04] Jeevika Menang

25 3 4
                                    

Jeevika masih melangkahkan kakinya kesana kemari. Matanya pun masih melirik kesana kemari. Sudah berbagai tempat ia telusuri. Ruang musik, UKS, lapangan, kantin, kelas mereka, bahkan kelas sebelah. Namun nihil. Batang hidung keduanya pun tidak tampak.

Ide gila mampir di kepalanya.

"Toilet?" dirinya bergumam, namun dengan segera menggelengkan kepalanya. Berusaha mengusir pikiran gila itu. Namun dirinya terlalu pasrah, dan akhirnya kaki itu melangkah ke toilet.

Toilet wanita.

Selama perjalanan menuju tempat tersebut, hatinya berkali-kali meminta maaf pada Skayana juga Wistara. Skaya, Wistara, maafin gue... dirinya membatin.

Dirinya belum sampai ke tempat tujuan, namun ponselnya bergetar. Memang dasarnya Jeevika, sosok yang begitu cinta dengan ponselnya, tak mungkin dirinya mengabaikan notif yang masuk.

Itu Galen. Notifnya menarik perhatian Jeevika.

POV Jeevika

(ignore timestamps)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

(ignore timestamps)

Jeevika tersenyum sumringah. Sangat bersyukur bahwa pikiran gilanya tidak terjadi. "Thanks, Galen!" dirinya memekik riang sebelum akhirnya memutar badan dan mulai melangkah menuju perpustakaan.

Setelah perjalanan yang untungnya tidak jauh, ia pun dapat melihat perpustakaan dengan dua sosok manusia yang ada di teras perpustakaan. "Hadeh... Bocah! Gue nyari kesana kemari, taunya lagi berduaan depan perpus. Orang tuh ya, ke perpus buat baca buku. Bukan buat ngebucin," Jeevika menggerutu.

Dirinya enggan mendekat, namun apa daya. Mau tidak mau, kan? "Skayana!" panggil Jeevika pada akhirnya.

Untung yang dipanggil menoleh. "Jeevika!" Skayana membalas.

Jeevika dengan senyumnya yang masih terpatri, berjalan santai menghampiri keduanya. Melihat Skayana yang juga membalasnya dengan senyum. Beda cerita dengan Wistara yang justru memasang muka masam.

Sorry ya Wis, gua harus ganggu waktu kalian Jeevika membatin.

"Skay, rumahku kosong malem ini. Boleh aku nginep di rumah kamu?" Jeevika dengan hati-hati bertanya. Memang sudah biasa dengan dirinya yang kerap kali menginap di rumah Skayana dengan alasan yang selalu sama. Skayana pun sudah maklum.

Namun, sebelum menghampiri keduanya, samar-samar Jeevika mendengar percakapan kedua temannya yang berisikan bahwa Wistara ingin mengajak Skayana pergi sore ini. Makanya Jeevika harap harap cemas dengan jawaban Skayana kali ini.

"Oh? Boleh, kok!" dengan santainya Skayana mengizinkan, yang justru mengundang terkejutnya Jeevika juga Wistara. "Kenapa?" Skayana bertanya saat sadar kedua temannya membeku terkejut.

Dengan segera keduanya menggeleng. "Enggak kok. Ya udah, mau pulang sekarang, gak?" Jeevika lebih dulu mengalihkan pembicaraan. Mengajak Skayana pulang karena memang sudah jam pulang.

"Yuk!" Skayana balas menjawab. Lantas beranjak dari duduknya di samping Wistara. Berganti tempat menjadi berdiri di samping Jeevika.

Sesaat Skayana menghadap ke arah Wistara terlebih dahulu. "Sorry ya, Wis. Besok-besok aja mainnya," dengan nada menyesal Skayana berujar. Mengundang tatapan plongo dari Wistara.

"Oh, iya. Santai aja. Take care," Wistara berusaha tetap santai, meski nyatanya kecewa. Ia memberi gestur tangan melambai seakan mengusir kedua gadis itu untuk segera hinggap ke rumah Skayana.

Kedua gadis itu pun menurut saja. Membalikkan badan dan mulai melangkah ditemani perbincangan santai dan haha hihi yang tak lupa bergabung.

Belum hilang keduanya dari pandangan Wistara. Matanya menangkap Jeevika yang perlahan membuka ponselnya sembari telinganya masih setia mendengarkan tuturan Skayana. Tak lama, terlihat seperti Jeevika mengetik pesan pada seseorang. Lalu kembali menyimpan ponselnya dengan aman di saku.

Wistara tidak memusingkan siapa yang Jeevika kirimi pesan. Justru Skayana lah yang ia perhatikan. Bahkan sejak Skayana beranjak dari sampingnya, ia tetap memperhatikan Skayana. Dasar bucin, kalau kata
Nakula.

Dirinya tak sadar bahwa ponselnya bergetar, tiga kali. Tanda ada pesan masuk dari seseorang. Ia baru membuka ponselnya setelah Skayana hilang dari pandangannya. Alisnya naik sebelah kala melihat dari notif.

Jeevika mengirim pesan.

POV Wistara

(ignore timestamps)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

(ignore timestamps)

Wistara menyerngit heran membaca pesan yang Jeevika kirim. Memang Skayana barang, bisa dipinjam?

Yah, meskipun tak dapat dibantah jika dikatakan bahwa Wistara kecewa karena Skayana lebih memilih pulang bersama Jeevika dari pada bermain dengannya.

Jujur saja, sedikit banyaknya Wistara merasa iri dengan Jeevika yang dapat dengan mudah bersama Skayana. Tanpa perlu disertai kalimat jail dari teman-temannya, seperti 'cie ciee' atau hal lain semacam itu. Tanpa perlu juga mendapat tatapan aneh dari orang-orang yang selalu mengatakan bahwa perempuan dan laki-laki tidak bisa bersahabat tanpa rasa lebih.

Hey, apakah ini kompetisi? Kompetisi untuk memenangkan hati Skayana? Kompetisi untuk menghabiskan waktu lebih banyak dengan Skayana? Kompetisi siapa yang lebih baik bersama Skayana?

Kalau iya, berarti saat ini Jeevika menang. Hitung saja, 1:1. Jeevika 1 karena hari ini Skayana memilih pulang dengannya. Lalu Wistara 1 karena kemarin Skayana memilih bermain game bersama Wistara sampai melupakan Jeevika.

Tunggu. Sebenarnya apa yang Wistara pikirkan? Kompetisi? Untuk mendapatkan Skayana? Mendapatkan Skayana sebagai apa? Teman? Sahabat? Atau, lebih?

Continued

Fyi: Stiker wa yang Jeevika kirim ke Wistara tuh kayak inside joke wibu. (Iya di sini ceritanya wibu semua)

Nama karakter itu tuh Akaashi. Karena depannya M + Akaashi jadi Makaashi (makasih)

gitu deh.

Dilema | JangkkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang