02. Selepas Kita Berpisah

104 19 4
                                    

a.n. guys ini alurnya maju mundur ya. enjoy!

_______________


"Gara-gara si tai Jedry, ah bangsat, si Risha... kakak gue..."

Tumpah sudah Armando menangis saat Irisha berusaha menyakiti dirinya sendiri sehabis kegugurannya. Ibar dan Maudy melihat itu turut sedih, mereka juga tidak menyangka Irisha akan senekat ini. Ibar sigap memeluknya, menguatkan sang saudara dari orang yang tadi berusaha menyudahi hidupnya.

"Lo kalo mau mati, jangan egois! Bunuh dulu gua, bunuh dulu ayah, sampe lo tega, baru bunuh diri lo sendiri bangsat!"

Begitu Irisha siuman. Kemarahan Armando tak terelakan. Irisha menangis.

"Lo tega hah? Tega ninggalin semua orang yang sayang lo, cuma karna hal itu!?" Armando juga menangis. "Ayah sama gue gak bisa ngebayangin lagi kehilangan seudah mama 7 tahun lalu. Semoga itu bisa bikin lo ngerti."








Saat itu, banyak hal yang memenuhi isi kepalanya Irisha. Dia ketakutan, dia memutuskan Jedry, dia mengikuti saran Armando untuk pindah dan tinggal berdua, karna bagaimanapun, Jedry akan selalu terasa dikamarnya, dengan kenangan baik mereka di rumah itu, dan bagaimanapun Armando tidak akan lagi membiarkan Irisha sendirian, karna ketakutannya akan kesedihan Irisha.

"Aro sama Risha sekarang tinggal bareng. Kalau diakumulasiin, sama-sama aja sih pengeluarannya kayak ngekos. Beda sedikit."

"Kenapa tiba-tiba gitu?"

"Kemarin aja abang sakit, bingung sendiri, mending bareng Irisha aja tinggalnya. Sama aja."

Ayah cuma tertawa. "Tuh kak, adekmu. Manja. Yaudah ayah senyamannya kalian berdua aja ya, ayah percaya sama Aro sama Risha."

Aro tau, hampir setiap malam Irisha menangis saat bulan-bulan awal. Seringkali Aro membuka pintu kamar Irisha untuk memastikan agar kembarannya tidak melakukan hal buruk. Dua bulan awal kegugurannya adalah hal yang terburuk.

Meski sekarang sudah berlalu 4 bulan, mulai membaik, namun tetap saja, Irisha saat ini tidak seperti sedia kala. Karna trauma.

Seperti sekarang, sehabis pulang ngampus Irisha langsung masuk ke kamar dan gak keluar-keluar.  Seudah 4 jam, Armando milih mengetuk, membuka pintu, dan melihat Irisha yang sedang melamun.

Saat keduanya bertatapan.

"Makan."

Irisha langsung beranjak. Dia tau, bagaimanapun kembarannya ini hanya ingin yang terbaik untuknya. Irisha benar-benar berterimakasih pada Aro, untuk segalanya.
















"Makasih ya."

Armando langsung menatapnya dengan penuh arti. "Lo harus bahagia ya Sha. Ayo kita lanjutin hidup sama-sama ya?"

Untuk kesekian kalinya, Armando melihat Irisha menangis. Padahal dulu, dia tau Irisha selalu berusaha kuat, jarang memperlihatkan sisi lemahnya bahkan pada dia sendiri sehabis mama meninggal, namun kini berbanding terbalik.

Irisha penuh emosi. Hatinya rapuh.

Banyak kejadian di masa lampau mengubahnya. Dan sedihnya, Armando tidak bisa berbuat banyak selain menjaga Irisha mulai dari sekarang.

"Maaf."

"Bukan salah lo, Sha. Lupain dia dan segala hal buruk yang kemarin kejadian ya? Gue selalu disini, gue bakal jagain lo."

Dia. Dia, membuat Irisha tak pernah bisa melupakannya. Jedry masih terasa seperti racun di telinganya, terlalu banyak luka yang terkait dengan nama itu, terlalu banyak rasa sakit yang ia rasakan setiap kali mengingatnya.

Find Me In Your MemoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang