10. Ratna Gila

151 20 4
                                    

Hamish terhanyut lama sekali mencium bibir Asmara. Punggungnya sampai naik dan ia membungkuk. Satu tangannya membelai lekukan pinggang dan pinggul wanita itu naik turun berulangkali. Ia sampai membuat wanita itu menggeleng untuk menarik napas.

Lenguhan Asmara yang perlahan mulai keras sontak membuat Hamish berhenti dan membuka mata. Mata elang itu sedikit melotot.

Dada Asmara yang tertutup selimut kini naik turun dengan kentara. Dalam tidurnya ia meraup napas banyak. Butuh waktu lama untuk ia kembali nyenyak.

"I'm so sorry," bisik Hamish membelai kening yang berkeringat itu. Perlahan ibu jarinya membelai bibir ranum juga di sana.

"Aku harus pergi dulu."

"Bye, Princess Cupie." Hamish memajukan wajah hingga hidung mereka bersentuhan.

Cuup!

Satu kecupan terakhir tak sedikitpun membuat Asmara terganggu. Obat tidur itu benar-benar ampuh.

Baru saja menghadap pintu, Hamish dikejutkan dengan suara kecil yang disusul dengan pintu yang terbuka perlahan.

"Daddy?" Gumam Ammy terkejut. Matanya perlahan menatap pada Asmara yang terlelap.

Dengan sangat mulus Hamish memasukkan topi serta kaca mata pada saku celana belakang. Alisnya naik tuk menanggapi sang anak.

"Daddy kira kamu di sini. Daddy baru aja masuk, mau langsung keluar cari kamu."

Ammy tak menghiraukan ayahnya. Ia memicing kala mendapati kondisi bibir Asmara berbeda dari biasanya.

"Daddy mau ketemu kamu sebelum Daddy ke Bali satu hari dua malam." Hamish mengusap sisi wajah anaknya dan setengah memaksa agar wajah itu menghadap padanya, tidak pada Asmara.

"Pantesan. Ini baru pukul lima lebih sepuluh." Ammy mengedik.

Hamis mendekat dan menyalipkan rambut sang anak. Ia mengangkat dagu itu dan bertanya apakah anaknya siap untuk berlibur ke Malaysia lusa nanti. Ammy tersenyum manis dan mengangguk semangat. Anaknya memang sangat manis.

"Thank you so much yaa, Daddyy sayang. Hihi. I'm so excited kita liburan." Ammy mendekap sang ayah dengan mana menutup. Sesungguhnya ia haus kasih sayang. Ayahnya selalu sibuk. Itu menjadikan Ammy banyak mencari muka, mencari perhatian dari ayahnya. Ammy selalu ingin menjadi yang paling baik.

"Anytime. Daddy sekarang mau usahain kita sering quality time." Hamish membalas dekapan itu dan memberi belaian lembut.

"Kita better di luar. Kasian dia."

"Daddy ... cantik ya, wali kelas aku ...?" Cetus Ammy tidak jelas ia bertanya atau memberi pernyataan. Ia tersenyum lebar nan manis.

Dua alis tebal pria itu sontak naik. Segera ia mendengus manis tuk menghapus suasana yang sangat canggung baginya.

Tiba-tiba Ammy menarik tangan besar ayahnya dan melangkah cepat keluar dari kamar. Hamish hanya mengikuti anaknya saja. Seperti akan ada bahasan penting dan mendesak.

Ammy dan Hamish berdiri cukup jauh dari pintu kamar Asmara. Keadaan penthouse sangat redup sekali. Ya, ini baru pukul 05:10 pagi hari. Gelagat anaknya yang centil, ragu, dan malu-malu membuat Hamish terkekeh dan mendesak lembut.

"Tidak menutup kemingkinan doong, Daddy menikan. Ya, kaaan?" Ucap Ammy dengan kuku di satu jari telunjuk digigitnya.

"Maksud kamu?" Timpal Hamish tidak memasang wajah marah sama sekali.

"Kalo ibu tiri aku itu Miss Ama, wali kelas aku ... umm ... hihi. Aku ga keberatan." Ammy mencicit dengan semburat merah di pipi.

Ammy mulai salah tingkah dan kepercayaan dirinya menurun. Ia sekarang mengalihkan tatapan mata. Entah, ia merasa situasi sangat canggung sekali.

Asmara PrincessaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang