10 ❤️‍🩹 - Yang Paling Sakit adalah Hatiku

614 88 20
                                    

"Seorang pelacur harus diperlakukan seperti pelacur."

Kata-kata Sunghoon yang diucapkan dengan nada dingin dan ketenangan menakutkan itu seolah-olah bergaung di ruangan yang hening itu.

Lelaki itu sudah melepaskan kemejanya, dan membuka ikat pinggangnya lalu meletakkannya di ujung ranjang. Matanya begitu dingin, ekspresi wajahnya tenang, terlalu tenang, hingga membuat Jay gemetar cemas.

"Kau...Harus...Mendengarkan." Jay masih mencoba, meskipun melihat ekspresi wajah Sunghoon, ia tahu ia tidak akan berhasil.

Sunghoon terlalu marah, dia terlalu dibutakan oleh kemurkaannya.

"Lepaskan kemejamu, Jay." gumam Sunghoon datar.

"Sunghoon..." wajah Jay langsung pucat pasi mendengar perintah yang diucapkan tanpa ekspresi.

"Lepaskan."

Nada suara Sunghoon begitu menakutkan. Mungkin Jay akan lebih berani menghadapi jika Sunghoon berteriak-teriak marah dan membentaknya. Tetapi lelaki ini begitu tenang hingga menakutkan.

Dengan gemetar Jay melepas kancing demi kancing kemejanya. Menatap Sunghoon dengan wajah memohon, tetapi lelaki itu tidak terpengaruh.

Setelah seluruh kancing kemeja Jay terlepas, dia berdiri sambil menggenggam kemejanya yang terbuka dengan kedua tangannya erat-erat, berlutut di ranjang itu, memohon belas kasihan kepada lelaki yang berdiri di tepi ranjang dan tampak kejam.

"Aku bilang lepaskan kemejamu, Jay."

Suara Sunghoon tetap lembut dan terkendali, tapi entah kenapa Jay makin gemetar mendengarnya, dengan susah payah dia melepaskan kemejanya dan menjatuhkannya ke kasur, menatap Sunghoon tanpa daya.

"Sekarang celananya." sambung Sunghoon setelah mengamati tubuh Jay tanpa malu-malu, membuat seluruh wajah dan tubuh Jay merah padam.

"Tidak...!" Jay berusaha membantah, dia tidak mau dilecehkan seperti ini.

"Aku bilang celananya!" suara Sunghoon sedikit naik, tetapi tetap tenang. Matanya menatap tajam tak terbantahkan, hingga mau tak mau Jay bergerak melepaskan celananya, air mata mulai mengalir di mata Jay.

Hening cukup lama, Sunghoon terdiam sambil menatap Jay tajam. Dan Jay berlutut di ranjang itu dengan tubuh gemetaran.

"Lepas pakaian dalammu."

"Tidak!" dengan was-was Jay berseru, tanpa sadar tubuhnya beringsut ke ujung ranjang, ketakutan.

Sikapnya itu malah menyalakan api kemarahan di wajah Sunghoon, lelaki itu sudah tidak setenang tadi.

"Kenapa tidak, Jay? sudah tak terhitung berapa kali aku melihatmu telanjang, dan kau melakukan semuanya dengan sukarela kan? Demi uang tiga ratus juta."

Suara Sunghoon terdengar jijik, dia melangkah maju mendekati ranjang dan secara otomatis Jay langsung beringsut mundur menjauh.

"Aku membeli tubuhmu seharga tiga ratus juta, seharusnya tubuhmu itu bisa kupergunakan semauku, tetapi aku terlalu baik padamu, memberimu kemewahan, tidak menyentuhmu di saat kamu sakit, merawatmu, itu semua terlalu baik untukmu."

Mata Sunghoon tampak menyala. "Dan kau pria murahan tak bermoral! bukannya mensyukuri kebaikan hatiku, kau malah merayu sahabatku!"

"Kau salah paham, Sunghoon." Jay mulai menangis terisak.

Tetapi Sunghoon tetap mengeraskan hatinya. "Aku tidak mungkin salah paham dengan apa yang kulihat dengan mata kepalaku sendiri."

Dengan gerakan secepat kilat Sunghoon meraih kedua lengan Jay, sebelum Jay sempat menghindar dan menempelkan tubuh Jay ke tubuhnya sendiri.

A Romantic Story about JayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang