08] Penuh tanda tanya

10 3 1
                                    

Perbuatan Jeevika sedari kemarin terus mengusik Wistara. Sudah dua kali Jeevika menghampirinya dengan sengaja untuk menanyakan hal yang sama. Di luar itu Jeevika juga kerap menanyainya kala tak sengaja berjumpa. Bahkan tak ada angin tak ada hujan, notif pesan dari Jeevika yang bertanya juga terkadang muncul.

Risih sebenarnya Wistara dengan hal itu. Namun sedikitnya (catat, sedikitnya) Wistara senang. Sebut saja salah tingkah. Meskipun Wistara tidak akan mengakuinya.

"Kak," suara gadis kecil sampai pada pendengaran Wistara yang masih asik melamun. Panggilan itu menarik atensi Wistara untuk menoleh pada asal suara.

"Ada telpon," gadis kecil itu berujar sembari menunjukkan ponsel Wistara. Tertera nama kontak Skayana di sana. Buat Wistara sedikit tersentak. Dirinya belum ingin berhubungan dengan Skayana dulu sementara ini.

"Angkat aja dek. Bilangin Kakak lagi tidur," Wistara memberi gestur mengusir gadis kecil yang merupakan sang adik yang kini pasang wajah jengah.

"Dosa loh, Kakak bohong," sang adik memperingatkan dengan wajahnya yang ia buat agar terlihat sangat menakutkan.

Malah buat Wistara terkekeh geli melihat tingkahnya. Menggemaskan sekali adiknya ini. "Iyaa Winetta. Nanti Kakak telpon Kak Skaya balik. Sekarang Kakak mau tidur dulu nih, ngantuk beneran," kembali Wistara mengusir halus sang adik. Dirinya begitu ingin mendinginkan kepala dengan menjauhi Skayana sementara.

Ingin memastikan. Seandainya ia jauh dari Skayana, apa rindu akan tercipta?

Sang adik yang dipanggil Winetta itu memutar bola matanya jengah. Lalu mengangguk semangat. Perubahan yang begitu cepat. "Okeh! Kalo aku yang ngobrol sama Kak Skaya, boleh?" Winetta meminta izin sebelum benar-benar pergi.

Setelah mendapatkan anggukan dari sang kakak, Winetta pergi dengan girang. Dirinya mendapat kesempatan mengobrol dengan Kak Skayana kesayangannya. Kapan lagi?

Wistara sudah terbiasa. Toh, Skayana juga akan meladeni Winetta mau tak mau. Skayana sendiri yang mengatakan bahwa ia menganggap Winetta bagai adiknya sendiri.

Skayana iri, karena tak miliki adik perempuan. Lalu mengetahui Wistara memiliki adik perempuan yang begitu menggemaskan ini, dirinya malah seakan mengambil alih hak milik.

"Winetta jadi adiknya aku aja, mau gak?" saat itu Skayana dengan gemas bertanya. Menanyakan hal tersebut depan Wistara. Malah Skayana mendapat anggukan dari Winetta. Sepertinya Winetta sudah lelah dengan Wistara sebagai kakaknya.

Wistara sih masa bodoh. Percaya juga bahwa Skayana akan menyayangi Winetta sebagaimana dirinya menyayangi Winetta.

Sibling goals kalau kata Jeevika.

Wistara, Winetta, dan Skayana sudah sangat sibling goals.

Bahkan hingga Jeevika berkata pada Winetta perihal sang kakak dan Skayana yang terlihat cocok. Mengejutkannya, Winetta sangat setuju.

Ah, Winetta juga sepertinya ingin Skayana menjadi kakak iparnya.

Wistara tahu semuanya. Mengenai Jeevika yang menghasut sang adik, Wistara tahu. Namun, tidak berbuat apapun. Lucu juga melihat sang adik dengan mata berbinar kala membicarakan topik tersebut dengan Jeevika.

Mungkin adiknya juga menginginkan kakak perempuan.

Nanti ya, Winetta. Tunggu kakak kamu menikah.

Tinggal Wistara menentukan mau menikah sama siapa. Eh, terlalu jauh ya? Wistara paham dengan perasaannya sendiri saja, sulit sekali. Bagaimana bisa dirinya berpikir sampai jenjang pernikahan?

Tapi serius, Wistara semakin bingung. Dilema. Gundah gulana. Wistara juga ingin menemukan jawabannya.

Menurutnya Jeevika benar. Perihal banyak orang yang menyukai Skayana hanya karena paras dan popularitasnya. Wistara jadi khawatir dengan sahabat sejak oroknya itu. Apa dia saja yang memacari Skayana, ya? Kan, dia tahu banyak buruknya Skayana. Sesuai dengan apa yang dikatakan Jeevika.

Namun, dilema lagi. Benarkah dirinya menyukai sahabat sejak oroknya itu? Wistara terus memutar memori kala ia menghabiskan waktunya dengan Skayana.

Ketika di Lawson kemarin.

Ketika pulang sekolah bersama setiap hari.

Ketika ibunya mengundang Skayana dan Nakula untuk makan malam bersama, tapi Nakula tidak bisa hadir dan berakhir hanya dirinya dan Skayana yang ada.

Ketika dirinya senang melihat tatapan gembira Winetta yang polos kala bermain dengan Skayana.

Ah, ternyata dirinya membuat banyak kenangan bersama Skayana. Bahkan masih banyak kenangan lain yang belum disebut. Bagaimana mungkin dirinya tidak memiliki perasaan lebih pada Skayana? Atau justru, segala kenangan itu membuatnya semakin yakin bahwa dirinya menyayangi Skayana sebagai sahabat sejak orok?

"Ah, ribet! Percintaan ribettt!" grasak-grusuk Wistara terdengar sampai Winetta. Untungnya suara Wistara tidak tembus sampai Skayana di seberang sana. Kalau tembus, ketahuan bohongnya.

Setidaknya perihal sayang atau tidaknya Wistara terhadap Skayana, telah terjawab. Jelas dirinya menyayangi Skayana.

Namun jika harus detail, sayang sebagai sahabat, atau lebih?

Hingga semalaman Wistara tidak bisa tidur karena memikirkan jawabannya. Terkesan berlebihan, tapi memang begitu adanya. Namanya juga dilema.

Berulang kali ia memutar memorinya, mengingat setiap momen berharga dengan Skayana. Sejak TK, SD, SMP, SMA, hingga hari kemarin saat terakhir bertemu Skayana.

"Kayaknya gue paham," lirih itu terucap dari Wistara yang kini perlahan memejamkan matanya. Mengantuk setelah berjam-jam mencari jawaban di otaknya.

Hatinya telah memilih. Sudah yakin dengan jawabannya. Tidak mau dilema terus menerus. Rasanya menyesakkan. Ketika kamu ingin berbicara sejujurnya, tapi terhalang oleh pikiran yang tertanam sejak awal.

— Continued

New Cast Unlocked :

New Cast Unlocked :

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 05 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Dilema | JangkkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang