Tanpa Nama

8 1 0
                                    

"Untuk semua jiwa yang kesepian dalam dunia yang ramai. Berbahagialah, untuk kita yang fana dan sementara.."



Akankah semuanya memudar?
Momen berharga menjadi kenangan,
Dari kenangan menjadi lupa,
Dan lupa menjadi hilang,

Sebenarnya, apa alasan dari semua ini?
Apakah cinta itu berarti?
Apakah setiap pertemuan itu berarti?
Apakah setiap insan dan ide yang diutarakan, itu penting?

Aku sendirian, bahkan dalam kerumunan ini,
Berbincang satu sama lain, tanpa kenal detik,
Namun, aku sendiri, dalam pesta kemeriahan ini,
Mematung, melamunkan keadaan yang imajinatif,

Rasanya ingin bersabda,
Pada setiap telinga yang terpampang di tempatnya,
Menyampaikan isi pikiran yang membanjiri perasaan,
Terbakar oleh ketidakmungkinan yang tak terbatas,

Kita berbicara, tetapi tidak menyimak,
Kita tertawa, tetapi tak ada hibur yang membekas,
Kita saling tahu, tetapi tidak saling mengenal,
Layaknya tragedi, dari miliaran manusia yang ada, kita tetap merasa sendirian,

Kita mencintai, tetapi tidak melekat,
Kita apatis, tetapi saling membutuhkan,
Kita mencari bahagia, tetapi hanya sampai pada ujung jurang kekecewaan,
Layaknya komedi, berapa pun teman yang ada, kita tetap mati sendirian,

Kita saling menyentuh,
Bahkan kita saling memeluk,
Namun, apakah semuanya tulus?
Atau sekadar bentuk interaksi palsu?

Akankah ketulusan itu terwujud?
Pada dunia ini yang rapuh dan semu?
Akankah semua insan mengungkapkan rasa pada lisan yang jujur?
Bagi manusia yang cenderung bersembunyi dan palsu,

Lahir sendirian dan mati sendirian,
Apa salahnya jika kita pun hidup sendirian?
Hanya melanjuti hidup yang dikabuti oleh serana kesepian,
Untuk kita, yang sejatinya tanpa nama.

Romantisasi HayatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang