06] Janji Skayana ke Wistara

12 2 3
                                    

Skayana sudah siap dengan setelan kasualnya yang bernuansa merah muda dan putih di bagian cardigan-nya. Tak lupa rambutnya yang ia sisir serapi mungkin. Hanya tinggal menunggu kedatangan yang ditunggu.

Ternyata yang ditunggu mengirimnya pesan terlebih dahulu.

POV Skayana

(ignore timestamps)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

(ignore timestamps)

Pertukaran pesan itu terjadi dengan singkat namun berisi pesan yang bermakna. Setidaknya untuk Skayana, karena yang penting Skayana sudah tahu bahwa Wistara sudah siap meluncur.

Skayana berada di rumahnya menunggu kedatangan Wistara yang akan menjemputnya. Keduanya akan pergi bersama. Tidak ada tujuan, hanya berjalan-jalan.

Wistara adalah satu yang meminta agar keduanya menghabiskan waktu untuk berjalan-jalan bersama. Skayana sebagai sahabat yang baik hanya bisa menurutinya. Sudah berjanji pula dirinya pada Wistara, bahwa akan menerima ajakan jalan-jalannya.

Kemarin Skayana menolak ajakan Wistara karena harus pulang bersama Jeevika. Maka di weekend ini akan ia habiskan waktunya dengan Wistara.

"Permisi, paket!" suara tukang paket terdengar nyaring di luar. Skayana hanya mendengus mendengar suaranya. Meski dirinya maniak belanja online, tapi sekarang ia tidak sedang menunggu paket apapun.

Satu yang ia tunggu adalah Wistara.

Dengan santai langkahnya ia bawa keluar rumah. Ingin bertemu tukang paket tersebut. Segera senyumnya terpatri kala melihat sosok lelaki yang berada di motornya.

"Ngapain cosplay jadi tukang paket segala, sih?" Skayana terkekeh geli setelah bertanya pada si tukang paket.

Kalau dugaan kalian berkata bahwa tukang paket tersebut adalah Wistara, ya memang benar. Kalau dibilang Wistara berpura-pura menjadi tukang paket, tidak juga. Karena memang dirinya membawa paket untuk Skayana.

"Aku bawa paket buat kamu," ujar Wistara dengan percaya dirinya. Sementara Skayana memasang wajah penuh tanya. Seingatnya ia tidak meminta apapun pada Wistara.

"Aku," dengan gamblangnya Wistara berujar sembari menunjuk dirinya sendiri. "Aku paketnya. Kamu nungguin aku kayak nungguin paket, kan?" setelahnya tawa Wistara membuncah karena perkataannya sendiri. Ditambah wajah merengut Skayana yang tampak lucu.

Lucu di sini konteksnya lawak atau menggemaskan, ya? Entahlah, hanya Wistara yang tahu. Karena yang lain tempe. (Jokes-nya Jeevika)

"Yuk?" Wistara menghentikan tawanya dan segera mengajak Skayana pergi. Skayana dengan senyumnya mengangguk mantap. Sudah cukup kesalnya dengan Wistara. Saatnya healing mencari udara segar dan mencari ice cream segar di luar sana.

Segera keduanya meluncur dari rumah Skayana. Tidak perlu berpamitan pada siapapun karena Skayana sedang sendiri. Maka dari itu dirinya menerima ajakan Wistara-karena bosan sendirian di rumah.

"Mau ke mana, sih?" Skayana dengan suaranya yang sedikit melengking bertanya pada Wistara yang sedang fokus mengendarai motor.

"Ga tau. Maunya ke mana?" justru Wistara balik bertanya dengan suara yang juga melengking. Angin mengalahkan suara keduanya, jadi memang harus buat suara melengking.

Skayana malah tertawa mendengar jawaban Wistara. Tidak dirinya, Tidak Wistara, kalau jalan-jalan tidak pernah punya tujuan pasti. Mengikuti arus saja bagaimana membawa keduanya.

"Lawson?" Skayana memberi saran. (bukan sponsor)

Beberapa detik tidak mendapat jawaban dari Wistara. Sedangkan Skayana masih menunggu jawabannya. Bahkan hingga lewat beberapa menit pun Wistara belum menjawab. Dia tidak mendengar atau bagaimana?

Tak lama motor itu berhenti di pinggiran jalan. Skayana tentu heran dengan terhentinya motor tersebut. "Turun," dengan santai Wistara berujar. Menepuk pelan lutut kanan Skayana. Kalau sudah begini Skayana menurut saja.

Skayana turun sementara Wistara masih bertengger di motornya. Skayana masih dengan tatapan polosnya menatap Wistara. Bertanya apa yang harus ia lakukan, dan Wistara justru memintanya balik badan.

"Oh, haha. Bilang dong," Skayana malah terkekeh setelah membalikkan badannya. Jelas terlihat gedung ruko dengan palang bertuliskan Lawson.

"Aku emang pengen ke Lawson seandainya kamu bilang terserah, tapi ternyata jawab Lawson juga," alasan Wistara tidak membalas saran Skayana, ya karena itu.

Skayana terkikik sesaat. "Emang sehati ya kita," dengan gamblangnya ia berujar. Tidak tahu saja hati Wistara sedang jedag jedug.

Mengabaikan apa yang terjadi pada Wistara, Skayana dengan santainya masuk ke dalam ruko tersebut. Meninggalkan Wistara yang memasang senyum merekah.

Banyaknya Wistara senang karena Skayana menepati janjinya. Mereka akan menghabiskan waktu berdua tanpa si bawel Jeevika.

Ah, kalau Jeevika dengar ini, dia bisa badmood.

Continued

Dilema | JangkkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang