintang di agungnya langit,
Yang hanya bisa aku lihat dan aku kagumi dari rendahnya bumi.

*note: I originally wanted to give her this poem, but she probably never gonna know I turned her into a poem :)

Romantisasi HayatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang