5 ❤️‍🩹

671 82 18
                                    

Jay hampir saja terlambat kerja, dia menarik napas panjang melihat jam absennya. Hanya kurang satu menit. Dengan segera dia melangkah masuk ke mejanya, teman-teman seruangannya sudah mulai sibuk bekerja.

Jay pun mulai berkonsentrasi, tapi matanya hanya menatap kosong ke layar komputer, pikirannya mengingat ke kejadian semalam dan dia mengernyit.

Dia merasa murahan sekali, menjual diri kepada laki-laki itu tetapi terlena dengan rayuannya. Mau bagaimana lagi, lelaki itu adalah jelmaan Eros penakluk pria cantik dengan segala pengalaman dan keahliannya, sementara Jay baru pertama kalinya bercinta.

Tuhan, ampunilah dosa-dosaku. Jay memejamkan matanya dan menundukkan kepalanya sebelum mulai menenggelamkan diri dalam pekerjaan.

"Iya, aku juga tidak menyangka."

Suara berbisik dua rekan disebelahnya menarik perhatian Jay.

"Rasanya seperti bukan Sajangnim."

"Tadi kami serombongan habis sarapan berpapasan dengan Sajangnim, kami hanya menunduk karena biasanya Bos besar itu hanya melirik dari sudut matanya, mengangguk selama sedetik lalu pergi dengan acuh tak acuh."

Wanita itu menghembuskan napas takjub. "Tapi tadi, astaga! Sajangnim bahkan berhenti, tersenyum ramah dan menanyakan kabar kita semua." Suaranya terpekik hampir histeris.

"Dan senyumnya yang sangat jarang itu, bukannya menjawab semuanya malah terpesona dengan mulut menganga, ada yang mencoba menjawab tapi yang keluar hanya suara tercekik." Lanjutnya menggebu-gebu.

"Sajangnim sangat tampan! Ohh, seandainya dia kekasihku." Wanita itu mulai mengkhayal.

"Haerin... kau lupa? Sajangnim gay."

Wanita itu menghembuskan napas. "Aku tau, Eonni. Yah, seandainya Sajangnim 'lurus' aku yakin wanita di seluruh penjuru dunia pasti ingin mendapatkannya."

Tch, berlebihan. Tidak tahu kah bahwa bos kalian sangat bejat. Jay beranjak berdiri ke kamar mandi, tak tahan mendengarkan pemujaan pemujaan terhadap laki-laki itu.

Tapi tetap saja dia ikut bertanya tanya, Jay terpekur di depan pintu kamar mandi. Dia berpikir mengenai perubahan sikap Sunghoon di kantor, bosnya itu memang selalu memasang wajah dingin, ketus dan jarang bicara...tapi kenapa dia berubah ramah?

"Memikirkanku?"

Suara yang diucapkan dengan pelan dan lembut itu membuat Jay membalikkan tubuhnya mendadak dengan terlonjak kaget dan hampir menabrak orang yang berdiri dibelakangnya.

Matanya langsung bertatapan dengan mata birunya yang tajam, obyek pikirannya.

"Kenapa Sajangnim ada di sini? Di lorong menuju kamar mandi lantai 3 padahal anda punya kamar mandi sendiri di ruangan anda." Tanpa sadar Jay mengucapkan pertanyaannya keras-keras.

Sunghoon tertawa. "Aku sedang menemui kepala personalia di lantai yang sama, tiba tiba ingin ke toilet, tidak bolehkah?" suaranya makin melembut, lalu matanya berubah tajam.

Dan Jay mengenali tatapan itu, tatapan kalau-

"Damn! Aku sudah amat sangat merindukanmu!"

Dengan cepat Sunghoon meraih Jay, lalu menciumnya, dengan gairah menggebu-gebu seolah-olah sudah lama tidak berciuman, padahal baru tadi pagi mereka-

Suara percakapan yang sayup-sayup mendekat membuat Jay terperanjat, dengan secepat kilat didorongnya Sunghoon dan dia setengah berlari menjauhi toilet laki-laki.

Fuck! Tak sadarkah dia kalau menyergapnya seperti itu di toilet kantor benar-benar tindakan nekat?

Jantungnya masih berdentam-dentam dengan kuatnya seakan ingin meloncat dari tempatnya.

A Romantic Story about JayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang