18🐣

9.4K 745 138
                                    

Enjoy ~

.

.

.

Oliv menatap bangunan besar di depannya dengan binar cerah dimatanya. Kenapa bisa semua rumah yang dirinya lihat selalu besar dan megah bagaikan istana.

Dari gerbang, halaman depan hingga isi didalamnya. Semuanya terlihat mewah dan mahal, apakah mereka tidak bangkrut? Berapa uang yang mereka habiskan hanya untuk membuat rumah bagaikan istana ini.

"Kakak, kenapa lumah lumah disini selalu besal sepelti istana?" Tanya Oliv yang masih setia didalam gendongan Adrian.

"Memangnya kenapa?"

"Tidak tau Oliv, makanya beltanya ini... Kakak jangan budeg jadi Olang!"

"Adek! Kenapa sekarang suka banget ngomong kasar sih.." menggigit pipi bulat itu dengan sedikit kasar sebagai hukum.

"Isshhh.. kakak lepas!" Menatap tajam kearah Adrian yang sekarang sedang tersenyum mengejek kearahnya.

"Kakak juga kenapa gigit telus pipinya Oliv!" Marah Oliv.

"Kalo gigit lagi, Oliv pukul bibil kakak sampai melah sama besal sepelti digigit tawon! Balu tau lasa!"

"Apaan tuh~ Balu tau lasa? Kok kakak baru denger sih~" sungguh, Adrian tak tau kenapa dia bisa menjadi secerewet dan sejahil ini jika bersama dengan Oliv. Tapi, yang pasti, dia sangat suka dengan segala ekspresi yang dikeluarkan oleh Oliv. Apalagi ekspresi marah, kesal dan bingung nya, itu terlihat lucu dan menggemaskan.

Oliv diam, menyenderkan kepalanya pada dada bidang sang kakak. Dia malas berdebat, kakaknya terlalu nakal dan kekanak-kanakan, tidak seperti dirinya yang sudah besar dan baik.

"Bayi!!" Pekik Delano saat melihat Oliv yang berada di gendongan Adrian. Ternyata temannya ini tidak berbohong, dia benar-benar membawa Oliv.

Oliv hanya melirik sekilas, lalu kembali menatap kearah bawah. Dia hanya menatap kearah kakinya yang bergerak sendiri, memperhatikan kakinya yang seperti melayang karena di gendong, kenapa kakinya tidak panjang seperti mereka? Batinnya merasa bingung.

Jika digendong, kaki Oliv hanya sampai paha Adrian, dan jika Oliv berdiri disamping Adrian, tinggi Oliv hanya bawah dadanya saja. Oliv kesal, kenapa dia kecil, dia juga mau tinggi seperti mereka.

Oliv tersadar saat tubuhnya tiba-tiba saja didudukkan pada kursi meja makan. Memperhatikan makanan di depannya dengan mata berbinar. Apakah akan ada pesta makan disini? Didepannya ada begitu banyak makanan, dan yang pasti, tidak ada sayuran.

"Oliv mau mamam boleh?" Tanya Oliv pada Adrian yang duduk disebelahnya.

"Makanlah" memang, sebelum berangkat, dia sudah menyuruh Leon, si tuan rumah untuk menyiapkan makanan yang banyak untuk Oliv, dan yang pasti tanpa adanya sayur. Dia tau, pasti Oliv akan kelaparan nanti, karena Oliv belum makan sepulang sekolah.

Adrian membantu Oliv mengambil berbagai jenis lauk dan menaruhnya pada satu piring. Menyuapinya dengan hati-hati, ini adalah pengalaman pertamanya, jadi, dia masih kaku.

"Kakak bodoh!" Pekik Oliv saat Adrian menyendok nasi dengan penuh, mana bisa Oliv memakan satu sendok penuh kedalam mulutnya.

Adrian berhenti, menatap bingung kearah Oliv yang terlihat kesal. "Kenapa?"

"Itu besal! Tidak muat sama mulut Oliv!" Kesalnya dengan menunjuk kearah sendok yang dipegang Adrian.

Uhuk

Delano terbatuk saat mendengar kata-kata Oliv yang terdengar ambigu dan menggelitik. Emang pada dasarnya anak satu ini sedikit mesum juga, jadi, jika mendengar kata-kata nyeleneh sedikit, pasti otaknya akan traveling.

Olivia Xavier Helton ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang