Mom and Her Plans

22 6 1
                                    

"Sayang peluk dulu!" Titah Hoseok tengah tergesa-gesa sambil melirik jam tangannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Sayang peluk dulu!" Titah Hoseok tengah tergesa-gesa sambil melirik jam tangannya.

Tentu saja Nari langsung berlari kecil untuk memeluk suaminya disamping pintu masuk camp militer. Pagi ini keduanya bangun terlambat kelelahan akibat pergulatan panas mereka semalam. Membuat Hoseok kini harus terburu-buru, daripada terkena masalah karena terlambat. Pria itu sudah melepas pelukannya dan sudah dua langkah menjauh namun kembali lagi manakala ia melupakan sesuatu.

"Aku lupa cium!" membuat Nari yang masih menunggu disana terkekeh dan langsung mendapat serangan kecupan di seluruh wajahnya terakhir ciuman sedikit lumatan di bibir sebelum akhirnya pria itu benar-benar masuk.

Nari lagi-lagi terkekeh sambil melambaikan tangannya, suaminya itu lucu. Nari kembali langkahkan kakinya untuk kembali ke cafe yang tidak jauh dari pintu masuk camp pelatihan itu. Ia mulai melayani pembeli satu per satu, begitu seterusnya dan setiap harinya. Setiap hari itu juga adalah hari yang selalu dipenuhi dengan 'tunggu', menunggu sang suami bisa menemuinya di sela waktu luangnya. Selama ini tidaklah sulit bagi keduanya, karena mereka masih bisa bertemu walau tidak bisa menghabiskan satu hari penuh bersama. Lagi pula satu bulan lagi suaminya akan selesai dengan wajib militernya dan kembali ke rumah.

Hari demi hari berlalu, tidak terasa sudah satu bulan berlalu. Dan besok adalah hari dimana ia akan menyambut kepulangan suaminya. Hoseok akan selesai dengan wajib militernya. Di apartemen mereka, Nari tengah menyiapkan segala pernak-pernik dan dekorasi untuk menyambut suaminya itu, ia benar-benar sangat antusias. Ditengah kesibukannya dalam mendekorasi, tiba-tiba bel apartemennya berbunyi, melihat layar intercom ternyata itu adalah ibu mertuanya. Suasana hatinya langsung berubah drastis, ia terlihat takut dan resah. Ragu-ragu ia membuka pintu dan setelah pintunya terbuka tanpa basa-basi wanita paruh baya itu langsung melesat masuk dengan nari mengekorinya dari belakang.

"Ibu ingin minum apa? Kebetulan aku membu-"

"Tidak perlu repot-repot!" sela Ibu cepat sambil merogoh tasnya.

"Coba ini!" Titah sang ibu melemparkan satu alat testpack ke dada Nari membuat wanita itu terkesiap dan reflek menerima alat tersebut.

Butuh waktu untuk Nari memproses semuanya, hingga suara ibu kembali menyadarkannya.

"Tunggu apalagi? Cepat!"

"B-baik Bu!" Nari gelagapan dan masuk ke kamar mandi yang tak jauh dari dapur.

Wanita itu mengulum bibirnya kuat-kuat, sejak terakhir berhubungan dengan Hoseok ia tidak pernah mengeceknya lagi. Nari terlalu takut jika hasilnya tidak sesuai dengan keinginannya. Namun kali ini apa boleh dibuat? Mau apapun hasilnya nanti Nari harus siap. Maka segera ia lakukan kegiatannya untuk menggunakan alat testpack tersebut. Butuh waktu beberapa menit hingga Nari akhirnya membuka mata untuk melihat hasilnya. Setelahnya jantungnya kian berdetak hebat, dadanya sesak, hanya satu garis yang terlihat disana dan itu membuat Nari takut setengah mati. Lagi-lagi ia gagal. Dan suara teriakan melengking sang ibu mertua membuatnya mau tak mau memaksakan kakinya melangkah keluar dengan bibir yang ia gigit. Tanpa berani mengucapkan apapun ia hanya mengulurkan alat itu dan segera saja ibu mengambilnya kasar. Menatap alat itu dan langsung membuangnya begitu saja.

Hope | J-Hope | BELUM REVISITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang