"Apa ada yang ingin Anda mau dariku?" tanyaku dengan wajah dingin, tapi sedikit tidak nyaman.
Profesor Snape, seorang guru yang terkenal dengan karakter killer dan karismatiknya, telah memandangiku dengan tatapan yang meneliti sepanjang kami berada di perpustakaan. Meskipun banyak siswa dan siswi yang masuk dan keluar dari perpustakaan, dia terus melihatku dari sudut meja yang lain. Hal ini membuatku merasa risih, seolah-olah dia memiliki tujuan yang spesifik saat memandangiku. Aku ingin berpikir bahwa dia hanya berpikir lurus ke depan, tetapi aku merasa 100% yakin bahwa dia melihatku.
Seketika suaraku yang lumayan keras terdengar sampai ke mejanya, membuat Profesor Snape langsung bangkit dari kursinya dan mendekatiku.
"Sepertinya kau memiliki pengamatan yang bagus, Nona Istar," katanya dengan wajah datar.
Saat aku berkata-kata, tatapan mataku terus memperhatikan setiap gerakannya. Seolah-olah aku ingin tahu tujuan sebenarnya dia berkata-kata padaku.
"Apa yang bisa saya bantu untukmu?" tanyaku dengan hati-hati.
"Ada sesuatu yang ingin saya bicarakan denganmu."Katanya datar.
Name merasa curiga dengan panggilan tiba-tiba dari Profesor Snape, namun tetap mengikuti sang profesor keluar dari perpustakaan. Mereka berjalan melewati lorong-lorong gelap menuju sebuah ruangan yang tersembunyi di dalam Hogwarts.
Saat mereka tiba di ruangan tersebut, Name merasa atmosfer yang tegang dan misterius. Profesor Snape menatapnya dengan tatapan yang dalam dan akhirnya berbicara.
Setelah Profesor Snape mengajak Name masuk ke ruangannya, suasana ruangan terasa hening dan misterius. Mereka duduk di meja kecil yang dihiasi oleh lilin-lilin temaram, sambil memegang cangkir teh pekat buatan Profesor Snape.
'Rasa Tehnya sangat pekat meski begitu teh bukan Racun hanya teh herbal kualitas bagus'
Dengan datar Name meminum pelan sebelum sorot mata yang tajam, Profesor Snape mulai mengajukan pertanyaan kepadanya tentang kejadian di malam saat troll menyerang kamar mandi putri. "Nona Istar, saya perlu mendengar keterangan lengkap darimu tentang apa yang terjadi pada malam itu. Setiap detail kecil bisa menjadi kunci, "ujar Profesor Snape dengan suara yang tenang namun penuh tekanan.
Name merasa tegang namun tetap tenang. Dia menyampaikan secara detail tentang apa yang dia alami dan saksikan pada malam saat troll menyerang, mencoba memberikan informasi yang seakurat mungkin kepada Profesor Snape.
Dalam cerita Harry Potter, troll bisa masuk ke kamar mandi di mana Hermione berada karena troll tersebut sengaja dilepaskan ke Hogwarts oleh Quirinus Quirrell yang pada saat itu tengah dikendalikan oleh Lord Voldemort. Troll tersebut merupakan bagian dari rencana jahat untuk mencuri Batu Pekikir milik Nicolas Flamel yang tersembunyi di dalam Hogwarts.
Name menjelaskan sebanyak yang dia bisa tanpa merusak jalan cerita. Dia tetap rahasiakan alasan keberadaannya, pengetahuannya tentang dunia buku, dan mengapa troll berada di sana. Sebagai penyihir pengelana buku, Name menjaga integritas alur cerita dengan bijaksana.
Dengan kebijaksanaan, Name menjelaskan sebagian informasi tanpa melanggar tugasnya. Dia memilih untuk tidak membuka rahasia yang dapat mengganggu alur cerita. Sebagai penyihir pengelana buku, Name tetap setia pada misinya dengan penuh rasa hormat dan kebijaksanaan.
Setelah itu :
"Oh, jadi cuma itu yang kau ketahui, kau tidak sengaja pergi ke tempat itu juga, Nona Istar," kata Profesor Snape. Name hanya mengangguk sebagai jawabannya. Akhirnya, Name diizinkan untuk meninggalkan ruangan sang profesor.
Dengan hati lega, Name melangkah keluar dari ruangan Profesor Snape.
BRAK!!!
.
.
.Name POV
Setelah meninggalkan ruangan, aku terkejut bukan main saat melihat sosok Draco Malfoy di depan ruangan Profesor Snape. Dia masih terlihat kelelahan dengan pakaian set dan sapu terbang miliknya. Sepertinya Harry juga sudah selesai latihan.
"Aku terkejut kalau bisa ada di sini," kataku.
"Itu sangat wajar dikarenakan aku anak Gryffindor. Profesor Snape memintaku untuk bicara sebentar dengannya di ruangannya," jawabku datar.
Namun sebelum dia berkomentar, teriakan seseorang terdengar dari arah luar. Aku dan Draco pun refleks keluar lorong.
Aku melihat salah satu anak Slytherin nyaris jatuh, namun masih berpegangan pada sebuah pegangan pagar yang lumayan rendah. Itu berada di lantai 2.
Semua siswa kelas 1 nampak mulai berkerumun. Mereka terkejut dan berbondong-bondong mendekati area bawahnya dengan mencoba menyelamatkannya. Namun timing mereka terlalu jauh. Beberapa orang memanggil kakak kelas, namun tak ada orang yang berani untuk menyelamatkan gadis itu.
"Terlalu lama," ucapku sebelum para kakak kelas datang dan anak itu keburu jatuh.
Aku dengan refleks langsung merebut sapu terbang milik Draco Malfoy. Dia sedikit terkejut.
"Hey... Itu sapuku," protesnya.
"Pinjam sebentar," ucapku datar sebelum aku sedikit berlari menuju arah kerumunan sembari membawa sapu terbang milik Draco.
Normal pov
Name berlari secepat kilat, lalu lompat dan mode sapu terbang di udara milik Draco terasa ringan di tangannya. Dia melirik, gadis Slytherin itu masih berpegangan erat pada pagar, wajahnya pucat pasi. Para siswa lainnya sudah mulai panik, beberapa bahkan menangis.
"Minggir!" teriak Name terbang rendah, menerobos kerumunan siswa yang sedang berdesakan di sekitar. Dia mengarahkan sapu terbangnya ke arah pagar, lalu dengan gerakan cepat, sudah mulai hampir dekat dengan gadis itu.
"Pegang erat!" seru Name, mengulurkan tangannya ke arah gadis Slytherin.
Gadis itu menatap Name dengan mata terbelalak, ketakutan. "Aku... aku takut," lirihnya.
"Tenang, aku akan menjagamu," jawab Name, berusaha menenangkannya.
Name menarik tangan gadis itu, lalu dengan hati-hati, membantunya naik ke atas sapu terbang. Dia memeluk erat gadis itu, berusaha menenangkannya.
"Pegang erat, jangan lepas," bisik Name.
Dengan hati-hati, Name menerbangkan sapu terbang itu menjauh dari pagar. Dia membawa gadis itu ke tempat yang aman, kearah siswa yang masih panik.
"Kau baik-baik saja?" tanya Name, memeriksa kondisi gadis itu.
"Iya, " tiba-tiba beberapa kakak kelas datang bersama para profesor dan lalu mengerumuni sang gadis yang hampir jatuh bersama anak-anak lain yang menanyainya atas kondisinya melihat hal itu aku memutuskan untuk menjauh dan Kembali menuju Draco Malfoy yang terdiam dalam terkejut.
Name, lalu berjalan mendekati Malfoy yang sedang berdiri di pinggir kerumunan, wajahnya masih terlihat sulit diartikan.
"Terima kasih," kata Name, mengembalikan sapu terbang milik Draco.
"Kau gila!" seru Malfoy, menatap Name dengan mata melotot. "Kau bisa saja jatuh!"
"Aku tidak akan membiarkannya terjadi," jawab Name, tersenyum tipis. "Lagipula, ini darurat."Malfoy terdiam, menatap Name dengan tatapan yang sulit diartikan.
"Kau beruntung," kata Malfoy, akhirnya. "Aku tidak akan memaafkanmu jika kau terluka."Ucapnya membuang muka terlihat sedikit semburan merah pada pemuda itu.
"Eh?, "
.
.
.
Bersambung
Kamis 22 Agustus 2024
KAMU SEDANG MEMBACA
Gadis Pengelana Buku (Kamu dan Harry Potter)
FanficJika kamu adalah seorang penyihir yang bisa memasuki mimpi dan dunia cerita kau akan kemana? Ini kisahmu dan kupersembahkan untukmu wahai pembaca potterhead. Kamu adalah seorang penyihir mimpi sekaligus penyihir yang mendedikasikan hidupmu menjadi...