5. Memerangkap Asmara💣

224 27 4
                                    

**disclaimer!! Harusnya Amarish kelas 1 SMA

Asmara dan Amarish telah tiba di Taiwan sejak 2 jam yang lalu.

Tidak sesuai dugaan, Asmara ditempatkan satu kamar dan diberi kamar paling mahal di hotel ini. Sempat ia melihat di internet, harga semalam kamar yang ia tempati adalah 45jt. Ada ruang tamu dan tiga kamar yang terkoneksi. Pantas saja sangat mahal. Semua serba mewah di sini.

Di atas balkon, Asmara menikmati malam yang dingin. Ia berdiri mencengkeram pagar, dengan kimono tebal membalut tubuh. Ibu kota ini sangat indah sekali. Banyak mobil-mobil puluhan miliar berkeliaran saat ia menuju hotel.

Mengingat beberapa jam lalu, kala di bandara ada 4 ajudan dan 1 asisten pribadi Amarish, Asmara tak lagi harus menduga bagaimana Amarish sangat berlimpahkan harta. Satu kamar yang tersedia di sini untuk asisten pribadi Ammy.

"Kaya raya banget ya, orang-orang. Dikasih fasilitas kamar lima juta semalem dari sekolah, bisa-bisanya pesen yang hampir lima puluh juta. Buat semalem doang!" Gumam Asmara mengikat rambut dengan jedai plastik. Ia mendaratkan bokong pada ayunan serba bulu.

"Lima hari, lho, kita di sini. Ck ck! The real sultan." Asmara menggeleng.

Bukan hanya Amarish saja yang seperti ini, tapi para murid yang mengikuti lomba yang rata-rata diantar kedua orangtua memilih menyewa hotel lain yang lebih mewah.

Tok tok tok!

Asmara membuka pintu kamar tanpa penasaran itu siapa. Itu pasti Amarish.

"Hei! Masuk, sayang. Kamu kenapa belum tidur? Masih bete, ya, sama miss?" Sambut Amarish menarik lengan Ammy dengan lembut. Ia rangkul gadis itu dengan hangat.

Ammy memasang wajah lesu. Namun, ia tak menolak kala diberi dekapan.

"Miss mau ga bobo bareng sama aku?"

"BTW, aku tim lampu nyala," Lanjut Amarish sedikit salah tingkah. Secara tidak langsung ia ingin Asmara mengikutinya.

Asmara terkekeh gemas. Ia jelaskan kalau dirinya bebas tidur dengan lampu menyala ataupun tidak. Dirinya ini PELOR, singkatan dari Nempel Molor. Sontak mereka tertawa.

Ammy bergegas duduk di atas ranjang setelah dipersilahkan. Ia memeluk guling tanpa dipersilahkan.

"Aku bawa sesuatu di pantat." Amarish sangat centil dan ceria.

"Haha? Apa? Bau dong kena kentut." Asmara tersenyum manis sekali.

"Tadaa! Boneka kentut!" Kejut Ammy mengangkat boneka berbentuk piring bersama telur mata sapi.

Asmara sontak duduk sila di atas ranjang, menghadap pada remaja cantik berambut sedagu.

Amarish tersenyum bangga menyaksikan bonekanya ditelisik. Ia jelaskan kalau boneka itu telah ada sejak ia berusia 5 tahun. Asisten pribadinya bersama para ajudan datang kemari menggunakan jet pribadi sang ayah hanya demi menyerahkan boneka ini.

"Papah kamu punya jet? Keren banget! Miss motor aja ga punya." Asamara sangat antusias bicara. Ia mainkan boneka pipih milih Amarish.

"Tapi bonekanya bersih banget yaa. Kayak bukan udah sepuluh tahun."

"Kok sepuluh? My age aja baru tiga belas." Amarish mengoreksi.

Asmara memekik dengan mata melotot lebar. Ia mendesak bahwa benarkah usia Amarish baru 13 tahun? Remaja itu mengangguk.

"No no no! Aren't you ... kamu SMA kelas satu? Miss ga percaya ah." Asmara benar-benar tak percaya. Ia sampai merapatkan tubuh hingga lutut mereka saling beradu.

Asmara PrincessaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang