Disclaimer
Cerita ini murni khayalan Author semata, tidak ada hubungan dengan dunia nyata, atau bermaksud menyinggung siapapun.*****
"phi Mew!!?"
Mew tersentak mendengar teriakan itu, ia menatap tajam ke arah sang adik yang baru saja mengagetkannya.
"Astaga, Jom. Kau ingin membuat phi mu jantungan?" Tanyanya jengkel.
Jom memutar bola matanya malas, oh ayolah, phinya itu berlebihan sekali. Lagian, salah siapa coba, di ajak diskusi malah melamun.
"Kau sebenarnya kenapa phi?"
Mew hanya diam, ia mengarahkan ponsel yang sedari tadi berada di genggamannya ke depan wajah Jom.
"Lihat, pesanku tidak dibalas, panggilanku tidak di angkat. Bagaimana ini?, sepertinya Tul benar-benar marah"
Jom dapat melihat raut gelisah dari saudara lelakinya itu. Bertahun-tahun mereka bersama, baru kali ini, ia melihat phinya begitu tergila-gila pada seseorang. Bayangkan saja, hanya karena lelaki itu menghilang, phinya menggila seperti saat ini. Bahkan, ia dibuat cukup kerepotan karena phinya itu meminta waktu libur 3 bulan sekali, dalam kurun waktu yang lumayan lama, ditengah aktivitasnya yang padat.
Jom mengelus bahu Mew lembut, "Mungkin phi Tul sedang sibuk" ucapnya menenangkan.
"Tidak, dia memang marah"
Jom menaikkan alisnya bingung, "apa maksudmu?"
Mew menghela nafas lelah, "kemaren malam, kita ada sedikit perbedaan pendapat, dan aku tidak sengaja menaikkan nada bicaraku. Berakhirlah seperti ini"
"Kalian bertengkar?"
Mew mengangguk lesu. Jom hanya bisa terdiam, ia tidak tahu harus melakukan apa. Dia cukup hafal dengan watak keras kepala phinya ini, mungkin karena mereka yang saling mementingkan ego masing-masing, berhasil membuat keadaan menjadi seperti saat ini.
Dia meraih ponselnya di atas meja, membuka aplikasi line untuk mengecek pria yang menjadi sumber kegalauan phinya, nihil. Line Tul tidak dibuka sejak kemaren malam, astaga apa sekacau itu?, tanyanya tidak habis pikir.
Namun, Jom masih belum berniat untuk menyerah, bisa berabe kalau Mew tidak kunjung mendapatkan semangatnya. Dia beralih ke aplikasi Facebook, dan melihat akun pria itu. Matanya berbinar senang ketika melihat akun itu baru saja meng-upload foto beberapa menit yang lalu.
Ia segera mengarahkan ponselnya ke depan wajah pria yang sekarang sedang cemberut sembari menatap ponselnya.
Mew mendongak, kemudian menunduk lesu. Persis seperti anak anjing yang akan dibuang oleh majikannya.
Jom menatap Mew aneh, kenapa phi nya itu malah layu, seharusnya dia bahagia kan?
"Ada apa?"
"Dia beneran marah kan?, buktinya dia sekarang sedang bersenang-senang. Padahal aku disini sangat gelisah, jahat banget"
"Astaga, aku menunjukkan itu agar kau menghubunginya sekarang, bukan malah pundung seperti anak perempuan. Cepat hubungi phi Tul, aku tidak mau pekerjaan mu berantakan hanya karena masalah ini..!!!"
Mew mengangguk, mencoba menghubungi Tul. Namun, lagi dan lagi panggilannya ditolak. Bahunya meluruh lemas, bibirnya manyun, matanya menatap Jom memelas.
"Ck, baiklah. Untuk hari ini, aku akan mengosongkan jadwalmu"
Mew berbinar senang, ia kemudian balik merebahkan tubuhnya dikasurnya yang nyaman.
"Dari pada kau menggalau seperti anak perawan, lebih baik kau komen saja postingannya, suruh dia menjawab panggilanmu"
Mew melotot, "kau gila..!!, bisa-bisa Tul mengamuk nanti"
Jom mengangkat bahunya acuh, "terserah, yang penting segera selesaikan masalah kalian. Aku tidak mau tahu, besok. Mood mu harus sudah kembali" ucapnya sembari meninggalkan kamar Mew.
Mew menatap kepergian sang adik datar, matanya menerawang ke arah langit-langit kamarnya.
'apa sebaiknya ku komen saja postingannya?' - Mew menggeleng mengenyahkan fikiran itu, jika ia sampai melakukannya bisa-bisa kemarahan Tul bukannya mereda, malah bertambah parah. Tapi...
"Arghhh brengsek, kemana otak jenius yang selalu kau banggakan itu sialan!!!"
Ia mengacak rambutnya frustasi, buah dari pertengkaran mereka tadi malam adalah Tul menghilang seharian ini. Tidak mengangkat panggilannya, atau hanya sekedar membalas line nya. Mew bahkan sampai harus menghubungi pria itu lewat DM dan Inbox, tapi tetap saja tidak ada balasan.
'Persetan, lakukan saja cara pertama Mew, jika dia marah, setidaknya ia akan menjawab panggilanmu, setelah itu gunakan caramu untuk menjinakkannya. Bravo... Pintar sekali Mew, tidak salah orang-orang menyebutmu jenius' Batinnya bangga.
Tangannya dengan lincah mengetikkan satu kalimat di postingan facebook yang baru saja di upload oleh Tul.
.
.
.
Tul menatap horor satu komen yang langsung menjadi top komen di postingan terakhirnya. Gila. Benar-benar gila, apa pria itu sudah kehilangan akal. Bisa-bisanya dia menulis komentar semacam itu di akun publiknya.
Sialan, emosinya semakin naik. Seharian ini moodnya sudah sangat berantakan karena pertengkaran mereka tadi malam. Dan sekarang, pria itu malah memercikkan bensin di atas bara api yang mulai padam.
"Woahh, Tyler. apa hubunganmu dengan aktor itu, dia aktor kan ya?, kalau tidak salah, aku pernah menonton salah satu dramanya"
Tul hanya bisa tersenyum ketika salah satu temannya menanyakan hal itu, bisakah dia kabur sekarang?, rasanya, ia ingin segera pulang. Menghubungi pria itu dan mengamuk sepuas-puasnya.
"Kami.. yeah, kami berteman" jawabnya yakin, memang benar kan, mereka hanya berteman. Yah setidaknya untuk saat ini, tidak tahu kedepannya. Jika dipikir-pikir lagi, teman macam apa yang membuat janji untuk bertemu setiap 3 bulan sekali dengan jarak yang sebegitu jauhnya.
"Ya, ya, aku mencoba untuk percaya, walaupun agak mencurigakan sih"
Tul melotot melihat respon lawan bicaranya. Ia kemudian berpamitan untuk pulang, dengan alasan harus mengerjakan tugas yang baru dikirimkan oleh dosennya.
Dia kemudian bergegas agar cepat sampai di kondonya, setelah ia sampai, Tul segera mandi dan berganti pakaian.
Setelah bersih, dia merebahkan dirinya di atas ranjang, memainkan ponselnya, sebelum panggilan masuk dari Mew menghentikan aktivitasnya.
"Hallo, hallo, akhirnya kamu mengangkat panggilanku"
Kemarahan yang sedari tadi memenuhi dadanya seketika meluap ketika mendengar ucapan bernada lega, dari lawan bicaranya.
Astaga, lelaki yang dulunya begitu tidak peka terhadap perasaannya itu, kini berubah 180° dari sifat asalnya. Bagaimana ia bisa marah ketika pria yang beberapa tahun di sukainya itu, kini mulai membalas perasaannya.
"Ada apa?" Balasnya jutek.
Hey, dia menjaga wajahnya oke, tidak mungkin kan dia langsung menunjukkan wajah berseri-serinya hanya karena lelaki itu menghubunginya?, oh ayolah, biar bagaimanapun dia pria dengan harga diri tinggi kalau kalian mau tahu.
"Vc ya?, phi kangen"
Blushh
Sialan, lihatlah rona merah yang timbul diwajahnya, hanya karena kalimat sederhana itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Best Friend To Love (One-shoot Stories)
Fanficbuku ini akan berisi kisah cerita yang berbeda, kisah cinta antara Mew Suppasit Jongcheveevat dan sang kekasih Tul Pakorn Thanasrivanitchai. cerita pendek non AU murni imajinasi author. Buku yang tidak akan tamat, sebelum pemilik kisah yang mengakh...