Bab 26

1.7K 184 11
                                    

Senna Elizabeth shankara, alias eli kini sudah memasuki tahun akhir perkuliahan. Meskipun umurnya sudah menginjak dua puluh dua tahun, banyak yang masih berpikir kalau eli adalah sosok egois dan ingin menang sendiri. Namun, semua itu terjadi bukan tanpa alasan.

Shani selalu memanjakan eli sejak kecil dengan cara membandingkan semua prestasi dan kepintarannya dengan zee. Ia juga selalu memberikan apapun yang putri sulungnya itu minta. Maka tak heran jika selama ini eli tidak ingin kalah dari zee. Bahkan ketika adiknya itu mempunyai sosok baru di hidupnya seperti christy dan adel ia merasa tersaingi.

Namun, semenjak zee memutuskan untuk pergi dari rumah, ada hal-hal yang membuat eli merasa hampa dan kosong. Seiring berjalan nya waktu dan bertambahnya usia, akhirnya ia sadar jika selama ini ia sangat egois kepada zee. Eli adalah sosok kakak yang gagal.

Di bawah langit malam tanpa bintang ini, eli kembali merenungkan sikapnya kepada zee selama ini. Sudah satu jam eli duduk di balkon apartemen, menikmati angin malam ini, ia menatap langit di atasnya, kemudian ia tersenyum tipis.

"Lo bodoh banget, Li" gumamnya pelan.

Kini pikirannya di penuhi kenangan-kenangan masa lalunya bersama zee. Eli sangat ingin menghubungi zee. Namun urung karena pesan terakhirnya saja belum di balas oleh perempuan itu.

Kenapa ia baru menyadari jika zee sangat istimewa?
Kenapa dulu ia selalu merasa zee adalah saingan?
Kenapa ia diam saja setiap kali melihat zee di pukul dan di marahi oleh mama papanya?

Semua pertanyaan itu terus berputar di kepala eli, hingga akhirnya ia memutuskan untuk mengirimkan pesan kepada adiknya itu.

Zee

Zee
Ini kakak

Setelah mengirim pesan itu, eli langsung mematikan ponselnya. Ia menarik napas panjang, berusaha untuk menormalkan degup jantungnya. Beberapa saat kemudian, ponsel eli berdering menandakan ada sebuah pesan masuk. Eli pun segera membuka room-chat nya dengan zee.

Zee

Zee
Ini kakak

Salah sambung
Gue nggak punya kakak

Eli terdiam setelah membaca balasan dari zee. Demi apa pun dadanya terasa seperti terhantam bebatuan. Sangat sakit dan menyesakkan.

Lo sekarang benci banget ya, sama gue zee? eli mengusap air matanya. Ia kemudian tertawa miris. Ia sudah kehilangan.

Kehilangan zee dan kehilangan semua hal.

Rumah yang sejak dulu selalu eli banggakan kini sudah hancur, tak ada lagi kehangatan yang bisa ia rasakan. Kedua orang tuanya sudah berpisah, bahkan sang adik pun enggan menyebutnya kakak.

Seandainya bisa, ia ingin memperbaiki semuanya. Eli menyesal. Ia sangat merindukan keluarganya.

Eli kembali membuka ponselnya, berniat menelpon papanya yaitu cio. Percobaan pertamanya tidak mendapat jawaban. Eli pun mencoba untuk kedua kalinya. Butuh waktu beberapa detik nada sambung itu berdengung di telinganya sampai cio akhirnya menjawab teleponnya.

"Halo, pa"

"Iya, kak ada apa? Uang kamu udah habis? " tanya cio, Eli pun terkekeh. Apapun keadaanya, cio selalu memenuhi kebutuhan anak-anaknya.

Azizi Dan LukanyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang