3. Bertemu Hamish?

181 20 2
                                    

**disclaimer!! Harusnya Amarish kelas 1 SMA

Ini sudah pukul 17.30 dan Asmara masih di sekolah. Ia merasa senang berada di sini bersama murid-murid yang aktif dan berprestasi. Tak jarang ia ikut masuk konten video joget murid-murid dari berbagai kelas. Hanya joget biasa, untuk seru-seruan. Asmara tahu batas.

Di salah satu bagian lapang dekat tiang bendera, Asmara menerima notifikasi bahwa makanannya yang ia pesan secara online telah tiba. Ia membeli susu segar asli dengan seluruhnya rasa pandan. Ia membeli sebanyak 25 cup yang akan ia beri pada para murid.

"Yeay! Minuman gratis dateeng! Haha!" teriak para remaja berlari sekaligus membantu Asmara.

"Hahaha. Bisa aja!"

"Bu Ama, nanti saya bayar setengahnya yaa. Masa bu Ama beli segitu banyak pake uang sendiri." Guru muda dengan setelan islami menghampiri Asmara yang baru saja tiba dengan dua kresek besar di tangan.

"Ga papaa! Emang saya yang mau beliin kok."

"Ini udah dikasih nama ya semua. Harusnya semua kebagian satu-satu." Asma mengomando para murid. Sebagian dari mereka hanya memakai tank-top dan laki-laki memakai kaos oblong tanpa lengan.

Asmara mengangguk mengiyakan ucapan terima kasih dari para murid. Tak lupa ia sisihkan 6 cup. 3 untuk Cleaning Service dan 3 untuk murid lain, termasuk Amarish.

Di dalam kelas dengan arsitektur serba futuirstik dan bergaya robot, Amarish sangat fokus duduk menghadap layar komputer besar dengan bahasa pemrograman tingkat atas. Sementara itu dua teman regunya sedang merakit robot kecil.

Amarish bertanya pada temannya yang ada di dekat White board bersama obeng, kabel jumper, dan banyak alat-alat teknisi lainnya apakah robotnya sudah selesai dirakit, ternyata tidak.

"The code must be right." Amarish berjingkat, namun masih fokus mengetik.

"Sini, i take over." Ia menawarkan diri.

"Susah banget cok!"

Amarish tertawa singkat mendengar umpatan teman prianya.

Gadis cantik itu mengikat rambutnya menjadi dua bagian di sisi kanan kiri. Rambutnya kurang panjang jika ingin dijadikan satu ikatan yang tinggi.

"You ngoding, and i benerin ini." Amarish duduk sila menghadap robot setinggi satu meter.

"Oke, boss."

"Lu sekarang mendingan cari wadah obeng deh." Amarish bicara pada teman regunya yang merupakan gadis berkerudung panjang.

"Okeee!"

Asmara bertegur sapa tanpa suara dengan guru pembimbing lomba Amarish yang sedang berdiam di koridor. Guru pembimbing itu berwajah Chineese dengan rok pink yang cerah dan cukup pendek.

Di tangan Asmara ada 4 cup susu segar. Ia berikan pada guru itu, lalu izin memasuki kelas.

"Hallo, guys!" sambut Asmara sangat hangat. Ia angkat 3 cup itu sesaat sebagai godaan.

Amarish yang fokus dengan kabel jumper yang bermacam warna di perut robotnya hanya sempat menatap sesaat, lalu kembali fokus.

"Guys! Istirahat dulu. Nanti otak kalian meledak. Hahaha," ucap pembimbing Amarish tertawa bersama Asmara. Sontak dua teman Amarish berjingkrak bahagia.

"Miss Rachel ada-ada aja."

Rachel mengingatkan anak didiknya agar berterima kasih pada Asmara yang sudah memberikan susu segar gratis. Sementara itu, Amarish tidak berkutik, hanya fokus pada kabel-kabel dan obeng.

"Makasih, miss! Miss Rachel juga!"

"Your welcome, honey!" timpal Asmara duduk di kursi depan komputer di mana Amarish duduk sebelumnya. Satu matanya mengedip menggoda.

Asmara PrincessaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang