Bab 8. Ujian Kelulusan dan Tiara menginap

207 93 102
                                    


HAPPY READING


***

"Aku akan menjadikan kamu satu-satunya di hidupku itu janjiku untukmu suamiku, walau hanya mendapatkan rasa sakit darimu mas raden."

Nadira Safa Apriliani

"Aku begitu kejam terhadap istri hamba sehingga membuat hidupku di selimuti oleh rasa bersalah dan dipenuhi dengan kata menyesal telah menyia-nyiakan sosok istri seperti mu nadira."

Raden Arsen Dirgantara

***


Keesokan harinya Nadira sudah siap ia menyempatkan untuk sarapan pagi terlebih dahulu sebelum berangkat, ia sarpan dengan makan roti dan minuman susu, dia juga tidak lupa memakai jaket untuk menutupi perban yang terbalut di kepalanya, Nadira pun bahagia karena sebentar lagi ia akan lulus namun di lubuk hatinya sedih harus berpisah dengan ketiga sahabat yang baik itu, sedang enak menikmati makan tiba-tiba suami dateng dan menarik kursinya secara kasar sehingga Nadira terjatuh dengan keadaan duduk. pasti sakit sekali pantatnya.

"Cewe kampung, siapa yang suruh anda makan duluan ha," ucap Raden dengan badannya berjongkok di depan Nadira.

"Hiks Dira laper mas, jadi Dira makan duluan," balas Nadira.

"Anda laper iya, aduh kasian banget sih," ucap Raden.

Raden pun bangkit, ia langsung saja mengambil roti dan susu yang berbeda di atas meja, setelah itu ia pun mengambil roti yang berada di piring dan susu yang berbeda di gelas, ia pun langsung menuangkan susunya di atas roti yang sudah ia jatuhkan ke lantai, setelah semua tercampur ia pun menyuruh Nadira untuk memakan makanan yang sudah ia jatuhkan ke lantai.

"Silahkan dimakan cantik," ucap Raden setelah dirinya menaruh roti dan susu di lantai, bayangkan saja Nadira makan makanan yang berada di lantai.

"Nggak mau mas, ini udah kotor hiks," balas Nadira dengan menatap wajah sang suami yang sudah duduk di kursi dengan manis dan juga menikmati makanan masakan buatan Nadira.

"Cepet anda makan, atau saya paksa untuk anda makan," ucap Raden.

"Iya mas, Dira akan makan kok," balas Nadira dengan terpaksa ia pun langsung saja memakan roti yang tercampur susu yang berbeda di lantai.

"Pinter sekali anda, kalau anda nurut kaya gini," ucap Raden terkekeh jahat.

"Iya allah kuatkan hati hamba, untuk menghadapi sikap kasar suami hamba hiks," batin Nadira memohon kepada sang pencipta untuk di berikan kekuatan di hatinya.

"Udah selesai makannya, sana keluar nanti anda telat, nanti malah saya yang di salahin sama keluarga anda," ucap Raden dengan nada mengusir Nadira.

"Kalau gitu Dira pamit mas, assalamualaikum," ucap Nadira, ia pun hendak mengambil tangan suaminya untuk ia salim eh malah langsung di tepis dengan kasar.

"Jangan sekali-kali anda menyentuh tangan saya, nanti tangan saya gatel lagi, akibat bersentuhan dengan tangan anda yang kotor itu," ucap Raden pedas sepedas cabai rawit malah ini mengalahkan rasa pedas dari cabai rawit.

"Maaf hiks." balas Nadira dengan melangkah keluar.

"Tunggu!! anda berhenti di situ, saya mau ngomong sesuatu sama anda," teriak Raden dengan bangkit dari duduknya dan menghampiri Nadira.

"Iya mas ada apa," balas Nadira bertanya-tanya.

"Gini pacar saya kan mau nginep nanti malam, anda pindah ke gudang sana, soalnya kan kamar anda mau di pakai sehari sama pacar saya," ucap Raden yang sudah di hadapan Nadira.

Bukan Aku Yang Suamiku InginkanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang