"Part : "18"🧹Kemenangan Pertama Harry🔮

24 9 0
                                    


By Lee Zian Yuu

Kemenangan Pertama Harry

Warning:

Cerita ini masih dalam tahap pengembangan, jadi mungkin ada beberapa bagian yang kurang sempurna.  Jika kamu menemukan kesalahan atau bagian yang kurang menarik, jangan sungkan untuk memberi tahu aku!  Kritik dan saranmu sangat berarti untukku.

Terima kasih sudah membaca, dan semoga kamu menikmati cerita ini!  I love you semuanya! 💖

🍅🍅🍅🍅
🍅 Yuu 🍅
🍅🍅🍅🍅


Melihat kondisi itu, Harry Potter hanya menghela napas, namun tatapannya sedikit menedihkan.  Ia tidak suka saat Draco Malfoy melihat Name.

"Apa yang akan kau pikirkan tentang dia?" ucap Draco kepada Harry.

"Dia? ," kata Harry dengan tatapan tajam.

"Name adalah temanku," Ucap Harry. "Apa yang akan kau lakukan pada Name? Menjauhlah dari dia, menjauh!"

"Mengapa? Dia anak yang lumayan," kata Draco.

"Lumayan katamu?" Harry menatap Draco dengan tajam. "Jangan pernah menyentuh temanku, Malfoy!"

"Cobalah kita lihat seberapa besar kemampuanmu," kata Draco sembari bergerak lebih leluasa dengan sapu terbangnya di udara.

Mereka lalu saling memandang. Bersamaan dengan bunyi terompet, pertandingan sapu terbang dimulai.

Di sudut pandang itu, Name hanya memandang pertandingan yang akan dimulai. Namun tiba-tiba, matanya menangkap Ron dan Hermione melambaikan tangan dari area tempat duduk yang berbeda.  Name membalas lambaian tangan mereka, lalu duduk tenang, hendak setidaknya name telah menyelesaikan janjinya kepada Harry Potter untuk datang ke pertandingan kali ini.

STEEK!!!

"Eh,"

Profesor Snape tiba-tiba menyodorkan bungkusan kacang polong dengan wajah sangat dingin, membuat Name terkejut.

"Wow, baunya harum sekali!" ucap Name, menatap kacang polong itu dengan kikuk.

"Mengapa kau tidak terlalu bersemangat? Aku memberikannya tanpa masalah," kata Profesor Snape kepada Name.

"Tidak, aku hanya tidak menyangka Anda begitu baik," kata Name sembari tersenyum dan mengambil beberapa kacang polong dari bungkusan itu, sambil mengucapkan terima kasih.  Awalnya ia terlihat cemas dengan kondisi sebelumnya, namun kini ia sedikit lebih menikmati pertandingan.

"Apa aku terlihat begitu tidak nyaman di matamu?" ucap sang Profesor, melirik Name.  Namun tanggapan itu justru membuat Name tertawa kecil. Dia nampak terlihat tidak takut dengan hawa intimidasi yang selama ini sang Profesor "Killer" berikan kepada setiap murid.

"Ini sedikit membuka mataku," kata Name sembari terus memandang pertandingan.

"Apa itu?" tanya sang Profesor, datar, juga memandang pertandingan.

"Menurutku, kita tidak bisa melihat seseorang dari cover-nya saja, dan menganggap perilaku seseorang itu selalu sama. Semua orang memiliki sisi baiknya dari sudut pandang hatinya sendiri," kata Name.

Mereka kembali terdiam, suara ricuh terus terdengar dari berbagai bangku penonton. Tapi mereka berdua makan dengan santai tanpa ada lagi percakapan dalam beberapa menit, sampai sebuah suara terdengar dari sang Profesor.

"Untuk anak sekecil dirimu, kau punya penilaian yang berbeda," kata dia. "Seandainya kau masuk Slytherin, mungkin aku merasa kau akan menjadi murid kesayanganku yang baik."

Mendengar hal itu, Name hanya menghela napas dan menggeleng lembut.  "Sayangnya, aku telah memilih asrama Gryffindor sampai lulus. Tapi aku tidak keberatan menjadi murid yang kau ajarkan, Profesor," kata Name.

DUAHK!!!

Sebelum suara ricuh kembali terdengar dari seruan penonton, Name memperhatikan Draco Malfoy dan Harry Potter yang sedang terbang dengan sengit di udara, berusaha menangkap Quaffle untuk tim masing-masing.

*Ada yang jatuhhh*

Tiba-tiba, para siswa yang sedang bertanding terbang dengan sangat sengit hingga saling berbenturan di udara. Beberapa pemain jatuh dari sapu terbang mereka.  Untungnya, tempat jatuhnya tidak jauh dari tempat Name duduk. Refleks, beberapa Profesor yang ditugaskan sebagai tim medis—yang sudah bersiaga di kursi penonton dan area pertandingan—segera menghampiri para pemain yang jatuh atau cedera.  Hal seperti ini sudah biasa terjadi dalam pertandingan Quidditch.

Kondisi pertandingan semakin sengit dan ketat. Gol-gol indah telah tercipta, baik dari Gryffindor maupun Slytherin. Draco dan Harry masih berusaha memperebutkan Quaffle untuk memenangkan pertandingan.  "Pertandingan yang sangat ketat," pikir Name, berharap Harry tidak terluka.  Namun tiba-tiba, setelah Harry dan Draco bertarung sengit di udara, sapu terbang Harry bergerak aneh, seperti tidak bisa dikendalikan. Semua orang tampak bingung, namun belum ada yang bertindak.

Name, yang menduga penyebabnya, melirik Profesor Snape. Ia terkejut melihat sang Profesor melantunkan mantra aneh tanpa suara. Name tahu ini ulah Profesor Snape; ia ingin menggagalkan niat Profesor Snape untuk mencelakai Harry yang masih berada di udara, tetapi Name tidak boleh ikut campur.  Kebingungan melanda Name.  Ia hampir kehilangan ketenangan dan hampir secara diam-diam mengeluarkan aura sihirnya, sebelum akhirnya berhenti.  Saat itu, Name melihat siluet Hermione yang sedang mengendap-endap di belakang tempat duduk Profesor Snape.  Sekilas, mata Hermione dan Name bertemu. Hermione, yang merasa ketahuan, membeku sesaat, begitu pula Name. Namun dengan cepat, Hermione mengarahkan tongkatnya ke jubah Profesor Snape dan mengeluarkan mantra api kecil yang membakar sebagian jubah Profesor Snape yang berada di samping Name.

Kejadian itu sangat cepat. Setengah jubah Profesor Snape terbakar, menimbulkan sedikit kepanikan di bangku penonton.  Tindakan Hermione menghentikan mantra Profesor Snape. Harry, yang terlihat normal kembali, mencoba mengejar ketinggalan dari Draco yang sedang memperebutkan Golden Snitch.  Kembali ke bangku penonton, Name dengan cepat mengeluarkan tongkatnya dan tanpa suara, melantunkan mantra pembekuan yang mengubah bagian jubah Profesor Snape yang terbakar menjadi balok es.  Namun, karena terburu-buru, mantra Name membuat sisa kain jubah Profesor Snape terikat erat di kursi.  Beberapa penonton berkerumun untuk membantu Profesor Snape, dan beberapa guru datang karena insiden tersebut.  Hermione, yang tadinya bersembunyi, berhasil kabur. Profesor Snape menatap Name dengan sengit, tetapi untungnya tidak ada korban jiwa, hanya jubahnya yang kini keras seperti papan kayu.

Dalam situasi yang ramai itu, Name tidak bisa kabur karena dikelilingi oleh para guru dan penonton.  Dalam hati, Name lega karena pertandingan kembali normal dan Harry bisa meneruskan pertandingan, terbang di udara dan kembali mengejar Golden Snitch tanpa masalah pada sapu terbangnya.  Namun, masalah baru muncul.

"Bukannya itu sihir pembekuan yang dipelajari anak tingkat 3?" celetuk salah satu siswa tingkat 3, melirik ke arah Name. "Bagaimana mungkin anak tingkat 1 yang baru masuk bisa menggunakan sihir pembekuan?"

Name merasa canggung mendengarnya.  Tak lama kemudian, Kepala Sekolah dan beberapa guru utama datang untuk melihat situasi tersebut.

"Sepertinya ada yang salah dengan jubahmu, Profesor Snape," kata Profesor kepala.

"Apakah kalian semua tidak apa-apa?"  Profesor Dumbledore, yang sudah berada di sana untuk mengecek kondisi semua orang yang awalnya terfokus pada Name dan Profesor Snape, kini memandang Profesor Snape dengan tenang.

Profesor Snape menjawab dengan datar, "Sepertinya ada yang salah." Kata Snape.

Pandangan Profesor Dumbledore kemudian tertuju pada Name dengan lembut.  "Kau baik-baik saja, Nona Name?" tanyanya.

Name, yang sedikit canggung, hanya mengangguk.  Bersamaan dengan itu, Hermione dan Ron datang dari arah lain untuk memeriksa kondisi Name.

"Apakah dalam kisah aslinya Profesor Dumbledore akan datang untuk memeriksa siswa atau siswi dalam insiden ini? Seingatku dalam buku maupun cerita aslinya beliau tidak sampai harus turun untuk memeriksa kondisi seseorang hanya karena jubah sang Profesor terbakar," pikir Name dalam hati.  Sembari memikirkan itu, Name langsung mendapat pelukan erat dari Hermione yang kelihatan khawatir.

"Name, kau baik-baik saja?" Hermione langsung memeluknya dengan erat, membuat Name terkejut dan hanya bisa mengangguk cepat, pasrah menerima pelukan itu.  Tiba-tiba, Hermione berbisik tanpa sepengetahuan orang sekitarnya, "Maaf."  Menyadari hal itu, Name hanya menghelah napas dan mengangguk, seolah mengerti.  Sampai akhirnya, Ron berseru tepat di telinga mereka berdua.

"Hei, lihat! Harry berhasil mendapatkan Golden Snitch!"  Mereka melihat Harry yang jatuh tersungkur setelah menangkap Golden Snitch dengan mulutnya—hampir saja ditelannya.

Dan sebuah seruan yang sangat menggelegar terdengar saat host mengumumkan kemenangan Gryffindor dan berakhirnya pertandingan.  Semua teriakan sorak-sorai memenuhi arena. Semua orang tampak bahagia, kecuali Draco yang kesal karena jatuh dan gagal mengalahkan Harry, sehingga harus dibawa ke ruang kesehatan.

Bersambung..
Kamis_21_November_2024

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 5 days ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Gadis Pengelana Buku (Kamu dan Harry Potter) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang