3 ❤️‍🩹 🔞

1.1K 77 9
                                    

Jay melirik Sunghoon agak ketakutan ketika lelaki itu membelokkan mobilnya ke area hotel berbintang lima. Lelaki itu sama sekali tak mengajaknya bicara. Dia menyetir mobil dengan tenang tetapi rahangnya menegang seperti menahan marah.

Apakah lelaki itu akan berbuat kasar padanya untuk melampiaskan kemarahannya?

Tadi siang dia sudah menghina lelaki itu dan dia tahu bahwa ego seorang lelaki sangat mudah terluka - sama seperti dirinya. Dia ketakutan kalau Sunghoon akan melampiaskan kemarahannya dengan kasar.

Jay terlonjak ketika pintu terbuka, ternyata Sunghoon sudah keluar dari mobil dan membukakan pintu penumpang, lelaki itu mengernyit ketika melihat wajah Jay yang pucat pasi.

"Ayo." gumamnya kaku, dan meraih tangan Jay untuk membantunya keluar dari mobil.

Setelah Sunghoon menyerahkan kunci mobilnya kepada petugas hotel untuk diparkir, mereka berjalan bersisian memasuki lobby hotel yang sangat mewah.

Resepsionis hotel menerima mereka dengan ramah dan memberikan kartu kamar yang dipilih Sunghoon. Bahkan di dalam lift pun mereka lewati dengan keheningan.

Kamar itu begitu luas dan sangat mewah sehingga Jay terpaku sambil terkagum-kagum akan keindahan interiornya.

Sunghoon hanya berdiri di sana menatapnya, "Kau pasti belum makan, aku akan memesan makan malam di kamar."

Lalu lelaki itu melirik Jay dengan sinis, "Sementara itu, kupersilahkan kau mandi duluan, badanmu basah, kau bisa mandi dengan air hangat."

"Ta-tapi, saya tidak membawa baju."

Sunghoon sengaja menatap Jay dari ujung kepala sampai ujung kaki dengan begitu intens sehingga wajah Jay merah padam.

"Aku akan memesan pakaian di butik kenalanku, besok pagi pesanan akan diantarkan kemari. Bajumu yang basah letakkan di tempat yang disediakan di kamar mandi, petugas hotel akan mengambilnya untuk di laundry, sementara itu..."

Sunghoon sengaja menggantung kalimatnya dengan penuh arti. "Malam ini kau tak perlu repot-repot memikirkan baju, toh kau tak akan sempat mengenakannya."

Kalau wajah Jay bisa lebih merah padam lagi, itu akan menunjukkan betapa malunya dia dengan kata-kata vulgar Sunghoon.

Setelah menggumamkan beberapa kalimat tak jelas dengan gugup, Jay setengah berlari menuju kamar mandi.

Di dalam kamar mandi Jay merasa sedikit aman, disandarkannya punggungnya ke pintu dan dicobanya menarik napas dengan normal.

Dia takut pada Sunghoon, lelaki itu seperti seekor serigala yang menemukan rusa lemah, lalu memutuskan untuk bermain-main dengannya dulu sebelum memakannya.

Jay melangkah telanjang ke kamar mandi lalu menyiram tubuhnya yang letih dan kedinginan karena kehujanan dengan shower air panas.

Setelah selesai mencuci rambutnya, Jay menyandarkan kepalanya di tembok dan membiarkan punggungnya yang pegal tersiram shower air hangat.

Dia takut menghadapi masa depan dan ketika membayangkan Jungwon, air matanya menetes, mengalir bersama siraman shower.

Maafkan aku Jungwon, mungkin setelah ini aku tak pantas untukmu, tapi hatiku tetap milikmu.

*

*

*

Ketika selesai membasuh muka dan menggosok gigi, Jay memandang bayangan dirinya di cermin, keadaannya sudah lebih baik pipinya sudah tidak pucat lagi, sudah ada rona merah disana setelah mandi air hangat.

Ketukan di pintu hampir membuat tubuh Jay melonjak.

"Kau lama sekali, apa kau baik-baik saja disana?" tanya Sunghoon tak sabar.

A Romantic Story about JayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang