Pertengkaran menjadi bumbu pagi untuk awal hari. Ada kedua anak remaja tengah ribut memperebutkan sesuatu. Dari kejauhan ada sosok seorang pria dewasa memperhatikan saja.
Sosok duda beranak dua. Ia bercerai dengan sang istri tujuh tahun lalu. Hak asuh anak jatuh ke tangannya. Walaupun hakim berkata seorang anak lebih baik bersama ibunya. Namun kedua anaknya tidak mau.
"Twins!" tegasnya.
Mendengar nama mereka dipanggil dengan serentak mereka berhenti bertengkar. Kedua remaja yang berbeda warna rambut itu menghampiri sang ayah.
Si sulung bernama Azhar Cyrill Shaquille dan si bungsu Arkan Cyrus Shaquille. Biasa dipanggil Cyrill dan Cyrus.
"Siapa yang memulai?" tanya sang ayah.
Duda bernama Afnan Cedric Shaquille menatap kedua putranya. Biasa dipanggil Cedric. Tidak ada jawaban sama sekali dari mereka berdua. "Jawab pertanyaan ayah!" tegas Cedric.
"Tuh Cyrus yang duluan tahu!" pekik Cyrill menunjuk Cyrus.
Cyrus menepis tangan sang kakak. "Dih kamu yang mengambil kaos kaki aku!" protes Cyrus.
Sedikit menghela nafas lantas menjewer telinga mereka masing-masing. Cedric melepaskan jeweran beberapa menit kemudian, dan menatap sang sulung. "Cyrill!" panggil Cedric.
"Itu kaos kaki aa bolong, kata bu guru disuruh memakai kaos kaki warna putih," ujar Cyrill.
Wajah Cyrus seketika malas menatap Cyrill. "Itu masalahmu lha. Masa kaos kakiku dikorbankan sih," ujar Cyrus.
"Kaos kakimu ada banyak lho Cyrill," ujar Cedric.
"Hilang ayah," jawab Cyrill.
"Pakai kaos kaki ayah saja. Adikmu juga memerlukan kaos kaki putih. Pulang sekolah nanti kita beli kaos kaki baru untukmu," ujar Cedric.
Cyrill langsung berlari kearah kamar sang ayah. "Kakakmu dari dulu tetap saja begitu," ujar Cedric.
"Tahu. Dia sangat pelupa mengenai barangnya sendiri," keluh Cyrus.
Cedric mengelus rambut sang bungsu. "Anak ayah semakin tinggi saja," ujar Cedric.
"Aku dikasih vitamin dan makan sama ayah. Tentu saja, semakin tinggi," ujar Cyrus.
"Ayah aku juga mau seperti adek!" protes Cyrill.
Cedric tersenyum kearah putra sulungnya. "Sini dong," ujar Cedric.
Cyrill tersenyum lebar dan langsung memeluk tubuh sang ayah sangat erat. "Makasih ayah!" pekik Cyrill.
"Sama-sama nak," ujar Cedric.
Cyrus memeluk tubuh sang ayah juga. Mereka berdua memang beruntung memiliki ayah yang sangat baik. Tidak ada yang dibedakan sama sekali. Cedric mengerti tentang kedua anaknya. "Ayo sarapan dulu!" ajak Cedric.
"Aku disuapin dong sama ayah," ujar Cyrus.
"Boleh saja," ujar Cedric.
Cedric melirik kearah sang sulung. "Aa mau disuapin juga?" tanya Cedric.
"Mau!" pekik Cyrill.
Pada akhirnya Cedric menyuapi kedua putranya. Mereka berdua sibuk memakai kaos kaki dan sepatu. Mereka makan dengan tenang. Sang ayah nampak tidak keberatan akan permintaan kedua anaknya.
Setelah selesai mereka berdua berdiri lantas mencium kedua pipi sang ayah secara bersamaan. Tak lupa mencium tangan kanan ayahnya sebelum berangkat sekolah.
"Kami pamit ayah. Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatu!" pekik mereka berdua.
"Waalaikum Salam Warahmatullahi Wabarakatu," ujar Cedric.
KAMU SEDANG MEMBACA
Twins
General FictionNot BL/Only Brothership. Ini hanya kisah ayah dan anak saja tidak lebih. kisah anak kembar yang selalu saja membuat sang ayah pusing sendiri tentang tingkah mereka berdua. Tidak seru apabila tidak rusuh," ujar sang sulung. Kembaranku memang agak ane...