22🐣

15.8K 1K 169
                                    

Enjoy ~

.

.

.

Disebuah kamar yang bernuansa merah muda, terdapat begitu banyak boneka yang berjejer rapi di rak dan di atas kasur.

Ada dua anak kecil yang ada diatas kasur tersebut dengan banyaknya boneka di setiap sisinya. Satu sedang tertidur lelap, dan yang satunya sedang duduk memperhatikan anak yang masih berkelana di alam mimpi.

Anak laki-laki itu, Damian Xavier Helton, 13 tahun. Anak semata wayang dari Riki Xavier Helton (adik Brian Xavier Helton) dan Sinta Xavier Helton. Menekan pipi bulat Oliv yang sedang bergerak karena mulutnya yang tidak bisa diam.

Damian tidak menyangka bisa melihat sang adik dari jarak sedekat ini. Dulu, Oliv selalu menghindari dirinya, entah apa yang tidak disukai Oliv darinya.

Damian begitu tidak tega melihat adik manisnya ini di hina dan diacuhkan. Dia selalu mencari cara agar bisa berbicara dengannya secara diam-diam agar tidak diketahui oleh yang lain, namun usahanya sia-sia karena Oliv yang selalu menghindari dirinya.

Tersenyum lebar saat Oliv menggenggam jari telunjuknya yang asik menekan pipi bulat itu. Tangan adiknya juga begitu mungil, terlihat imut.

Matanya melebar sempurna dengan pipi memerah hingga ke telinga. Jarinya, ya, jarinya di emut dengan kuat oleh Oliv. Menutup mulutnya dengan satu tangannya untuk menahan pekikan gemas yang akan keluar tiba-tiba.

"Huftt.. tenang, nanti adek bangun~" menenangkan dirinya dan kembali merubah raut wajahnya menjadi seperti semula. Tapi, apa-apaan ini, dia baru saja merubah raut wajahnya menjadi seperti semula dengan susah payah, namun dia kembali tersenyum senyum sendiri seperti orang gila.

Arghh, adiknya sungguh membuatnya menjadi seperti orang gila tanpa disadari. Padahal Oliv diam saja, dia hanya tidur:)

"Kayaknya kakak harus beliin adek sesuatu deh~" lagi-lagi dia tersenyum. Membayangkan betapa lucunya sang adik nanti, arghhh.. sudahlah, dia tidak sabar.

"Bisa gila aku lama-lama" mengusak rambutnya dan merebahkan dirinya di samping Oliv.

"Jangan marah~" mencuri satu kecupan pada pipi bulat itu. Memeluk Oliv dengan erat.

Baru saja Damian akan memasuki alam mimpi, rasa sakit di jarinya membuat Damian membuka matanya dengan ringisan.

"Arghh!!" Damian berteriak kesakitan saat Oliv semakin menggigit jari telunjuknya yang masih setia di dalam mulut Oliv.

"Nyum... Enak.. xixi~" igau Oliv.

Damian yang melihat Oliv akan menggigit jarinya kembali, dengan segera dirinya menarik tangannya. Mengelus dan meniupnya, rasanya nyut nyutan.

"Adek pasti mimpi makan ayam goreng kan? Ngaku ayo~" kesal Damian. Tangannya saja sudah mengepal dan di angkat seakan ingin meninju wajah damai Oliv.

"Ayo bangun!" Menepuk pipi Oliv dengan cukup keras. Awalnya dia ingin memukul pipi itu, namun tidak jadi, dia tidak tega.

Oliv merasa terganggu. Kemarin malam, dia tidur larut, dan sekarang dia masih mengantuk.

Damian yang tidak mendapatkan respon, dia langsung menggenggam tangan Oliv dan menariknya hingga terduduk.

"Apa~ kakak jangan ganggu ishh!" Oliv membuka matanya yang masih terasa lengket. Menatap sayu kearah seorang anak laki-laki yang asing di penglihatannya.

Mengerjap untuk menetralkan penglihatannya. Mengucek nya sebentar, lalu menghela nafas panjang.

"Siapa?" Tanya Oliv setelah sadar sepenuhnya.

Damian sontak memegang dadanya dramatis saat mendengar pertanyaan yang keluar dari bilah bibir mungil Oliv. Apakah dia dilupakan sekarang? Dulu dia di campakkan oleh adiknya ini. Rasanya sungguh menyakitkan.

"Adek nggak inget sama kakak?" Tanya Damian dengan nada dibuat sesedih mungkin.

"Gak kenal Oliv sama kamu"

"Ha! Ha! Ha!..." Tawanya tak percaya.

'anjir lah, gue dilupain!' batinnya menggerutu kesal.

Mengubah raut wajahnya menjadi datar, sedatar tembok andalan keluarganya.

"Aku kakak sepupu kamu" mencubit pipi bulat itu dengan gemas dan menarik-narik karena kesal. Dia yang tampan ini dilupakan, anjir sekali.

Oliv mengangguk. Kembali membaringkan tubuhnya. "Telus kenapa kesini?" Tanya Oliv dengan memandang Damian yang juga sedang memandang kearahnya.

"Kakak rindu~" membaringkan tubuhnya di samping Oliv dan memeluknya erat.

"Adek pasti senang kan sekarang? Kak Rian sayang sama adek"

"Yang lain masih gak suka sama adek?" Tanya Damian serius.

"Oliv tidak suka meleka. Oliv cuman suka mama sama kakak"

Damian langsung terduduk dengan senyuman misterius menghiasi wajahnya. Menatap kearah Oliv dengan pandangan berbinar.

"Adek mau kakak bantu gak?"

"Bantu apa?"

"Bantu buat mereka bucin sama adek.. terus adek juga bales dendam deh~"

"Tidak boleh dendam jadi Olang!"

"Boleh~ mereka kan jahat sama adek, jadi boleh boleh aja lah~"

Oliv menatap tak percaya kearah Damian "tidak pelcaya"

"Kalau begitu~ kakak bantu adek biar mereka bucin aja bagaimana?"

"Bucin apa?"

"Intinya Oliv nanti pasti suka deh~"

"Calanya bagaimana?"

"Ini!" Menunjuk kearah wajah Oliv.

Oliv mengerutkan keningnya bingung. Memiringkan kepalanya dan mengerjap polos. Ada apa dengan wajahnya.

"Nah~ gitu aja udah cukup!"

Lagi-lagi Oliv hanya mengerjap tak mengerti dengan apa yang di maksud Damian.

"Wajah adek itu adalah poin utamanya! Kalo adek buat mereka gemas, pasti nanti mereka bakalan bucin!"

Oliv hanya diam mendengarkan. Damian terus saja berceloteh sendiri dengan semangat nya. Sebenarnya dia juga ingin melihat Oliv di perlakukan seperti bayi sih~ bukan hanya untuk membuat keluarga nya bucin.

"Nanti kakak bakalan kasih adek empeng bayi! Adek harus pakai pokoknya! Liat aja nanti, pasti mereka bakalan gemes segemes gemesnya sama adek!" Ujarnya dengan semangat.

"Tidak ada lasanya tapi, Oliv lebih suka susu!" Bantahnya.

"Tidak papa! Nanti kakak kasih hadiah coklat!" Sungguh besar sekali ambisi seorang kakak satu ini:)

Oliv mengangguk semangat saat mendengar kata coklat. Tak apa, yang penting nanti dia bisa makan coklat setiap harinya.

Tbc...

Olivia Xavier Helton ||END✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang