Kegiatan belajar suatu hal yang sangat membosankan, bagi orang yang tidak ambisius. Seperti halnya, dengan sosok remaja bernama Cyrill. Sejak tadi, dirinya amat bosan tentang pelajaran matematika.
Tangan kanan Cyrill terangkat keatas. "Bu aku izin ke toilet," ujar Cyrill.
Sang guru mengizinkan. Lagipula, dia tahu bahwa Cyrill akan membolos seperti biasa. Dengan langkah riang Cyrill berlari ke luar kelas.
Cyrill melewati setiap kelas dengan wajah gembira. Ia juga mau melihat bagaimana wajah sang adik di kelas. Dia memutar arah menuju gedung IPA tempat dimana adiknya belajar.
Benar dugaan Cyrill, sang adik Cyrus nampak serius belajar. Mata Cyrill sedikit pusing melihat rumus di papan tulis kelas sang adik. Dia memilih kabur saja, daripada menatapnya lebih lama.
Setiap langkah kaki Cyrill seolah tidak terpantau oleh cctv sekolah. Tanpa sang remaja ketahui, ada satu cctv yang terhubung langsung dengan hp milik ayahnya Cedric.
Di kantor Cedric memperhatikan saja tingkah sang sulung. Ia tidak berkomentar apapun. "Anak sulungku seperti anak tk saja. Padahal dia seorang kakak di keluarga ini," ujar Cedric melihat bagaimana tingkah sang putra yang melompat kesana kemari.
"Kenapa lu?" tanya Russel memperhatikan bagaimana tingkah sang bos yang tersenyum menatap ke layar hpnya.
"Si aa biasa berjalan di koridor kelas," jawab Cedric.
"Lu gak pernah marahin dia?" tanya Russel.
"Sering. Tapi namanya anak remaja pasti ada saja tingkah penasarannya," jawab Cedric.
"Cyrill atau Cyrus diizinkan merokok tidak olehmu?" tanya Russel.
"Boleh. Asal cuma sebatang saja sehari," jawab Cedric.
"Kalau lebih?" tanya Russel.
"Gua marahin," jawab Cedric.
"Kurasa keputusan kedua anakmu benar mengikuti dirimu," ujar Russel.
"Mengapa kau berkata demikian?" heran Cedric.
"Menurut informasi suami baru mantan istrimu sangat perfeksionis. Dia bahkan sering memukul anaknya, saat tidak mendapatkan nilai sempurna," ujar Russel.
"Kesempurnaan nilai tidak menjamin masa depan. Lagipula diantara kedua putraku memiliki kekurangan, dan kelebihan masing-masing. Tapi, aku berusaha untuk tidak mengungkit kekurangan mereka," ujar Cedric.
"Kau ayah idaman bagi setiap anak di dunia ini," ujar Russel.
"Setiap orangtua menginginkan anaknya lebih baik darinya. Namun, dengan cara memaksa tidak akan membuahkan hasil sama sekali," ujar Cedric.
Suara panggilan telepon menghentikan obrolan Cedric dan Russel. Lirikan mata Cedric dimengerti oleh Russel.
Cedric berdiri untuk segera pergi ke sekolah kedua anaknya. Ia mendapatkan laporan guru bk bahwa Cyrill memecahkan salah satu kaca kelas.
Beberapa menit sebelumnya di sekolah. Cyrill yang selesai ke toilet tidak langsung ke kelas. Ia malah berlari menuju ke ruangan olahraga. Dia mengambil salah satu bola basket. Dengan santai Cyrill melepaskan almameter dan kemeja sekolah. Ia main sendiri di lapangan basket. Entah kesialan darimana, bola yang seharusnya masuk ke ring basket, berakhir terpental ke arah kelas di dekat lapangan basket.
Bunyi suara pecahan kaca terdengar hingga ruang bk. Cyrill akan berlari, ditahan oleh seorang guru yang sudah menahan tangan kiri Cyrill.
"Siang bapak," sapa Cyrill.
"Kau ini Cyrill!" kesal sang guru.
Sang guru menyeret paksa Cyrill menuju ruang konseling. Tidak ada raut ketakutan di wajah Cyrill. Ia seolah biasa saja melihat wajah marah sang guru.
KAMU SEDANG MEMBACA
Twins
General FictionNot BL/Only Brothership. Ini hanya kisah ayah dan anak saja tidak lebih. kisah anak kembar yang selalu saja membuat sang ayah pusing sendiri tentang tingkah mereka berdua. Tidak seru apabila tidak rusuh," ujar sang sulung. Kembaranku memang agak ane...