Baikan

82 6 1
                                    

Hong benar-benar mengabaikan teman-temannya. Lego dan William yang biasanya tak pernah diabaikan kini panik sendiri. Mereka terus berusaha menghubungi kakak manjanya.

Hong malah dengan santainya berangkat ke kantor lebih awal. P'Koko menjemputnya ke rumah setelah menanyakan keberadaannya.

Katanya, William tadi menghubunginya untuk minta tolong mencaritahu keberadaan Hong. Meski ia tak tahu masalah apa yang dialami anak-anaknya, ia masih melakukan apa yang diminta William.

Hanya saja saat sudah bertemu Hong, ia tak lagi mengabari William. Ia ingin meminta penjelasan pada anak paling manjanya ini.

"Jadi, kalian ada apa? Bertengkar?"

Hong menggeleng. "Enggak, Phi. Aku cuma mengabaikan mereka aja. Rasanya lelah digoda terusan seperti tadi pagi."

"Di chat tadi pagi?"

Hong mengangguk.

P'Koko geleng-geleng kepala melihat pemuda imut di hadapannya. Ia kira masalah mereka serumit apa hingga membuat panik empat anggota lainnya.

"Apa salahnya dengan perasaan lain selain persahabatan kalian?"

Hong diam sejenak untuk memikirkan jawaban yang tepat. Namun, dipikir terlalu dalam ia jadi sadar jika tak ada yang salah. Mungkin hanya pikirannya sendiri saja yang merasa terlalu takut.

"Mungkin hanya aku aja yang takut, Phi. Persahabatan kami sudah terjalin cukup lama. Lalu jika nanti diterobos perasaan lain dari kami, bagaimana jika persahabatan yang sudah sedekat saudara ini hancur?"

P'Koko tersenyum. Hong memang tipe yang banyak mikir. Padahal belum dijalani, tapi sudah dipikir sejauh itu. Terkadang apa yang kita pikirkan hanya ada di pikiran kita sendiri saja kan?

"Kita tidak bisa mengatur tumbuhnya perasaan cinta kan?" Hong mengangguk. "Lalu, jika memang salah satu dari kalian merasakan hal itu, apa itu sebuah kesalahan?"

Hong menggeleng. Entah pembicaraan ini akan dibawa ke arah mana.

"Hongshi, apapun pikiranmu saat ini, itu belum tentu terjadi. Mungkin dengan adanya hubungan cinta dari salah satu kalian, grup kalian menjadi lebih baik. Bagaimanapun persaudaraan kalian lebih kental kan dibanding hal lainnya. Dan aku sangat yakin kalian tak akan rela menghancurkan persaudaraan kalian satu sama lain."

"Mungkin Phi benar. Semua hanya ketakutanku saja. Harusnya aku tak kekanakan sampe kesel sama godaan mereka."

"Dari apa yang kulihat, sebenarnya apa yang mereka katakan ada benarnya."

"Tentang apa, Phi?"

"Nut lebih perhatian padamu!"

"Astaga, menurutku tak begitu. Nut bisa memperhatikan kami semua secara adil."

P'Koko menggeleng. "Beda, Hong. Dia lebih tulus padamu."

"Terserah Phi deh." Hong sudah memalingkan wajahnya.

P'Koko tertawa. "Anak-anakku memang bermacam. Aku heran kalian bisa sedekat itu dengan semua perbedaan kalian."

"Maksudnya bagaimana, Phi?" Hong sudah menatap manajernya lagi.

"Kau yang selalu manja, tapi perhatian sama semuanya. Nut yang selalu tenang dan menjadi sosok dewasa untuk menjaga kalian semua. Tui yang cerewet, tapi yang paling bijak. William yang bersuara halus, tapi tipe red flag. Dan Lego yang paling muda, tapi paling peka dengan perasaan kakak-kakaknya."

"Kami dipersatukan takdir, Phi."

"Begitu juga urusan tentang cinta, Hong. Takdir yang bisa menyatukannya."

Hidden Love (BL)√ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang